Langkah Jaehyun perlahan-lahan terdengar menaiki tangga. Pria dengan pakaian formal itu menuju ke sebuah ruangan dengan dominansi warna putih pada dinding.
Membuka pintu itu, Jaehyun langsung menemui mata mengarah pada tempat tidur kecil milik sang putri.
Anaknya disana, tak tahu kalau ia baru saja ditinggalkan oleh sang bunda.
Ia menghampiri bayi kecil, mengangkatnya lalu tersenyum getir. Mengamati si mungil Nari, Jaehyun tahu kalau wajah istrinya tercetak jelas pada wajah bayi itu. Ibu dan anak yang begitu mirip, sama-sama perempuan tercantik menurut Jaehyun.
"Sayang.. doakan Bunda ya.." Jaehyun berucap. Baby Nari yang tak tahu apa-apa hanya mengerjap polos, tak sadar kalau baru saja mengalami hal yang sama sekali tak diharapkan oleh anak manapun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bunda menyayangi Nari, dan Ayah juga sama. Ayah juga menyayangi Bunda.. dan Ayah yakin, Nari juga sama kan?" masih mengajak bicara putrinya, Jaehyun mencoba tak terlalu memperlihatkan kepedihan.
"Maafkan Ayah kalau keluarga Nari jadi begini. Harusnya Nari, Ayah, dan Bunda bisa bersatu dan bahagia sekarang. Semua karena Ayah Nak.. maaf ya" penyesalan masih tergambar jelas dari wajah pria. Sejak kejadian itu ia tak dapat berhenti menyalahkan diri sendiri.
"Kita berjuang bersama ya sayang. Buktikan kepada Bunda kalau kita bisa. Ayah dan Nari tidak akan mengecewakan Bunda" Jaehyun mengulum senyum pahit. Tak terasa mulutnya semudah itu mengeluarkan kalimat yang sebenarnya ia juga tak yakin mampu melakukannya atau tidak.
Kegiatan Jaehyun menimang putrinya terhenti ketika ia mendapatkan sebuah panggilan. Ia mengembalikan Nari ke dalam box-nya, lalu mengangkat telepon dari seseorang yang menghubungi.
"Ya, ada apa?"
"Baiklah, aku akan kesana" tutup Jaehyun.
Sebelum pergi dari kamar buah hati ia memperhatikan lagi putrinya yang sedang aktif bergerak dalam box tempat tidurnya.
Seungyeon kecil, Jaehyun bisa mengatakan seperti itu karena memang Jung Nari sangat mirip dengan potret istrinya waktu masih bayi.
"Ayah pergi dulu ya sayang" Jaehyun berpamitan, disuguhi oleh suara celotehan Nari yang mungkin bisa diartikan sebagai persetujuan. Malah, anak bayi itu sedang tersenyum pada ayahnya sekarang. Ah.. Jaehyun semakin mengingat Seungyeon kalau begini.
Jaehyun ikut tersenyum juga, senyum anaknya adalah satu-satunya hal yang bisa ia syukuri untuk saat ini. Suatu saat nanti ketika Nari sudah tahu kebenaran, Jaehyun tak yakin kalau ia masih bisa melihat putrinya tersenyum secerah ini atau tidak.
Kehangatan dan kasih sayang seorang ibu, Nari si bayi malang tak dapat lagi merasakan. Padahal usianya baru tiga bulan. Apakah ada kenangan yang bisa diingat oleh bayi sekecil itu?
Tentu saja jawabnya tak ada.
Mengetahui nasib miris si kecil, Jaehyun sebagai ayah pun berjanji kalau akan memberikan apapun yang terbaik untuk putri kesayangannya.