Zoia baru saja mendarat kembali di Milan setelah melakukan penerbangan selama kurang lebih lima jam hari ini. Begitu dia keluar dari bandara, seorang pria telah menunggu, bersandar di lambhorgini hitam pekat dengan setelan formal dan kacamata hitam.
Oh Tuhan, suaminya sangat tampan!
Zoia berjalan anggun melewati beberapa pria yang menggodanya nakal. Pandangannya hanya tertuju pada suaminya.
"Seksi sekali huh?"
"Whats your name babe?"
"So beautiful."
"Fuck." Umpat Nicholas melihat pria-pria hidung belang yang masih menggoda Zoia.
Nicholas langsung menghampiri Zoia dan memeluk pinggangnya sambil memberi tatapan permusuhan untuk para pria itu.
"Dia istriku, man."
"Oh maaf. Maaf."
Nicholas mengutuk para pria yang kini berjalan menjauh dari mereka.
"Aku ingin mencongkel mata mereka."
"Abaikan saja, aku sudah terbiasa dengan laki-laki semacam itu." Zoia tertawa. Dirinya memang sudah terbiasa digoda oleh para pria hidung belang begitu. Tidak di dalam pesawat, atau dimana saja.
Huh.
"Sudah terbiasa?!"
"Ya." Zoia mengangguk polos."Para penumpang terkadang bersiul dan mengedipkan mata saat aku membantu mereka menaikkan koper ke dalam kabin."
"Shit."
"Kenapa Sayang?"
Nicholas membuka kacamatanya hingga Zoia dapat melihat wajah kesal suaminya. Wanita itu pun terkikik sambil memeluk pinggang Nicholas.
"Kenapa cemburu pada butiran debu seperti itu?"
"Mulai sekarang kau harus terbang di dalam pesawat yang hanya ada wanitanya saja."
Zoia tertawa keras."Memang ada pesawat yang seperti itu?"
Nicholas berdecak kesal sambil mengitari mobilnya dan masuk ke dalam kursi kemudi sedangkan Zoia masuk ke kursi penumpang. Dia masih saja tersenyum melihat sifat posesif dan cemburu buta Nicholas.
Sejak kapan?
Ah suaminya itu sangat menggemaskan.
***
Sesampai di rumah, Zoia merasa ada yang kurang. Keningnya berkerut saat dia melangkah ke dapur untuk memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas.
"Kemana Keenan?"
Nicholas menghela napasnya, jika mengingat Keenan, Nicholas pun merasa kosong. Pria itu menghampiri istrinya di dapur setelah melepaskan jas dan dasi, meninggalkan kemeja putih yang kancing atasnya terbuka. Nicholas memeluk pinggang Zoia sambil melumat bibir istrinya.
"Sekarang tak ada lagi yang mengganggu aktivitas kita, Sayang."
"Apa maksudnya?"
Nicholas kembali membungkam mulut Zoia dengan ciuman panasnya. Kedua tangannya kini bergerak ke belakang, meremas bokong Zoia yang tampak ketat di balik rok mini seragam pramugarinya.
Perlahan tangan itu menyusup ke dalam rok, mencubit benda tebal di balik celana dalam.
Zoia melenguh ketika Nicholas mulai memberikan kecupan di leher dan telinganya. Nicholas tak pernah bisa menahan diri dari ini. Gairahnya selalu muncul saat bersama Zoia. Apalagi aroma tubuh wanita itu bagai menjadi heroin bagi Nicholas.

KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Romantik[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220