Di dalam pesawat, Zoia duduk bersebelahan dengan Keenan. Namun sepanjang perjalanan mereka hanya diam saja.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Keenan memecah keheningan.
"Tentu saja tidak. Kalau dia baik-baik saja kenapa aku harus menjemputmu seperti ini?"
Keenan tersenyum tipis sedangkan Zoia membuang wajahnya ke jendela, mencoba untuk tidur. Jujur saja Zoia sangat mengantuk setelah semalaman bergadang menemani Nicholas bekerja. Dan rasa kantuk wanita itu pun berhasil membawanya ke alam bawah sadar dalam hitungan menit.
Mulut wanita itu terbuka setengah dan kepalanya oleng ke arah Keenan.
Deg.
Keenan segera mendorong kepala Zoia menjauh hingga terantuk dinding pesawat.
"Akhh!" Ringis Zoia sambil memegangi kepalanya.
"Kau hampir tidur di pundakku."
"Terimakasih kalau begitu. Lebih baik terantuk seperti ini daripada tidur di pundakmu."
"Sama-sama."
Zoia hanya berdecak kesal sambil bergeser menjauhi Keenan dan menyandarkan kepalanya di dinding pesawat. Wanita itu langsung terlelap lagi.
Keenan kembali merasakan degup jantung ketika dia melirik ke arah Zoia. Sial, ada apa dengan dirinya? Dia pun tak mengerti. Dia membenci gadis ini bukan? Tapi kenapa matanya tak bisa bergerak dari wajah itu?!
Begitu cantiknya wanita itu saat tertidur...
Baru kali ini Keenan melihatnya.
Ah cantiknya.
Shit.
Dia segera berdeham dan memalingkan wajahnya agar keluar dari fantasi liar menyebalkan itu. Sejak kapan ini terjadi! Apakah dirinya masih berada dalam pengaruh alkohol hingga bertingkah diluar akal sehatnya?
Itu istri Nicholas! Ingat! Itu istri sahabatmu, sekaligus bosmu!
Keenan terus menyadarkan dirinya.
***
Nicholas terus mencoba menghubungi Zoia namun ponsel istrinya tidak aktif. Pria itu mulai cemas dan bergerak tidak tenang di dalam ruangannya. Zoia tak punya penerbangan hari ini dan wanita itu pasti menghabiskan waktunya di rumah saat tak bekerja. Tapi kenapa ponselnya tak aktif?
Apakah terjadi sesuatu?
Apakah istrinya di culik Ataric?
Apakah di culik pria hidung belang?
Apakah... apakah...
Berbagai pikiran seram menggerayangi kepala Nicholas hingga dia terus menatap ponselnya dan mencoba menghubungi Zoia terus menerus.
"Istriku, apa dia ada di rumah?"
"Tidak ada, Sir. Nyonya pergi dari jam delapan tadi."
"Pergi? Kemana?"
"Saya tidak tau, Sir."
Nicholas mematikan sambungan teleponnya, semakin cemas. Sekali lagi dia mencoba menghubungi Zoia namun masih saja tidak aktif.
"Sir, bagaimana? Semua sudah siap."
"Sebentar lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220