55. Keliling Dunia

3.8K 470 1
                                    

4tahun kemudian

Dengan gundah gulana Elina menatap putranya yang tumbuh menjadi bocah yang tampan tatapan waja dan kontur wajahnya terlihat sangat dingin namun siapa sangkah wajah dingin tidak 100% sama dengan sifat aslinya.

Arsenio Fang Xiau Wijaya, bocah itu memiliki wajah yang dingin namun kelakuannya sangat petakilan tidak bisa diam seperti cacing kepanasan.

"Mah-mamah kenapa cewek kalo pipis jongkok?" Tanya Nio menatap Elina dengan polos.

"Ha.ha.ha kamu masih kecil gak akan paham. Kamu dapet ide tanya kaya gitu dari siapa?" Elina tertawa garing

"Nio disuruh sama om Bobi" Nio menunjuk kearah laki-laki berpakaian jas formal yang sedang bersembunyi dibalik pintu keluar.

"Hehehe, ampun bos" Bobi mengancungvkan kedua tangannya lalu pergi lari entah kemana.

Bobi merupakan asisten Pak Juan CEO Elina dulu yang kini telah pensiun. Makanya digantikan dengan Bobi karena pekerjaannya sangat ulet dan serius.

"Hahh, kamu udah besar harus bisa bandingin mana yang buruk mana yang baik yah?" Elina menjelaskan sembari mengusap kepala Nio sayang.

"Nio salah tanya ya mah?" Nio bertanya dengan raut sedih

"Gk sayang, ngga papa" Elina tersenyum dan memeluk tubuh Nio hangat.

"Tadi gimana disekolah nya?" Elina bertanya kepada bocah 5tahun itu.

Oh ya, Nio sudah mulai sekolah TK dari satu tahun yang lalu. Sekolahannya cukup tertutup dan mahal, jadi Elina tidak perlu hawatir saat setelah ia mengantarkanya dan kembali bekerja. Untuk masalah jemputan Elina yang selalu menjemputnya.

"Baik kok mah," jawab Nio dengan senyumnya.

Elina tau Nio di sekolahnya tidak baik-baik saja. Seperti bocah yang tidak pernah dijemput oleh salah seorang orang tuanya, Nio selalu dibully tidak memiliki seorang ayah namun ia tetap tersenyum dan tidak memperdulilanya.

"Jangan bohong, mama tau kamu bohong. Nio gak usah sedih Nio punya ayah kok, makanya berdoa sama tuhan terus minta ayahnya cepet temuin Nio. Nio kangen kan?" Elina berkata dengan sedih, matanya sampai berkaca-kaca

"Maafkan mama nak, kamu harus berfikir dewasa diumurmu ini"

Ia tidak mau mengatakan ayah Nio mati atau sebagainya. Dia hanya ingin membuat pikiran Nio mengingat bahwa ayahnya masih ada dan akan kembali menemuinya dan ibunya.

"Mama jangan nangis, nanti Nio ikut nangis gimana?" Nio berkata, padahal sendari tadi tangannya sudah tidak bisa diam mengucek-ngucek matanya yag basah.

"Haha kamu udah nangis nak" Elina terkekeh geli

"Makanya mama harus tanggung jawab, HUAAAAAA" tangis Nio semakin keras membuat Elina langsung gelagapan bingung

"Ke___"

"MAU LIBURAN KE LILING DUNIA!" Teriak Nio keras

Elina mengangakan mulutnya bingung, memang anaknya ini super aneh.

"Kamu nangis gara-gara ini?" Elina memijit keningnya mening

"Siapa suruh kemaren-kemaren gak dituruti" Nio membalikan badan merajuk

"Kan kerjaan mama masih banyak sayang"

"Tapi Nionya mau jalan-jalan keluar negeri" Nio meloncat-loncat kesetanan

"Hahaha nanti kalo udah liburan ahir bulan yah? Kita pergi kenegara yang kamu mau. Sekarang kamunya juga belum ada paspor"

"Beli"

"Paspor dibuat sayang bukan dibeli"

"Iya itu masut Nio, sekarang ayok kita buat" Nio menarik tangan Elina kuat keluar ruangan dengan wajah masam

"Eh-eh kan libur ahir tahunya masih dua bulan lagi"

"Gak papa yang penting udah ada paspol"

"Untuk anak gue"

.....

Dua bulan sudah berlalu, sesuai janji awal Elina. Ia sudah mengajak Nio pergi kenegara yang dia mau.

Elina dan Nio sudah pergi keparis dan tinggal di sana selama 5hari, Korsel 4hari, Singapura 1minggu.

Rencananya Elina akan pulang kembali ke Indonesia namun apalah daya saat bocil nya ini tidak mau diajak pulang. Maklum pertama kalinya siNio keluar negeri

"Mah jangan pulang dulu" Nio merengek di tempat umum, banyak pasang mata yang menatap Elina dan Nio aneh

"Tapi mama udah pesen tiket pulang sayang"

"Ya tapi Nio gk mauuuu"

"Yaudah tapi sekarang gatia mama yang tentuin tempat yah? masak dari kemaren-kemaren kamu doang sih kan gak asik"

"Yaudah deh, mama yang pilihin" Nio mengerut kesal

"Janga kesel dong nati mama gak jadi batalin tiket pesawat"

"Iya deh iya gak nih, Nio senyum" Nio tersenyum lebar memamerkan gigi-gigi putih kecilnya.

"Yaudah ayok kita cari di internet"

Elina dan Nio memutuskan untuk kembali ke hotel sembari mencari tujuan wisata selanjutnya.

.....

Elina tengah duduk di atas ranjang sembari terus mengotak atik leptop miliknya, saat ini sudah pukul 10.00 malam dan Nio sudah terlelap dalam mimpinya dari 3jam yang lalu, mungkin karena kelelahan Nio tertidur lebih awal dari biasanya.

Setelah berfikir cukup lama ahirnya Elina memutuskan pergi ke Great Wall, Beijing, China sesuai rekomendasi salah seorang temanya.

"Baiklah, sekarang sudah malam tidur dan pesan tiket besok" Elina berkata pada dirinya sendiri dan merebahkan tubuhnya di samping Nio dan terlelap tidur.

Elina dan Nio hanya pergi berdua saja tanpa dampingan seorang sekertaris atau teman yang lainya. Banyak turis maupun warga asli yang berpapasan denganya dan selalu berfikir Elina dan Nio seorang adik kakak namun langsung Nio balas dengan

" She's my mom!"
(Dia ibuku!)

Dengan umur yang masih 25tahun bahakan dia masih terlihat seperti remaja 19-20tahun Elina sering di goda dan diminta no Hp oleh turis lainya. Elina bersyukur dan memuji kecerdasan anaknya yang sudah benar-benar fasih berbahasa inggris.







.....

Goddess OF Demonst ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang