"APA YANG KAU LAKUKAN! JANGAN BUNUH DIRI! KAU SUDAH HILANG AKAL?"
Zoia berbalik untuk menoleh pada orang yang sedang meneriakinya.
Muka merah padam Keenan adalah pemandangan yang membuat Zoia terheran-heran. Ada apa dengan pria itu? Apakah pria itu sedang meneriakinya? Tidak ada orang lain disini kan?
"MENJAUH DARI SANA!"
"Maksudmu apa?"
"Kau mau bunuh diri?"
"Aku hanya mau berenang." Kata Zoia mengerutkan dahinya, masih terheran-heran dengan sikap panik tak masuk akal pria itu.
"Ini malam yang dingin. Kau mau mengulangi kejadian waktu itu kan? Kau ingin bunuh diri kan? Ayolah kau lemah sekali. Bunuh diri bukan solusi dari sebuah masalah! Dasar idiot!"
Jangan lupa kalau Keenan juga pernah hampir kehilangan nyawanya saat dirinya tenggelam di dalam kolam air es itu. Jadi dia paham betul kalau tindakan Zoia memang dilakukan dalam rangka mengakhiri hidup.
"Aku benar-benar hanya ingin berenang."
"Berenang di air es? Sama saja cari mati, idiot!"
"Idiot?"
"Hanya orang idiot yang melakukan bunuh diri."
Zoia mendadak geram."Aku tidak bunuh diri."
Dengan langkah kesal Keenan langsung menyeret Zoia menjauhi kolam renang. Pria itu tau permasalahan rumah tangga yang sedang dihadapi oleh Nicholas dan Zoia. Dan itu membuatnya ikut tersiksa. Entah sampai kapan Keenan harus menderita untuk masalah orang lain.
Kini dia mendudukkan Zoia di sofa, sedangkan dirinya duduk di sebelah wanita itu.
Keenan menghela napas, menatap Zoia tajam. Dia dapat melihat kesakitan dari ekspresi dan tatapan perempuan itu walaupun Zoia tampak sedang berusaha terlihat baik-baik saja.
"Jika butuh teman, bicara saja padaku." Kata Keenan."Walaupun aku tak suka, aku akan berpura-pura menjadi orang baik."
"Yah aku tidak ingin bicara apa-apa. Tidak ada yang ingin kubicarakan."
"Kau sangat terluka?"
Mata Zoia kini berpindah ke dalam manik mata Keenan. Dia sangat terluka? Tentu saja. Sangat amat terluka.
"Lagipula ini memang salahku."
"Salahmu karena sudah tidur dengan Ataric Xander?"
Zoia mengangkat bahunya, frustasi. Tak ingin mengingat ataupun menyalahkan dirinya lagi. Untuk sesaat biarkan otaknya kosong.
Mengingat Ataric, mungkin memang ini adalah karma untuknya karena sudah menyakiti hari pria itu. Entahlah, terserah saja. Zoia lelah jika terus membebani dirinya dengan pikiran ini dan itu.
"Tak perlu menyalahkan dirimu. Sudah takdir."
"Apa artinya menjadi wanita kalau kau tidak bisa melahirkan anak, Keenan?"
"Tetap saja wanita. Kecuali laki-laki yang bisa melahirkan anak, itu baru aneh."
"Lawakanmu selalu garing."
Keenan terkekeh pelan melihat wajah kesal yang terpampang di muka wanita itu. Kemudian dia menghela napasnya.
"Dia membenciku." Lanjut Zoia sebelum Keenan sempat berkata-kata.
"Dia membenci dirinya sendiri."
Zoia kembali menatap Keenan, dengan dahi berkerut tipis.
"Dia menyalahkan dirinya atas apa yang menimpamu. Andai dia tak... mencoba menghamilimu..." sial Keenan benci jadi motivator seperti ini. Tapi demi orang yang dia sukai, dia akan lakukan."Mungkin semua ini tak akan terjadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220