51. Pemakaman

4.1K 467 9
                                    

Sudah dua bulan berlalu Elina dirawat di rumah sakit, ia baru keluar dari rumah sakit sekitar satu bulan yang lalu. Kini ia tengah berdiri memegang payung hitam ditangannya untuk menghalau sinar matahari siang menerpa kulit putih bersih anaknya.

Suara rintihan tangisan kehilangan memenuhi telinga Elina, dia hanya memandang datar dua gundukan tanah didepannya. Ya dia tengah berada dipemakaman, wajah boleh datar tanpa ekspresi namun didalam hati.

"YES! Ahirnya mati juga lo-lo pada"

Elina kali ini tengah berada dimakam dua sejoli kamvret yang pernah Elina kenal, siapa lagi kalo bukan Bian dan Putri.

Setelah kejadian dimana ia terjatuh dari atas gedung fakultas dan secara sengaja direkam oleh Zahra (kalian bisa cari di part atas-atas aku lupa part berapa) dan di tunjukan kepada polisi, ahirnya Bian dan Putri menjadi buronan para polisi. Keluarga kolong melarat eh masutnya kolong mengerat mereka berdua terus menerus memberikan uang sogokan kepada Zahra untuk mencabut tuntutan dan kepada para polisi serta detektif dengan segepok uang yang berlapis-lapis namun mereka hanya mendapat sebuah kegagalan.

Ayah Zahra merupakan seorang detektif handal, dia warga kenegaraan Denmark dan juga memiliki banyak anak buah di Indonesia. Mereka para polisi dan detektif biasa berfikiran bila mereka menerima suap itu mereka akan melanggar sumpah yang pernah mereka ucapkan, lagipula mau disembunyikan bagaimaapun kejadian itu pasti akan dengan secuil kuku saja mereka dapat mengetahuinya secar pasti akibat vidio yang Zahra relam benar-benar jelas menampakan wajah-wajah mereka dan kejadian dari awal hingga ahir.

Selama sekitar satu bulan mereka ahirnya menemukan Putri dan Bian yang menyamar sebagai orang biasa di pulau terpencil didaerah papua paling barat. Ahirnya mereka dibawa ke Lapas Klas IIb Timika, Papua namun setelah hampir seminggu ternyata mereka berdua juga mengonsumsi ganja/narkoba dengan dosis yang lumayan banyak. Ahirnya setelah beberapakali sidang mereka dibawa ke Lapas Narkotika Kelas II A Jakarta.

Selama satu bulan ini Elina terkadang berkunjung untuk menemui mereka, Bian dan Putri selalu mengusirnya kejam namun Elina hanya menjawabnya.

"Aku kesini hanya untuk berkunjung apa itu salah?"

Padahal didalam hati.

"Gue mau liat kalian sengsara 😂😈"

Terlihat jahat memang, akibat kelamaan didunia Fang Xiau, Elina menjadi seseorang yang akan berbuat kejam kepada seseorang yang mengganggu ketenangan hidupnya dan anaknya.

Untuk perushaan-perusahaan besar Lin Hua yang sempat diambil Bian dan Putri kini telah kembali, bahkan perusahan milik ayahnya Bian juga jatuh kedalam genggamanya. Seluruh keluarga Bian terutama ayah termasuk dalang dari konspirasi ini, ahirnya mereka juga ditahan didalam sel tahanan selama 15th penjara dengan denda 150milian rupiah. (Gw ini ngarang yah jangan dipikirin terlalu mendalam, mana paham aku sama pasal-pasal and ayat-ayat hukum-menghukum di negara berflower ini)

Back On Topic

Elina terus menatap gundukan tanah itu lekat-lekat hingga sebuah suara menginstupeksinya.

"Woy lu terpanah lagi sama tuh mayat!" Zahra berteriak gak ada akhlak

"Kagak ada akhlak bat lo!" Semprot Elina tajam, benarkan? Pemakaman masih ramai dengab orang-orang yang melayat terutama para mahasiswa-mahasiswi fakultasnya dulu, namun Zahra dengan satainya berteriak dengan suara toanya di tengah-tengah pemakaman yang tenang.

"Buset dah! Mahmud kalo marah nakutin" ucap salah seorang laki-laki teman sekelas Elina dulu, Zapri

"Maap-maap nih El, gue mau tanya lo kapan enak-enakanya" Zapri bertanya kepo

Seluruh mata langsung menatal Elina dengan curiga, tanpa terlalu memperdulikanya Elina menjawab dengan santai.

"Ini anak gue sama suami gue buka anaknya si noh bab*" jawab Elina menunjuk gundukan tanah Bian dengan dagunya.

"Wah-wah jaga ucapan lo, inget udah ada buntut jangan asal jeplak kalo ngomong" Zapri memoeringatkan Elina, tersadar akan ucapanya yang kasar Elina langsung menggeplak keningnya keras.

"Maafka ibumu yang tidak berguna ini anakku" Elina berujar dramatis, membuat semua temanya langsung mengambil sikap muntah.

Elina merupakan siswi berprestasi, cantik, dan baik, namun satu sikap yang mereka kurang tidak sukai yaitu sikap bar-bar bin tolol yang secara alami pemberian tuhan 😊

"Wah bererti jahat banget lu silingkuhin suami" salah seorang lainya berkata dan dianggukin yang lainya.

"Sipa juga yang selingkuhin suami, orang gue punya suami setelah gue putus ama si Bian-kerok" Elina mebalas tidak setuju.

"Lah! Lu putus ama siBian kan lu langsung terjun bebas tanpa parasut mendarat ketanah Falkutas ekonomi dengan keadaan tulang-tulang retak bin ancur bin penuh darah bin-bin yang lainya lah" Zahra berkata

"Terserah lu aja gue no komen" Elina mengangkat salah satu tangaya keudara tanda menyerah.

"Trus suami lu mana?" Janah bertanya

"Gk tau" Elina menggelengkan kepala polos

Plak!

Secara kompak sengaja atau tidak disengaj mereka serentak menggeplak kening mereka dengan hela'an nafas menahan kesal.

"Eh ngomong-ngomong kita kenapa malah ngobrol disini?" Tanya seorang wanita berkacamata yang sedikit wajar ketimbang yang lainya.

"Oh iya yah"

"Hahahaha!!" Mereka semua tertawa karena ketololan mereka yang mengobrol didepan makam Bian dan Putri tanpa mau pindah tempat.

"Gak papa lah itung-itung kita ngajakin Bian ngobrol sekalian"

"Benertuh apa kata si Mail bin Mail"

"Nama gue bukan mail anjrit!"

"Yang ngomong nama lu Mail siapa? Gue cuma ngepasin gaya rambut lo"

"Alah dasar baut karatan!"

"Kutu kuda!"

"Jenggot pak surip!"

"Seragam sd!"

"Buku fisika!"

"Pensil inul!"

"Stip pelangi!"

"Tas tayo!"

"Sepatu dora!"

"Eh stop-stop perasaan kok jadi nama-nama perakatan sekolah ponaka gue" Zapri berujar bingung, ia tadi mendengar umpatan-umpatan dua teman seotaknya itu namun mengapa jadi berubah peralatan sekolah SD?

"Oh iya-ya?" Mereka berdua tersadar dengan ketololan mereka barusan.

"BUAHAHAHAHAHA" Tawa belasan orang di sana dengan sangat keras

"OEKKKKKKKK!!!!!!"




......











Goddess OF Demonst ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang