Zidane - [43]

48.5K 5.4K 1K
                                    

HAPPY READING!
-
-
-

🍁🍁🍁

"Zidan."

Zidan menoleh ketika namanya disebut, dia tersenyum ketika Alivia tersenyum. Seharian ini mereka sudah menghabiskan waktu bersama, rasanya sangat menyenangkan.

"Thank you for today."

Zidan tersenyum lalu mengangguk, dia menghampiri Alivia yang berdiri di depan pintu apartemen. "Boleh peluk?" pinta Zidan.

Alivia mengangguk dan Zidan langsung memeluknya dengan erat. Seakan tak ingin kehilangan dan ingin terus bersama. Rasanya memang sangat bahagia jika kita sudah menemukan orang yang kita sayang, apalagi bisa menjalin hubungan dengan orang itu.

Kini, Alivia sadar. Setelah melewati hari ini bersama Zidan, dia menyadari jika Alivia memang benar-benar mencintai lelaki itu. Entahlah, cara Zidan memperlakukannya membuat Alivia jatuh ke dalam pesona lelaki itu.

Zidan menangkup kedua pipi Alivia, menatap manik mata Alivia.

"Apapun yang terjadi, gue tetep sayang lo."

Alivia tersenyum, kali ini senyum yang tulus dari hati. "Thanks."

Zidan ikut menyunggingkan senyum, mengacak rambut Alivia sekilas lalu menunggu hingga Alivia masuk ke dalam apartemen.

Tring.

Papi
Papi tunggu kamu di mansion Papi, kita akan membahas perjodohan kamu dan Raisa. Usahakan kamu datang, karena ini juga menentukan nasib Alivia.
21.45

••••

Zidan melangkah mendekati ruangan pertemuannya dengan sang Papi. Saat Zidan membuka pintu, ternyata di sana sudah ada Raisa, kedua orang tua Raisa, Robin dan orang tuanya. Zidan sempat melirik ke Raisa sekilas, dia heran, kenapa Raisa tidak menolak perjodohan ini. Padahal dulu gadis itu sudah dia tolak, apa mungkin Raisa masih menyukai Zidan?

"Sa?"

Raisa menoleh. "Maaf, Kak. Sasa emang masih suka sama kak Zidan." jujur Raisa menunduk.

Zidan menghembuskan napas panjang. Ternyata apa yang dikatakan Alivia benar, menghilangkan perasaan tidak mudah. Jujur, Zidan juga sayang dengan Raisa tapi sebagai adik tidak lebih.

"Sebenarnya sih gue ogah iparan sama lo. Tapi karena bokap lo kaya dan maksa, gue nggak masalah." ujar Robin membuat Zidan menatap lelaki itu tajam.

"Licik." desis Zidan lirih.

Robin terkekeh, "Sorry, bro. Ini namanya bukan licik, tapi pinter. Percuma otak lo cerdas kalau yang ada dipikiran lo cuma gadis yang nggak jelas asal usulnya itu." Tiba-tiba Robin teringat sesuatu, "Gue denger, lo baru jadian sama dia, ya?"

Zidan berdecih tapi enggan untuk membalasnya lagi.

"Kalau pacaran aja sih nggak masalah, tapi kalau sampai nikah gue jamin nggak akan bisa." lanjut Robin.

"Benar apa kata Robin, Papi nggak larang kamu buat pacaran sama dia. Tapi Papi akan larang kamu kalau kamu nikah sama dia." tambah Gavin berada dipihak Robin.

Clarissa mengelus lengan Gavin. "Pi, Zidan aja belum lulus SMA, masa langsung nikah." ujar wanita itu geleng kepala.

"Jadi, bagaimana dengan perjodohan anak kita?" tanya Fredy, ayah Raisa dan Robin.

"Kau tenang saja, saya jamin perjodohan ini akan segera terlaksana." balas Gavin.

"Lebih cepat lebih baik, Om." sahut Robin.

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang