Sepulang kerja di malam hari Nicholas langsung mencari kekasihnya di kamar namun dia tak menemukannya. Dan Keenan masih mogok bicara padanya sehingga dia malas bertanya pada pria itu. Lagipula, jawabannya pasti sama.
Aku bukan baby sitternya. Aku bukan ibunya.
Bla bla bla.
Setelah perseteruan antara Zoia dan Keenan kemarin, pria itu hanya bicara perkara bisnis saja. Selain itu dia memilih diam. Namun dengan tak tau malunya, dia masih saja tinggal di penthouse Nicholas, seperti itu rumahnya sendiri.
Sialan.
Tapi apa boleh buat, Nicholas sudah terlanjur terikat pada Keenan! Kalau bukan pria itu siapa lagi yang bisa mengatasi semua masalahnya di kantor?
Nicholas kembali ke kamarnya, dan suasana hatinya kembali cerah saat mendapati ponsel dan pakaian pramugari Zoia teronggok di kasur. Itu artinya wanita itu ada di rumah.
Nicholas melepaskan kemejanya, meninggalkan tubuh bagian atasnya tanpa balutan benang. Dia menuang wine ke dalam gelas untuk menyegarkan dirinya sambil menatap keluar jendela pada suasana malam kota Milan.
Sementara itu, di kolam renang, tampak Zoia tengah menenggelamkan dirinya ke dalam air. Malam itu dingin sekali. Tapi dia ingin mengguyur dirinya dengan air dingin setelah melakukan penerbangan hampir sepuluh jam hari ini.
Seluruh tubuhnya kram. Tapi... mendadak ototnya tak bisa di gerakkan kini.
Astaga!! Apakah ini akan menjadi hembusan napas terakhirnya?!
Dia tak bisa menggerakkannya sama sekali! Membeku di bawah air!
Sementara di balik tembok, Keenan yang tengah duduk di meja makan merasakan ada benda yang berdenyut di dalam dirinya. Jakunnya naik turun. Pria itu sedari tadi diam-diam memperhatikan aktivitas Zoia berenang dalam balutan baju kaos dan celana pendek. Meliuk-liuk indah.
Hei siapa yang berenang dengan baju kaos kebesaran seperti itu? Wanita itu memang aneh bin ajaib.
Lebih anehnya... Keenan menegang di bawah sana. Sial dirinya butuh sabun sekarang juga!
"Tolong!"
Keenan terkejut, tersadar dari lamunannya. Namun dia tak berniat menolong sama sekali. Dia menyeringai senang melihat gadis sialan itu tenggelam.
"Aku tak bisa menggerakkan tubuhku! Seseorang tolong! Apakah ada orang disana?!"
Sial untuk Zoia. Dia mulai panik karena sepulangnya tadi, memang tak ada satu orang pun kecuali pengawal yang berjaga di depan pintu.
Saat matanya menangkap sosok Keenan, secercah harapan muncul.
"Keenan! Tolong aku!"
Keenan masih menyeringai. Seolah itu pertunjukan lucu yang tak boleh dia lewatkan. Yah dirinya tak sepenuhnya ingin melihat Zoia mati membeku, tapi dia ingin memberi pelajaran sebentar untuk gadis itu.
Zoia semakin panik dan marah melihat tak ada reaksi apapun dari Keenan. Malah seringainya semakin lebar. Sementara tubuh Zoia semakin ditarik ke dasar kolam.
"Keenan! Aku tak bisa bergerak... to... long..."
"Eh? Bukannya ular bisa berenang dalam air?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220