Merasa bosan hanya duduk diam menunggu Zahra di tambah putra kecilnya yang mulai rewel meminta minum, Elina ahirnya berdiri dan berjalan-jalan mengelilingi Mall sembari memberi susu asihnya yang sudah ia pompa dari rumah kepada Nio.
"Uluh-uluh, anak mamah haus yah?"
Nio merespon ucapan Elina dengan tangannya yanga terus memegangi pipi Elina sembari terus bergumam tidak jelas.
"Kita cari peralatan mandi kamu dulu yah?!" Elina beranjak masuk kedalam toko peralatan mandi bayi,
Tengah asik memilih-milih Elina dikejutkan oleh kedatangan seorang balita perempuan yang menarik-narik kaki Nio kasar hingga membuat bayi itu menangis kuat.
"Eh-eh gadis cantik jangan yah nanti dedek nya nangis" Elina mensejajarkan tinggi badannya dengan balita empat tahun itu.
"Kamu mau lihat dedek" Elina memperlihatkan wajah Nio yang menghadap ke dadanya kepada balita perempuan dihadapannya.
"Hihihi dedek nya lagi mimik cucu" gadis empat tahun itu terkekeh senang.
"Kamu kesini sama siapa?" Elina bertanya takkalah merasa tidak ada kehadiran orang dewasa disisinya.
"Ada sama ayah sama bunda" jawabnya polos
"Terus mer___" ucapan Elina terpotong takkalah ada sebuah tangan yang tiba-tiba menggendong tubuh gadis itu.
"Ayah!"
"Kamu darimana aja sih, ayah sama bunda nyariin dari tadi" ucap seorang lelaki itu dengan nada hawatir.
"Ita tadi liat dedek" tunjuk gadis itu kepada Nio
"Dedek?" Pria tadi mengerutkan kening bingung, "oh sepertinya kita pernah bertemu" pria itu berujar sembari menatap Elina dari atas sampai bawah membuat Elina bergerak mundur karena risih
"Oh maaf-maaf, kamu Elina Jaya Wijaya kan?"
"Anda mengenal saya?" Tanya Elina sopan
"Kamu ini sungguh tidak sopan melupakan seseorang yang telah bersusah payah menjaga agar kamu dan bayimu tetap hidup" pria itu mendengus tidak suka.
Elina termenung beberapa saat mencerna ucapan pria didepannya ini, selang beberapa saat ahirnya ia baru menyadarinya. Pria didepannya ini merupakan dokter yang telah merawatnya dari pertamakali masuk rumah sakit hingga terbangun.
"Oh maaf-maaf aku melupakanmu" Elina tersenyum canggung.
"Tidak apa-apa" lelaki yang Elina ingat seorang dokter itu menggeleng maklum
"Yang!" Panggil dokter tadi yang kalau Elina ingat bernama dokter wahyu ini memanggil seorang wanita berumur sekitar tiga puluhan untuk mendekat.
"Ita ketemu? Oh syukurlah, kamu ini Ita jangan suka ngilang-ngilang gitu lagi yah? Bunda sama ayah jadi hawatir" ucap wanita itu menasehati putri kecilnya.
"Ita minta maaf"
"Iya bunda maafin"
"Yang ini dia pasien yang sempat aku ceritakan ke kamu dulu" dokter wahyu berkata kepada wanita itu sembari menunjuk Elina menggunakan dagu.
"Yang mana?"
"Itu loh yang masih bisa selamat setelah jatuh dari lantai 13" dokter Wahyu menjelaskan.
"Oh iya, kamu orangnya?" Wanita itu menatap Elina terkejut.
"Kamu harus bersyukur banget loh, aku sempet gak percaya tau dulu pas suami aku cerita kayak gitu. Biasanya orang jatuh dari lantai 2aja udah mati" wanita itu berujar histeris membuat semua mata menatap kearah mereka.
"Hehe kan waktu itu aku jatuhnya juga di balon teh" Elina tersenyum canggung
Sesuai cerita Zahra Elina terjatuh disebuah balon besar bekas festival yang baru-baru ini diadakan lalu baru terjatuh di atas tanah rerumputan jadi dia tidak terjatuh di atas paping dengan langsung.
"Ia sama aja, walupun udah ada penyangganya retakan di tulang dan luka-lukanya sangat parah, kamu pulih cepet banget. Bahkan suamiku sampai bingung sendiri"
"Hehe iya" tidak tahu mau menjawab apa Elina hanya bisa tersenyum canggung.
"Eh iya aku sampek lupa, kenalin aku meyra panggil aja teh ira"
"Iya, Elina" Elina membalas jabatan tangan meyra.
"Sekarang kamu mau kemana nih?"
"Ini awalnya sih mau jalan-jalan keliling mall diajakin temen sekalian beli peralatan Baby, tapi temenku dari tadi malah gak nongol-nongol sehabis ngecek roti peseanannya" Elina jadi curhat.
"Sama aku aja mau?" Tawar meyra
"Emang gak ngerepotin?"
"Ya enggak lah, orang sekalian aku juga mau cari peralatan buat ini" tunjuk meyra kearah perutnya yang menggelembung besar.
Elina baru sadar jika meyra tengah mengandung, ia sendari tadi tidak menatap secara sempurna tubuh Meyra ia hanya memperhatikan cara Meyra berbicara. Elina senang melihat lesung pipit milik Meyra.
"Maaf teh aku baru tau"
"Gpp, gak penting juga. Yaudah ayok!"
Mereka berdua ahirnya menjelajahi setiap toko perabotan bayi, dokter Wahyu telah kembali bertugas. Seorang dokter memiliki panggilan yang mendadak itu sudah biasa ditambah dokter Wahyu dokter spesialis tulang, jadi akan ada banyak pasien yang menunggunya yang rata-rata orang kecelakaan berkendara.
Untuk Bagus dan Zahra mereka telah izin untuk pergi nonton selama Elina dan Meyra belanja keperluan anak-anaknya.
"Bun, nanti dedek nya kayak dedek Nio kan?" Ita anak nomer satu Meyra bertanya polos.
"Ia sayang, dedek nya sama kayak dedek Nio"
"Ita mau minta dua boleh bun?"
"Haha satu aja belum keluar mau tambah lagi kamu nak" Meyra tertawa garing tanpa mengiakan keinginan anaknya yang super itu.
"Namanya anak kecil teh mintanya suka yang aneh-aneh" Elina ikut menanggapi percakapan ibu dan anak ini.
"Iya El, dia anaknya gak bisa diem, pingin deh rasanya punya anak yang anteng-adem-ayem gitu"
"Jangan diem-diem banget te, gk enak kalo anaknya terlalu dingin gak bisa diajak bercanda"
"Iya juga yah? Yaudah deh gak jadi"
Dalam pencarian mereka banyak di isi oleh percakapan-percakapan seorang ibu muda yang merasa lelah ditambah ia mengurusnya sendiri tanpa seorang suami namun dia harus kuat demi anaknya sendiri.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5sore hari, Meyra sudah pergi dijemput Dokter Wahyu sedangkan disisi lain Elina tengah menunggu jemputan dari supir pribadinya. Zahra dan Bagus sudah pergi terlebih dahulu dua jam yang lalu, mereka berdua bosan menunggu acara belanja ibu-ibu yang lama
Tin!
Tin!
"Sore non maaf lama, macet soalnya maklum waktu jam kerja" ucap pak ujang supir pribadi Elina
"Gk papa pak, sama saya santai aja" Elina membalas senyum pak Ujang tulus.
Anaknya Nio telah terlelap tidur sekitar 15menit yang lalu akibat kekenyangan minum susu tanpa makanan sedikitpun. Elina berencana akan menyuapinya nanti malam sehabis maghrib.
.....
Setelah beberapa menit perjalanan ahirnya Elina sampai di rumah, dia menatap anaknya merasa bersalah.
"Mama minta maaf yah pasti tubuh kamu capek" ujarnya sedih, ia jadi sangat merasa bersalah anaknya yang baru berusia lima bulan harus berkeliling Mall selama 14 jam penuh.
Elina menghela nafas sedih, ini yang tidak disukainya pikiran dan tindakannya belum dewasa untuk menjadi seorang ibu dan menjaganya. Dengan sadar air matanya menetes dengan deras. Elina merindukan Fang Xiau saat ini ia merasa sedikit berat untuk menjadi ibu tunggal.
Elina berdoa dan berharap sifatnya akan dengan cepat berubah dan ada keajaiban yang datang dalam hidupnya.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Goddess OF Demonst ✔️
Losowe(HENDAKLAH BUDIDAYAKAN FOLLOW, VOTE, AND COMEN!!) SEKIAN TERIMAKASIH Udah End ________- Elina seorang gadis imut bin bar-bar dengan tiba-tiba terlempar kedalam masa lalu china yang tak tertulis dalam sejarah, namun bukannya menjadi seorang ratu at...