Zidane - [24]

63.5K 6.8K 383
                                    

OHAYOU👋

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE COMMENT AND SHARE.

🍁🍁🍁

Delapan cowok dan tiga cewek bergidik ngeri ketika Alivia menyeringai devil. Setelah Alivia mematikan sambungan telepon, tidak ada yang berani membuka suara di meja Zidan dkk. Apalagi Zidan, cowok itu penasaran dengan nama kontak Kak Al tapi juga tak berani bertanya langsung.

Alivia berdiri, sontak itu membuat semua orang yang berada di kantin menatapnya. Tanpa terkecuali. Apalagi aura yang dikeluarkannya membuat siapa saja tidak ada yang berani bersuara. Hening. Seketika kantin menjadi terasa panas.

"Apa gunanya kalian punya mata, kalau yang kalian gunakan hanya telinga. Apa untungnya kalian membicarakan orang lain yang kalian sendiri tidak tau kebenarannya. Apa selama sekolah kalian hanya dididik untuk ikut campur urusan orang lain?"

Semua orang di kantin seperti tunduk dengan Alivia. Mendengarkan dengan baik apa yang Alivia katakan. Gadis itu berbicara dengan nada datar dan tegas seperti biasanya.

Zidan ingin ikut berdiri, tapi Daniel mencegahnya. "Biarkan dia mengungkapkan apa yang ia rasa." ujar Daniel dan Zidan menurut.

"Saya rasa saya tidak perlu menceritakan tentang kebenarannya. Toh, kalian hanya bisa berkata tanpa tau akibatnya. Kalian hanya ingin berbicara agar kalian terlihat paling tau semuanya."

"Jika kalian tau pun, saya tidak yakin kalian akan minta maaf. Bukankah begitu?"

"Inara." Panggil Alivia pada gadis yang baru saja datang sendirian.

Inara menunjuk dirinya sendiri, Alivia mengangguk. Menyuruh Inara menghampirinya dengan tatapan mata. Inara mengerti dan mendekati Alivia dengan ragu. Pasang mata tak pernah lepas menatapnya.

"Jangan dipikir saya tidak tau apa yang kalian lakukan pada Inara."

Semua orang menyerngit, terutama siswa kelas XI dan XII. Sedangkan siswa kelas X merinding ketakutan.

"Bukan berarti karena dia seorang nerd, dia bebas kalian bully. Yang pantas kalian bully seharusnya adalah orang yang memanfaatkan apa yang dimiliki dengan kurang baik."

Inara terkejut. Tapi dia juga tak berani berbicara.

"Suatu saat, kalian semua akan mengerti. Dan mungkin kalian akan melihat sisi lain diriku." batin Alivia.

•••••

"Semalam, Pozhar nyerang Voorzitter." lapor Nathan sembari menatap layar ponselnya. Mereka saat ini berada di dalam kelas.

Bima menoleh. "Gara-gara semalam mungkin." sahutnya.

"Terus yang menang siapa?" tanya Adam.

"Pasti Pozhar lah." timpal Bima.

"Iya, Pozhar yang menang." ujar Nathan.

"Tumben tumbenan loh Pozhar perang." ujar Candra.

"Lah iya ya." tambah Bayu.

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang