Zidane - [09]

83.5K 9.7K 1.2K
                                    

HAPPY READING!📖

NYALAKAN DATA SELULER, TEKAN TOMBOL★.

JANGAN LUPA VOTE.

🍁🍁🍁


"Bagaimana?"

"Saya sudah menyelidikinya Bos, dan sepertinya anak ini memang anaknya. Tapi saya akan mencari bukti lebih."

"Bagus, saya ingin cepat mendapat kabar baik."

"Siap, Bos."

****

Karina melempar kotak persegi panjang pada Alivia dan ditangkap baik oleh gadis itu. Kemudian ia duduk disebelah Alivia, memperhatikan Alivia yang tengah membuka kotak itu.

"Sesuai permintaan, ponsel yang sama seperti sebelumnya."

Alivia mengangguk. Ia memang membutuhkan ponsel, tapi ponsel yang sama seperti miliknya dulu. Bahkan dari segi warna dan versi pun sama. Padahal sudah banyak ponsel keluaran terbaru tapi entah kenapa Alivia sudah nyaman dengan merek ponsel yang ia punya.

"Sudah ku masukkan nomer barumu, kau hanya tinggal memakai. Oh, ya untuk kali ini nomer nomer penting sudah ku simpan. Seperti punya Tuan Adiyasa dan kedua kakakmu."

"Apa kau, tidak ingin menyimpan nomer Zidan?" tanya Karina sukses membuat Alivia menoleh.

"Buat apa?"

"Siapa tau kau membutuhkannya, kan? Dia mungkin bisa menolongmu."

"Tidak perlu,"

"Okay," pasrah Karina mengedikkan bahu.

Kemudian Karina sibuk dengan ponselnya, mungkin tengah chatingan dengan seseorang. Alivia juga melihat Karina terkadang senyum sendiri atau menahan senyum.

"Siapa?" tanya Alivia pemasaran melihat wajah Karina yang ceria.

"Ah, bukan siapa-siapa."

"Siapa?" ulang Alivia tak ingin dibantah.

"Daniel, akhir-akhir ini dia sering mengirimiku pesan."

"Kau suka?"

Karina meringis lalu menggeleng. "Entahlah."

"Suka juga tak apa."

Karina menoleh. "Kau sendiri, suka dengan Zidan?" tanya balik Karina.

Alivia termenung sesaat. Hanyut dalam pikirannya. Ah, kenapa ia justru membayangkan wajah Zidan? Tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Zidan. Pria itu terlalu tampan untuk dilewatkan. Ah, mungkin semua orang akan larut dalam pesonanya hanya dalam persekian detik melihatnya.

"Kau tengah memikirkannya?" tebak Karina.

Tak ada jawaban, Karina mendengus. "Tak ada yang bisa menebak pikiranmu Lily," sambung Karina.

*****

Bugh

Bugh

Bugh

King memukuli seorang pria dengan membabi buta. Bahkan jeritan pria itu tak membuatnya untuk berhenti melakukan aksinya. Tak ada perlawanan dari pria itu, pria itu sudah tak mempunyai tenaga untuk melawan.

Setelah dirasa pria itu tak berdaya, King keluar dari ruangan itu. Menatap salah satu penjaga ruangan.

"Bereskan," perintahnya tak terbantahkan.

Dua pria berbadan kekar itu mengangguk dan menurutinya.

King membersihkan kedua tangannya seakan dia baru saja menyentuh kuman. "Sialan!" umpat King karena tubuhnya bau amis dari darah pria itu yang menempel di pakaiannya.

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang