Zidane - [18]

65.4K 7.2K 857
                                    


HELLO, KETEMU LAGI KITA KAN..


MAU TAU DONG UNSERNAME YANG BACA CERITA AKU.


JANGAN LUPA VOTE COMMENT AND SHARE.

HAPPY READING! 📖

🍁🍁🍁


Drttt....drttt...

Adiyasa mendesah ketika gadgetnya berdering beberapa kali padahal dirinya sedang makan malam bersama ketiga anaknya. Alivia sengaja mampir ke mansion untuk makan malam bersama.

Soal luka di tangan Alivia, sesampainya di mansion gadis itu langsung melepas perbannya. Lagipula, lukanya tidak perlu menggunakan perban segala. Menurutnya, perban justru membuat pergerakannya terbatas.

"Angkat aja, Pa. Ganggu tau!" cerca Alan.

"Iya-iya,"

Alivia mengamati Adi, takut jika yang menelpon adalah Zidan. Ah, kenapa pula ia harus makan malam di mansion.

"Nomer siapa ini? Siapa yang kasih nomer Papa ke orang lain?"

Alga dan Alan mengedikkan bahu bertanda tak tau. Sedangkan Alivia diam seribu bahasa. Meskipun begitu, matanya tak bisa lepas dari ponsel Papanya.

"Halo?"

"Eh,"

"Eh?"

"Vi?"

"Vi?"

Mendengar nama 'Vi' Alivia membulatkan matanya. Seratus persen ia yakin jika itu Zidan. Jadi, tadi ia mengetikkan nomer Papanya? Alivia menepuk keningnya.

Adi menutup speaker handphone dengan tangannya lalu menatap Alga. "Alga, kamu saja yang jawab. Papa sudah lapar, ini orang kayak orang linglung. Bikin Papa tambah pusing aja."

Alga mengangguk lalu menerima ponsel Adi. Lalu mendekatkan handphonenya pada telinga.

Alivia tetap tenang dan santai. Gadis itu bahkan tidak mempermasalahkan jika Alga maupun Adi tau tentang Zidan.

"Ya?"

"Ini dengan siapa, ya?"

Kening Alga mengerut, ia mengenal suara itu. Lalu Alga menatap Alivia yang masih sibuk makan. Ia menyeringai, sebuah ide terlintas dibenaknya.

Alga mendekati Alan, membisikan sesuatu pada Alan. Tentunya, Alga sudah lebih dulu menutup speaker handphone.

Alan manggut-manggut, bahkan tersenyum. Jarang-jarang ia bisa mengerjai anak kesayangan Papanya itu. Kemudian cowok itu menerima ponsel dari Alga, berdeham singkat agar suaranya terlihat berbeda dan lebih menjiwai perannya. Sip, drama segera dimulai.

"Saya Kenny, kau siapa?" ujar Alan dengan suara beratnya.

Alivia mendongak, menatap Alan dan Alga dengan tanda tanya. Tapi gadis itu bisa menebak apa yang akan terjadi.

"Kenny?"

"Ya, ada apa?"

"Maaf, sepertinya saya salah sambung."

"Oh, tidak-tidak. Kau masih mengingat suara di apartemen?"

"Ya."

"Itu suara saya, kau ingin berbicara dengan Alivia? Dia ada di dekatku. Kami sedang dinner,"

ZIDANE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang