Nyalain data seluler, tekan tombol ★Jangan lupa vote. Comment and share.
Happy reading! 📖
🍁🍁🍁
"Tunggu, tunggu."
Zidan, Nathan, Candra, Bayu dan Adam mengentikan langkah mereka saat Bima bersuara. Mereka menatap Bima bingung.
"Kenapa lo Bim?" tanya Nathan.
Bima menelisik seluruh anggota inti Crudeltà. "Kayak ada yang ilang tapi bukan barang," ujarnya membuat mereka semakin tak mengerti.
"Wih, apa tuh?" sahut Bayu.
"Sok puitis lo!" desis Candra.
"Diem dulu, gue lagi mikir." ujar Bima sedikit kesal.
"Rizky sama kuda Niel mana? Kok nggak ada? Apa jangan-jangan mereka diculik! Astaga! Gue belum nemu pengganti mereka!" pekik Bima hiperbola.
Sedetik kemudian mereka tersadar akan hal itu. "Eh iya, mereka kemana?" ujar Nathan mencari-cari Rizky dan Daniel.
"Nggak mungkin mereka ilang, udah gede juga." sahut Candra terdengar cuek. Seperti pria itu tengah bad mood.
"Mungkin mereka udah di kelas duluan," tambah Adam acuh.
Kemudian mereka berenam melanjutkan langkah menuju kelas. Sesampainya di kelas, benar saja sudah ada Rizky dan Daniel yang duduk di bangku dengan santai dan tenang.
"Kalian ini, ngilang kayak jailangkung!" sewot Bima duduk ditempatnya diikuti lainnya.
"Dari mana nih? Udah sampai sini aja kalian," tambah Nathan.
Rizky dan Daniel mengedikkan bahunya cuek.
"Ada apa sih dengan hari ini, nggak Candra, nggak Adam. Dan sekarang kalian berdua lagi, kesannya kayak lagi kesel, marahan gitu. Plis, gue kepo." cerca Bayu dramatis.
Nathan dan Zidan memutar bola mata mereka jengah. Candra dan Adam duduk di bangku dengan tenang dan wajah datar. Bima menoleh pada Bayu.
"Tenang, Bay. Cuma kita berdua di sini yang waras." ujar Bima dengan santainya. Bayu tak merespon.
Nathan melotot. "Lo kira gue gila?" tanyanya nyalang.
Bima meringis. "Nggak, cuma sebelas dua belas aja." balasnya.
Zidan berdeham singkat, ia menatap satu persatu anggotanya dengan tatapan penuh arti.
"Kalau ada masalah cerita, jangan dipendem sendiri." ujar Zidan. "Gue ketua di sini, gue ngomong gini sebagai ketua kalian. Gue nggak mau sampai Crudeltà terpecah-belah gara-gara hal sepele." lanjut Zidan.
"Kalau nggak mau cerita, it's okey. Gue nggak maksa, tapi setidaknya jangan campuri urusan pribadi kalian dengan persahabatan kita kalau kalian masih nggak mau cerita."
Semuanya bungkam, yang Zidan katakan tidak salah. Bahkan untuk membalas ucapan Zidan saja mereka tidak ada yang berani. Ucapan Zidan tadi terdengar serius dan tidak main-main.
Zidan mendesah melihat respon anggotanya. "Gue tunggu kalian nanti malam di markas," ujar Zidan lalu pergi keluar kelas dengan membawa tasnya. Ia berniat untuk membolos kali ini.
oOo
Viona menatap Melly yang sibuk dengan ponselnya, kemudian ia menoleh pada Alivia yang duduk dibelakangnya. Gadis itu tengah sibuk dengan buku-buku dihadapannya, Viona sendiri tidak tau itu buku apa. Karena dari sampulnya saja itu sangat asing.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDANE [END]
Teen Fiction[FOLLOW sebelum BACA] [Terbit di Glorious Publisher] [Crudeltà Story #1] [Adiyasa Story#1] Cover by Riska graphic (BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN) Zidan, ketua geng motor dengan segala ketampanannya dan pesonanya membuat banyak kaum hawa terpikat. Na...