Zidane - [14]

69.1K 8.5K 993
                                    

Jangan lupa vote comment and share.

💞

Happy reading! 📖

Kalau ada typo tandai ya!

🍁🍁🍁

Nathan membopong tubuh Alivia menuju UKS. Karena masih jam pelajaran dan jalan menuju UKS tidak melewati ruang kelas manapun setidaknya pingsannya Alivia tidak membuat kehebohan yang berlebihan.

Brak.

Karena tak kunjung terbuka, akhirnya Nathan menendang pintu UKS. Seluruh penghuni yang ada di UKS tergelak begitu Nathan datang dengan membopong seorang gadis yang tangan kanannya berdarah.

"Di-dia kenapa, Kak?" tanya Inara, penjaga UKS. Inara mendekati Nathan, ingin membantu membopong Alivia tapi sepertinya Nathan tidak butuh bantuan. Inara menjaga UKS sendirian, jadi ia bingung harus berbuat apa. Apalagi ia masih kelas X, masih awam menjadi anggota PMR.

Nathan menidurkan Alivia di brankar tanpa menjawab pertanyaan Inara. Sebenarnya Nathan juga tidak tau harus bagaimana, ia sendiri tidak tau apa-apa tentang mengobati orang sakit apalagi sampai berdarah. Nathan mengacak rambutnya frustasi. Ia menoleh pada Inara.

"Lo ke kelas XI MIPA 1, terus bilang Alivia pingsan, jangan lupa izin sama gurunya. Alivia nggak bisa ikut pelajaran, dia di UKS." perintah Nathan.

Inara dengan gugup mengangguk lalu keluar UKS, meninggalkan Nathan dan Alivia berduaan.

Nathan terus memandangi wajah Alivia, sangat tenang seperti seorang bayi yang baru saja tertidur. Nathan terus memikirkan cara untuk mengobati Alivia. Ah, ia teringat seseorang.

Cowok itu mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang, tidak peduli mereka tengah belajar di kelas. Toh, keadaannya sekarang jauh lebih penting dari itu.

Mata Nathan terus memperhatikan Alivia, ia berdecak kala petugas UKS tak kunjung kembali. Apalagi melihat darah di tangan Alivia yang semakin banyak bahkan menetes di lantai.

"Daniel bangke!" umpat Nathan.

Ya, Nathan menghubungi Daniel. Ia bahkan lupa jika Daniel sosok siswa yang baik nan budiman. Cowok itu pasti mematikan daya ponselnya saat pelajaran berlangsung agar tidak mengganggu saat pelajaran. Padahal dalam pikirannya Daniel bisa diandalkan, Ayahnya yang seorang dokter tentu membuat pria itu tau dan bisa mengobati luka Alivia.

Cowok itu kalut sendiri, khawatir dengan keadaan Alivia. Ia mencoba menghubungi orang yang berbeda.

"Zid, UKS sekarang."

"Ngapain? Lo sekarat?"

"Bukan, tapi Alivia. Dia pingsan."

Tuttt...

"Anjir! Giliran cewek dia nomer satu!" gerutu Nathan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya Zidan saat ini. Pasti cowok itu tengah terburu-buru datang kemari. Semoga saja sampai dalam keadaan anggota tubuh yang masih lengkap.

Satu.

Dua.

Tiga.

Brak!

Sesuai hitungan Nathan.

Zidan datang dengan menggebrak pintu UKS. Semoga saja pintu itu baik-baik saja.

Cowok itu langsung mendekati brankar tempat Alivia berbaring. Sedangkan Nathan memegangi jantungnya yang berdegup kencang.

"Sumpah! Gue kaget," gumam Nathan.

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang