Chapter 40 : Miracle

160K 11.6K 972
                                    

Tak terasa...

Sudah satu tahun pernikahan Nicholas dan Zoia. Setelah cukup banyak rintangan yang mereka lalu, setelah begitu banyak air mata dan rasa sakit, kini mereka menemukan kebahagiaan yang nyata. Saat kau saling mencintai tanpa menuntut apapun, saat itu pula kebahagiaan datang dengan sendirinya. Bagi kebanyakan pasangan yang menikah, kehadiran buah hati memang hal yang sangat di nanti. Namun, perlu diingat bahwa apalah arti semuanya saat kau tak mencinta satu sama lain dengan tulus? Anggaplah kehadiran anak adalah bonus dari Tuhan. Pada dasarnya, cinta, kepercayaan, dan komunikasi lah yang menjadikan rumah tanggamu kokoh.

Selama beberapa bulan belakangan, rumah tangga Nicholas dan Zoia benar-benar harmonis. Jauh dari pertengkaran seperti sebelumnya. Yah hanya pertengkaran kecil seperti kebiasaan Nicholas yang mengambil baju dengan asal hingga Zoia kewalahan dan bosan setiap hari harus melipat dan merapikan lemari mereka.

"Sayang! Bisa tidak kau mengambil bajumu dengan pelan? Aku sungguh akan membakar lemarimu jika begini terus."

"Tinggal beli yang baru."

"Kau itu benar-benar menyebalkan!"

Atau pertengkaran saat Zoia tersenyum manis pada Keenan. Ya, bagaimanapun sikap posesif dan cemburu buta Nicholas masihlah kental. Walaupun hubungan Zoia dan Keenan tak bisa melewati batas pertemanan, tetap saja dia paranoid bahwa suatu saat Keenan bisa saja memelet Zoia.

"Kalau sekali lagi aku melihatmu tersenyum pada Keenan, aku benar-benar akan melakban bibirmu."

"Melakban dengan bibirmu?"

"Sayang mengertilah! Ibu Keenan adalah orang Indonesia, dia pasti terlahir dengan kemampuan memelet."

Astaga.

Dia memang laki-laki yang penuh dengan pikiran buruk jika itu menyangkut istrinya.

Kondisi kesehatan Zoia pun sudah sangat membaik. Dia masih rajin mengontrol kesehatan kandungannya ke Berlin karena disanalah dokter Margaret buka praktek. Setelah hari itu, Zoia diwajibkan memakai alat kontrasepsi karena yah kondisinya yang tak memungkinkan untuk hamil. Dia bukannya tak punya peluang untuk mengandung. Tapi, saat dia mengandung, kehadiran janin di takutkan akan membahayakan nyawanya. Atau, seperti yang pernah dijelaskan, kemungkinan besar bayi akan lahir prematur. Intinya, terlalu beresiko.

"Happy aniversary for you and Nicholas." Dokter Margaret memeluk Zoia kemudian memberikan kecupan hangat di kedua pipi wanita itu.

Zoia tersenyum hangat."Terimakasih Margaret. Datanglah ke Milan, besok malam kami akan mengadakan pesta kecil-kecilan. Aku sangat berharap kau datang."

"Bagaimana ya? Aku sibuk sekali. Kau tau kan dokter seperti apa aku ini?"

Kedua wanita itu terkekeh."Ya aku tau sekali, dokter seperti apa kau itu. Kalau bukan karena kau mungkin rahimku sudah diangkat! Dan kalau bukan karena kau juga, satu orang dokter gadungan sudah mati di tangan Nicholas."

Lagi-lagi keduanya terkekeh."Omong-omong, tumben Nic tidak ikut?"

"Yah dia sangat sibuk." Kata Zoia sambil berdeham.

Dokter Margaret menatap Zoia dengah dahi berkerut tipis."Aku tau sesibuk apa bos besar itu, tapi dia tak pernah absen menemanimu selama setahun terakhir."

MILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang