54. Kerja

3.7K 453 3
                                    

Hati Elina berkencamuk senang, di pagi hari ia sudah di suguhkan dengan pemandangan anak tercintanya sudah bisa berjalan tanpa bantuan walupun hanya selama 6langkah saja.

Arsenio telah berumur 10bulan, perkembangan yang cukup bagus untuk usia berjalan. Elina menatap Nio yang tengah menatapnya dengan senyum mengembang ditambah gigi-gigi kecil yang baru tumbuh 5 biji.

Elina terkekeh geli takkalah melihat Nio yang tersenyum memamerkan giginya hingga matanya menyipit tertutup.

"Hihihi kamu sangat menggemaskan" Elina menerjang tubuh kecil tinggi Nio dengan ciuman bertubi-tubi

"Ahahahaha ma ma mama" Nio tertawa keras merasa geli.

"Ada apa sayang?" Elina bertanya takkalah Nio yang bergerak menggosok-gosok hidung mancungnya degan tangan, biasanya ini tanda ia sedang haus.

"Nen" Nio berujar sembari merentangkan tangannya kearah Elina.

"Kamu baru aja minum masa mau minum lagi, sekarang minum air putih aja yah" Elina menggendong tubuh Nio turun ke dapur untuk mengambil minum.

Elina sudah membiasakan Nio untuk meminum air putih agar nanti saat umurnya menginjak dua tahun ia tidak akan kesusahan mencari minum. Untuk pagi ini Nio baru saja minum asih dan makan pagi, ia takut nanti Nio malah akan memuntahkan makanannya karena kekenyangan.

Glek

Seperti baby lainya Nio hanya meminum sedikit saja air putih

"Apa enak?"

"Ahhh!! Emmm auhhh, AHHH!!" Nio menjerit-jerit sembari terus memukul-mukul tangan Elina sembari berjingkrak-jingkrak senang.

Elina berharap anaknya kelak tidak memiliki sifat dingin seperti ayahnya, Fang Xiau.

Dengan senyum mengembang manis, Elina menatap Nio dan bertanya

"Nio udah siap menemani ibumu ini kekantor?"

"Ya" jawabnya,

"Mbok minah, nanti masak makan siang sama makan sorenya cukup buat mbok sama pak Ujang aja yah, aku pulang malem kayaknya" Elina berkata menatap Mbok Minah.

"Iya neng, tapi itu mbok udah buatin den Nio ager-ager buat nanti cemilanya biar gak rewel"

"Iya mbok makasih"

Mbok Minah dengan cekatan mengambil tas kecil yang berisi agar-agar husus bayi dan meletakanya didalam mobil.

Tak lama kemudian Elina datang bersama Nino yang sudah berada digedonganya.

"Makasih mbok" ucap Elina terahir kali sebelum meninggalkan perkarangan rumah.

.....

Tengan pelan Elina masuk kedalam gedung perusahanya, banyak kariawan yang memberikan salam hormat kepada Elina dan dibalasnya tidak kalah ramah.

"Bu Elina pak juan udah menunggu" ucap sekertaris CEO perusahanya.

"Iya"

Tok!

Tok!

"Masuk" terdengan suara laki-laki didalam sana.

Cklek!

"Oh maaf ibu Elina saya terlalu fokus sama dokumen" lelaki berumur sekitar 45th itu tersenyum canggung

"Tidak apa-apa" balas Elinamenggelengkan kepala

"Ada masalah apa?" Elina bertanya.

"Perusahaan properti dari JP membatalkan kontrak dengan perusahaan kita" ujarnya serius

"Lalu?"

"Mereka membatalkanya namun mereka mau melanjutkanya jika kita bertransaksi 65% bukan 35%"

"Bukankah itu penipuan? 35persen sudah sangat banyak. Biarkan apa yang mereka inginkan, mereka ingin mebatalkanya maka lakukan saja aku tidak akan menghalanginya. Mereka benar-benar maruk" Elina mengerutkan kening geram

"Baik" balas Juan menganggukkan kepala, ia juga tidak menyukai tindakan perusahaan JP itu.

"Apa masih ada lagi?" Elina bertanya

"Oh iya, anda harus menandatangani beberapa kontrak kerja"

"Tolong bawa kemeja kerjaku, permisi" Elina berujar sebelum menghilang dibalik pintu

Elina memiliki ruang pribadi dikantor pusat ini, karena ia seminggu bisa datang 2kali kadang tidak untuk menandatangani sebuah kontrak ahirnya ia memutuskan untuk membuat sebuah ruangan yang nyaman seperti dirumanya.

"Nio disini aja yah, mama mau kerja. Jangan nakal ya?" Elina berkata menasehati sembari meletakan Nio di kursi dorong bulat husus untuk bayi yang sedang berjalan. Untuk memastikan keamananya Elina membuat sebuah pagar kayu melingkar sepanjang 3meter untuk menghalau Nio yang sewaktu-waktu berjalan kelur.

Setelah merasa anaknya terdududk dengan benar, Elina berjalan kearah mejanya yang berada hadap-hadapan dengan ruang main milik Nio untuk meladeni berkas-berkas penuh uang ini.

Satu jam berlalu Elina tidak lagi mendengar suara gemrincing lonceng yang ia pasang di mainan Nio, merasa senyap Elina mendongakan wajahnya dan menatap kedepan. Disana ia melihat putranya tengah tertidur lelap

Merasa kasihan melihat tubuh Nio yang terlihat kurang nyaman tertidur dengan duduk, Elina beranjak bangun dari duduknya dan mendekat kearah Nio

"Kasihanya anak mama, kamu pasti capek ya?" Elina bertanya kecil sembari mengangkat tubuh Nio pelan dan memeindahkanya berbaring keranjang husus bayi yang juga sudah tersedia di sana.

"Kasihanya anak mama, kamu pasti capek ya?" Elina bertanya kecil sembari mengangkat tubuh Nio pelan dan memeindahkanya berbaring keranjang husus bayi yang juga sudah tersedia di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elina meletakan tubuh Nio dengan sangat hati-hati agar dia tidak terbangun lagi nantinya. Menepuk-nepuk kecil punggung Nio hingga Nio benar-benar tenang dalam tidurnya, setelah merasa semuanya beres Elina kembali ketempat kerjanya dan bertukat dengan serius menandatangani dan sedikit mengecek-ngecek kesalahan data atau perhitungan uang yang tidak diinginkan.

Entah sadar atau tidak saat Elina tengah berkutat serius dengan data-data dihadapannya Nio membuka sedikit mata dan menatap Elina lama dan kembali tertidur dengan lelap.






.....






Goddess OF Demonst ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang