Pagi itu Zoia menatap wanita buruk rupa di cermin. Benar, itu dirinya sendiri. Dengan wajah kusut, rambut berantakan, penampilannya tak lebih buruk dari gembel. Entah sudah berapa lama dia berdiri di depan cermin dan mengacak-acak rambutnya. Zoia kesal sekali pada dirinya karena— dia tak merasa bersalah sudah melakukan percintaan dengan Nicholas.
Gilanya... dia menikmati itu.
Astaga!
Hei dia tak mau munafik untuk mengakui bahwa Nicholas sangat liar dan— berhasil membawanya terbang di atas awan!
Karena itu dia sangat benci! Harusnya dia tidak menyukai ini!
"Sedang apa, Sayangku?"
Deg.
Sosok hantu itu muncul di cermin, memeluknya dari belakang. Dengan susah payah Zoia menelan ludahnya lalu menyingkirkan tangan Nicholas yang baru bangun tidur dari perutnya.
"Lepaskan."
"Aku ingin memelukmu, memang tidak boleh? Kita bahkan menyatu dengan gila kemarin. Kau belum menjelaskan soal itu. Apa maksudmu mempermainkanku seperti itu?"
"Ya aku harus perjelas ini. Aku tau kau sangat menikmati tubuhku. Tapi hubungan kita hanya sebatas itu saja, kau tau maksudku? Jangan berharap lebih. Lagipula, apa kau tidak malu bercinta dengan kekasih orang? Memang kau serendah itu, Nicholas?"
Nicholas malah tertawa meremehkan sembari menatap bola mata Zoia lewat cermin. Kini bibirnya bergerak ke telinga Zoia dan berkata dengan nada panasnya seperti biasa.
"Bagaimana denganmu Zoia? Apa kau juga tidak tau malu bercinta denganku sementara kau punya kekasih?"
Deg.
Zoia mati kutu. Memang benar. Dia pun tak tau malu. Oh God. Jika Ataric tau, dia berhak membunuhnya bukan?
"Kita cocok sekali bukan? Sama-sama tidak tau malu. Sama-sama menikmati satu sama lain. Penisku menyatu dengan sangat pas di dalam vaginamu."
"Bahasamu tidak bisa lebih sopan?"
"Memang kenapa? Benar kan sebutannya itu? Penis dan vagina? Memang ada sebutan lain? Apakah kau lebih suka aku menyebut dick dan puss—"
Kata-kata Nicholas terputus karena bekapan tangan Zoia yang kuat.
"Kau benar-benar kakek cabul."
"Kakek?"
Zoia berjalan meninggalkan Nicholas lalu bertengger di dapur untuk menyeduh kopi.
"Kenapa kau menyebutku kakek?"
"Perbedaan usia kita nyaris sepuluh tahun!"
"Lalu sepuluh tahun disebut dengan kakek? Begitu? Teori konyol darimana itu?"
"Yah tetap saja aku dan kau terlihat sangat jauh berbeda. Kau tua dan aku begitu muda. Kemari."
Zoia menyeret Nicholas ke depan cermin dengan semangat.
"Lihat keriput di dahimu, astaga disini juga, dan bulu-bulu di dagumu ini membuatmu lebih tua." Zoia membuka mulutnya lebar."Dan lihat aku. Muda dan segar. Seperti kakek dan cucunya!"
"Aku baru 28."
"Kau terlihat seperti 48."
"Aku ingin menciummu."
"Aku tak mau dicium kakek tua."
"Kau tak mau dicium, tapi mau bercinta, begitu?"
Zoia berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya lalu melangkah kembali ke dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Roman d'amour[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220