Zidane - [39]

52.1K 6K 378
                                    


Warning!!!
Mungkin cerita ini akan sedikit berbeda dengan cerita lainnya. Kalian nikmati saja alurnya. Makasih.

Vote dulu dong.


Happy reading!!!

🍁🍁🍁

"Jadi, apa jawabannya? Ya atau tidak?"

Alivia menggigit bibir bawahnya, bagaimana tidak? Dengan Zidan berbicara seperti itu, secara tidak langsung mengundang ketiga temannya untuk menerka-nerka. Beruntungnya Zidan tidak berbicara keras. Apalagi melihat teman-teman Zidan yang mendekat. Apa dia harus menjawab didepan mereka?

Zidan menaikkan sebelah alisnya, menunggu jawaban dari Alivia. Dalam hati kecilnya dia berharap Alivia menjawab 'Ya' tapi dia juga tidak bisa memaksa Alivia untuk menerima dan membalas perasaannya.

Dia maju selangkah, menarik tangan Alivia, menyuruh gadis itu untuk berdiri. Sementara botol itu dia titipkan pada Nathan yang saat itu ada disebelahnya.

Zidan membawa Alivia menjauh dari lapangan. Alivia menurut, dia tau jika dia menolak justru akan membuat semua orang berasumsi yang tidak-tidak. Apalagi dirinya sudah terlanjur dikenal sebagai pribadi yang jarang bicara dan ketus.

Mereka berhenti di tempat pertama kali Zidan dan Alivia bertemu. Tepatnya dibawah pohon rindang dan duduk di sana.

Masih ingat? Saat itu Alivia hampir terkena goresan anak panah, beruntung Zidan menolongnya. Meskipun lelaki itu harus terkena goresan di lengannya.

"Gimana? Udah dapat jawabannya?" tanya Zidan membuka obrolan baru.

Alivia tersenyum tipis lalu mengangguk singkat. "Mau dengar?" tawar Alivia, dia sudah memikirkan jawaban atas pernyataan Zidan dengan matang-matang.

"Jangan sekarang deh," ujar Zidan, Alivia menyerngit. "Kenapa? Bukannya ini yang lo mau." balas Alivia.

Zidan terkekeh. "Gue udah tau jawabannya," ujar Zidan menatap Alivia dalam. "Apa?" tanya Alivia dengan kening mengerut.

"Jawabannya 'ya,' kan?" tebak Zidan memiringkan kepalanya.

"Sok tau." cibir Alivia, "Apa yang buat lo suka sama gue?" tanya Alivia.

"Harus ya ada alasannya?" tanya balik Zidan. Menurutnya cinta tidak membutuhkan alasan dan cinta datang tanpa diundang. "Cinta itu kan nggak butuh alasan, cinta datang tanpa diundang." sambung Zidan.

"Nggak ada hal yang lo suka dari gue?" tanya Alivia, "Kalau nggak ada, buat apa lo mau jadiin gue pacar."

"Gue sayang lo itu tanpa alasan, gue suka senyuman lo. Senyuman lo itu mahal, karena lo jarang tersenyum. Dan gue berharap, gue lah alasan lo untuk tersenyum."

"Gitu?"

"Ya, jadi, jawaban lo?"

"Apa yang gue dapetin setelah pacaran sama lo?"

Zidan tersenyum penuh arti. "Lo akan terkenal karena pacaran sama ketua Crudeltà."

"Yang kedua? Karena gue nggak cuma butuh ketenaran."

"Gue akan buat lo nyaman dan aman."

"Yang ketiga? Karena keamanan dan kenyamanan bisa gue dapet dari kakak gue dan orang sekitar gue."

Zidan menghela napas, jika seperti itu dia harus membalasnya bagaimana?

"Gue akan selalu ada buat lo."

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang