Chapter 26 : Emotional

241K 13K 1.3K
                                        

Seorang pria dengan setelan abu-abu gelap tampak tengah duduk di kursi kebesarannya. Dia tampak seperti seseorang yang tengah diterjang dilema. Wajahnya serius dengan kening yang sedikit berkerut. Sesekali jarinya mengetuk-ngetuk meja. Kemudian sebuah ketukan membuat matanya sedikit bergerak ke arah pintu. Seorang pria lainnya masuk ke dalam ruangan.

"Anda memanggilku, Sir?"

PLAK

Sebuah surat baru saja di lemparkan Nicholas ke atas mejanya. Matanya menatap dingin pada sosok Keenan yang sedang berdiri di hadapannya.

"Aku harus memecatmu."

Keenan melebarkan matanya, namun dia masih diam saja. Astaga. Kali ini sungguhan?

Nicholas bercanda bukan?

"Kau telah menjagaku dengan baik selama ini. Tapi kali ini kau sudah keterlaluan. Seakrab apapun kita, aku tetaplah atasan yang harus kau hormati."

Keenan masih diam.

"Dan yang lebih penting, kau juga tak menghargai Zoia sebagai istriku. Kau mempermalukannya seperti kemarin. Aku tak bisa maafkan itu."

"Apakah dia yang menyuruh Anda memecatku?"

"Bukan. Aku melakukannya atas keinginanku sendiri. Aku tau kau membenci Zoia tapi kebencianmu tak berdasar. Menurutmu perbuatan kemarin itu benar, Keenan?"

Keenan terdiam. Nicholas sudah berada di batas sabarnya. Kelakuan Keenan tak termaafkan kali ini.

Menyiram atasan?

Kurang ajar.

Nicholas sesungguhnya tak tega melakukan ini. Walau bagaimana pun, dirinya dan Keenan sudah bersahabat semenjak berusia sepuluh tahun. Mereka bak sepasang kakak beradik kandung yang sudah sangat amat dekat.

Keenan selalu ada disisi Nicholas untuk melindunginya dari apapun yang membahayakan. Keenan selalu ada untuk membantu Nicholas menyelesaikan tugas sekolah. Keenan selalu ada untuk membereskan kekacauan yang dibuat oleh Nicholas. Keenan selalu ada saat Nicholas di pukuli berandalan. Keenan selalu membela Nicholas saat Nicholas membuat kesalahan.

Keenan selalu ada...

Keenan bagai malaikat pelindungnya...

Tapi... Nicholas tetap atasannya.

Dan Zoia adalah istrinya.

Dia tak masalah jika Keenan berlaku kurang ajar padanya. Tapi menyiram istrinya seperti kemarin? Benar-benar membuat Nicholas tak terima.

"Sekarang bereskan semua barangmu dan pulang ke Berlin. Di dalam map itu sudah ada tiket pesawat dan gaji untuk bulan ini."

Keenan masih diam saja. Kerongkongannya tercekat, dia tak bisa mengeluarkan kata-kata.

"Keluar."

Setelah beberapa detik berlalu, akhirnya Keenan membungkuk pelan, lalu berbalik keluar dari ruangan Nicholas.

Selepas Keenan pergi, Nicholas menghela napasnya sambil melonggarkan dasinya. Hatinya tak enak.

Bagai ada sesuatu yang kosong.

Tapi dia memang harus melakukan ini. Mau sampai kapan dirinya direndahkan oleh bawahannya sendiri? Sekali lagi, ini sesungguhnya bukan menyangkut soal dia yang gila hormat atau apa.

Tapi Zoia. Tak sepantasnya istrinya itu mendapat perlakuan memalukan seperti kemarin.

Walaupun Zoia tak mempermasalahkannya, wanita itu hanya mengomel dan tak pernah menuntut Nicholas untuk memecat Keenan. Bahkan sekarang, jika istrinya itu tau Nicholas sudah memecat Keenan, Zoia mungkin akan mencoba memperbaikinya seperti yang dia lakukan pada Ataric. Memohon Keenan untuk kembali atau apa.

MILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang