Zidane - [11]

77.1K 8.1K 291
                                    


HAPPY READING! 📖

Kalau ada typo ditandai ya! 🙏
🍁🍁🍁

Zidan menyerngit ketika mendapati sebuah mobil yang tentunya bukan miliknya terparkir di halaman mansionnya. Cowok itu segera melepas helm full face-nya dan turun dari motor lalu berjalan masuk ke dalam mansion tanpa memperdulikan pelayan dan pengawal yang menunduk padanya.

Betapa terkejutnya ia melihat seorang gadis tengah duduk bersantai di depan televisi dengan barang-barang yang bersebaran. Bantal sofa, plastik makanan, botol minuman dan lainnya. Dalam sekejap mansion Zidan terlihat seperti tempat sampah.

Zidan geleng-geleng kepala melihat tingkah sepupunya yang seperti anak kecil, ia bersedekap menatap sang gadis tajam.

Sedangkan gadis yang ditatap menyengir kuda dan segera duduk dengan benar. Menatap Zidan seolah dirinya tak bersalah.

"Apa?!" tanyanya menantang.

Zidan menggeleng. "Ck, kayak anak kecil!" decak Zidan lalu duduk disebelah gadis itu.

"Habisnya lo lama banget pulangnya, makanya gue lakuin hal yang gue suka."

"Besok lo sekolah,"

Seketika mata gadis itu membulat dengan berbinar. "Jangan bohong! Kemarin bilangnya juga gitu, tapi nggak sekolah-sekolah! Huh!" Zidan mendesah.

"Hem, gue boleh minta sesuatu nggak?" Zidan menoleh dengan kerutan dikening. "Apa?" tanyanya.

"Gue mau kelas XI aja, di sana pasti ada Karina, kan?"

Mata Zidan membulat. "Lo mau turun kelas?" tanya Zidan tak percaya.

Diandra, gadis itu mengangguk polos. "Ya, habisnya gue di kelas XII nggak ada temen. Ya mending kelas XI, ada Karina dan sahabatnya itu." cerca Diandra.

"Yakin?" Diandra mengangguk lagi.

"Bukan gue yang ngelarang lo, tapi bokap dan nyokap lo. Yakin mereka mau kalau lo ngulang lagi?"

Diandra terdiam, Zidan benar. Orang tuanya pasti tidak akan mengizinkannya untuk mengulang kelas XI. Apa kata rekan bisnis Papanya jika ia mengulang kelas? Ah, Papanya pasti akan malu.

"Ya udah, gue nggak jadi ngulang." putus Diandra pada akhirnya.

Zidan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sekarang lo balik,"

Diandra menoleh. "Balik kemana? Bokap nyokap gue kan masih di luar," bingung Diandra.

"Mansion bokap gue," balas Zidan.

"Berarti gue nggak boleh tinggal di sini?" tanya Diandra dengan nada lesu.

Diandra seketika melotot dengan sesuatu yang melintas dipikirannya. "Jangan bilang lo udah punya pacar, terus lo mau berduaan di sini??! Iya gitu maksud lo?!"

Zidan berdecak. "Nggak, gue jarang di mansion, nanti lo sendirian di sini."

"Gue nggak pa-pa, daripada di mansion bokap lo. Gue lebih sendirian lagi karena nggak punya temen seumuran."

"Terserah, tapi ada syaratnya."

Kening Diandra mengerut. "Syarat? Jangan aneh-aneh, atau gue laporin lo sama Kakek karena sudah membuat cucu perempuan kesayangannya cemberut."

"Basi! Syaratnya, lo beresin semua yang udah lo kotori tadi."

Diandra melotot. "Lo kira gue pembantu?! Lagian di mansion lo kan udah ada maid. Tega bener lo sama gue!"

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang