Zidane - [48]

48.3K 5.9K 607
                                    

Hallo.

Jangan lupa vote comment and share.


SELAMAT MEMBACA^^

🍁🍁🍁

”Lebih baik kalah dalam perang daripada kalah sebelum perang.“

-
-

"Lily, kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Alan menyeruput secangkir kopinya lalu duduk di sebelah Alivia. Dia menatap Alivia yang baru saja menutup buku tebalnya.

Alivia mengangguk singkat, dia menatap Alan. "Udah saatnya mereka tau, Bang."

Alan manggut-manggut. "Iya juga, tapi kamu tau kan Li resikonya?"

"Tau,"

"Kakakmu kemana?" tanya Alan tak melihat Alga di sekitar apartemen Alivia.

"Markas."

"Markas yang mana?"

Alivia menatap langit apartemen, mengingat apa yang tadi Alga ucapkan. "Black Devil."

"Abang kira kakakmu itu sudah lepas dari gangster itu." kekeh Alan.

"Adiknya Abang juga."

"Iya-iya. Abang ingin ke sana, kamu mau ikut?" tanya Alan, mengingat dia sudah lama tidak ke markas utama itu, dia hanya ingin mengetahui keadaan di sana.

"Oke."

•••

Bugh.

Zidan meringis ketika bogeman itu mengenai rahangnya. Dia bahkan sudah memperkirakan ini yang akan terjadi. Setelah dia mengatakan keputusannya, pria itu marah dan memukul Zidan tanpa ampun.

Zidan tidak melawan, karena sebelum memilih keputusan ini, dia sudah memikirkannya matang-matang. Dan sudah pula memikirkan resikonya.

"Pengkhianat!" umpat pria itu nyalang.

Zidan menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Kemudian sebisa mungkin dia tetap berdiri.

"Ini keputusan Zidan, Om. Om tidak bisa maksa Zidan untuk selalu menuruti kemauan Om." balas Zidan.

"Berani kau?!"

"Buat apa Zidan takut? Om bukan Om yang Zidan kenal."

Pria itu mendesah, dia mengambil sebilah pisau lipat di atas meja. Menyeringai devil seraya menatap Zidan dan pisau itu bergantian.

"Kau benar," ujar pria itu penuh dengan kebencian didalamnya.

"Om?" panggil Zidan pelan, sepertinya pria dihadapannya ini sudah mulai gila. Bayangkan saja, pria itu hampir menebas leher Zidan dengan pisau lipat itu jika saja Zidan tidak langsung menghindar.

"Ini memang keputusanmu dan ini adalah resikonya."

Pria itu kembali ingin melukai Zidan, beruntung Zidan bisa berhasil menghindar. Hanya saja ada sedikit luka gores di lehernya.

"Om ingin membunuhku?" tanya Zidan tidak percaya.

"Kau sudah terlanjur tau semuanya, jadi, memberikanmu kesempatan hidup sama saja membuat perlahan rahasiaku terbongkar."

"Baiklah." Zidan tersenyum devil sembari menatap pria itu tajam. Zidan melirik ke arah sampingnya, di sana ada sebongkah balok kayu. Dengan cekatan, dia mengambil balok kayu itu bertepatan saat pria itu berbalik badan.

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang