Chapter 6 : His game

468K 19.6K 2.3K
                                        

"Mulai besok kau tak bekerja disini lagi. Di dalam amplop ini sudah ada tiket pesawat, alamat aparteman dan lain-lain."

"Apa maksudnya?"

"Kau di pindahkan ke kantor cabang di Milan."

"Aku tak mengerti. Mi... Milan? Kenapa?"

Wanita yang merupakan atasan Zoia pun hanya bisa mengangkat tangannya di udara sambil menyelipkan amplop itu ke tangan Zoia. Lalu wanita itu pun berjalan meninggalkan gadis itu dengan wajah mencibir.

Zoia sendiri masih tercengang seperti kambing congek menatap amplop yang ada di tangannya. Atas alasan apa pula dia harus pindah tugas? Apakah karena skandal itu?! Lalu kenapa dia tak di pecat saja sekalian!

***

Sementara itu, di ruangannya Nicholas tengah tersenyum tipis, matanya menerawang seolah sedang asik bermain dengan pikirannya. Bermain dengan bayang-bayang itu lagi. Bayang-bayang percintaannya dengan Zoia. Sudah berapa hari berlalu semenjak hari itu tapi masih saja dia tak bosan.

Memang seenak itu apa bercinta dengan Zoia?

Sesekali dia tertawa pelan. Laki-laki itu seperti orang gila. Sungguh! Keenan pun ngeri melihatnya hingga memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

Nicholas terus melirik jam tangannya, tak sabar menanti gadis itu tiba di Milan. Menurut laporan dari Berlin, gadis itu sedang berada di pesawat saat ini. Sekitar 45 menit lagi mungkin dia akan sampai.

"Hubungi Collin dan suruh dia menyerahkan berkas investasi besok pagi di mejaku." Perintahnya pada Keenan yang memilih minum kopi dengan beberapa karyawan lain di luar ruangan.

"Anda sudah mau pergi?"

Nicholas tak menjawab. Wajahnya tampak sangat berseri, membuat beberapa karyawan wanita berani tersenyum padanya walaupun tak mendapat balasan apa-apa dari Nicholas.

Pria itu kini sudah sampai di depan kantor lalu segera masuk ke dalam mobil yang sudah disediakan.

Lagi-lagi dia tersenyum sendiri. Oh ada apa dengan pria gila itu?

"Keenan, menurutmu bukankah penthouse ku terlalu besar untuk kutempati sendirian?"

"Anda tidak sendiri."

"Maksudmu?"

"Ada aku dan para pelayan."

Nicholas menatap datar pada lawakan Keenan yang sama sekali tak lucu. Namun bagi Keenan itu sangat lucu hingga dia tertawa seperti orang bodoh.

"Aku berencana pindah dan tinggal bersama Zoia di apartemennya."

"Kenapa tidak sekalian saja Anda melamarnya langsung? Ketimbang berbuat hal-hal tidak jelas seperti ini?"

Nicholas malah tertawa lucu."Melamar? Kau bercanda? Sejak kapan aku punya keinginan untuk menikah?"

"Ya aku bercanda. Lagipula dia terlihat cocok menjadi istri Ataric ketimbang Anda."

Mendengar nama Ataric di sebut-sebut membuat suasana hati Nicholas rusak seketika.

"Memang aku kurang apa? Aku lebih segalanya dari laki-laki itu. Dia bahkan bekerja di bawah telapak kakiku. Apa hebatnya dia itu? Hanya bisa menerbangkan pesawat saja sudah bangga. Kalau itu aku juga bisa."

MILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang