Hari ini Zoia kembali mendekam dengan bosannya di apartemennya karena dia tak punya penerbangan. Sebenarnya orang-orang itu berniat memberikannya pekerjaan tidak?
Huh sialan.
Kenapa juga dia harus pindah kesini? Membosankan setengah mati. Dia benar-benar ingin berada di Berlin saat ini juga. Gadis itu kini mengambil ponselnya lalu melihat-lihat kalender untuk mencocokkan tanggal. Dia berencana pulang ke Berlin beberapa hari.
Untuk bertemu dengan Ataric.
Semenjak kemarin tak ada kabar selain dua puluh panggilan tak terjawab. Dan saat Zoia menghubunginya, nomornya sudah tak aktif. Dia pasti sibuk berada di dalam pesawat. Sebagai kapten dengan jam terbang paling banyak, Zoia mengerti itu. Dan kini, sembari menonton TV, pikirannya melayang-layang pada segalanya.
Ataric dan Nicholas. Dia harus berbuat apa pada mereka berdua?
Lagi-lagi dia merasa hina telah terjerumus ke dalam lubang hitam Nicholas untuk yang ketiga kalinya. Yah baginya hubungannya dengan Nicholas hanya sebatas... teman seks. Ah sudahlah dia pusing. Dia tak ingin berpikir apapun sekarang. Jadi dia memilih untuk menenggelamkan dirinya ke dalam selimut, berharap tidur sampai besok pagi.
"Sayang..."
Zoia menarik selimutnya dari kepala dan melihat sosok yang dirindukannya berdiri di depannya.
"Ataric! Kau disini?" Zoia segera melompat ke dalam pelukan kekasihnya itu.
"Ya, ini hari liburku. Satu-satunya dalam seminggu."
Zoia memperhatikan Ataric dalam-dalam. Pria itu terlihat tampan di dalam balutan kemeja hitam yang tak dikancing penuh dan celana hitamnya.
"Aku merindukanmu hingga nyaris gila." Desah Ataric sembari mengecup bibir Zoia.
"Aku juga. Kenapa kau tak menghubungiku?" Zoia berkata dengan wajah cemberut.
"Kejutan." Bisik Ataric panas di telinga Zoia.
"Aku menghubungimu kemarin dan nomormu tidak aktif. Kenapa kau bisa sangat sibuk sekarang? Bisa-bisa aku lari ke pelukan pria lain!"
Ataric yang mendengarkan pernyataan itu pun merasa sangat sakit hati. Tapi cintanya pada gadis itu mengalahkan sakit hatinya. Dia tau semua gadis juga akan lari pada pria lain jika terus diabaikan seperti ini.
Tapi apa boleh buat? Dia menghabiskan hampir dua puluh empat jam setiap harinya di dalam pesawat!
Ataric menghela napas."Aku berpikir untuk resign dari Rayan Fly dan pindah ke Air Italy. Jadwal ini juga membuatku gila."
"Benarkah? Air Italy?"
Ataric mengangguk sambil membelai rambut Zoia lembut."Aku juga tak ingin bekerja seperti orang gila sementara kekasihku disini, mencari kesenangan pada pria lain."
Zoia menelan ludahnya, merasa sangat tersindir. Astaga. Apakah... Ataric tau? Tentu saja! Apakah dia bodoh?
"Aku mempercayaimu, Sayang." Kata Ataric yang kini menggerakkan tangannya kepinggang Zoia, menariknya lebih dekat ke tubuhnya. Pria itu seolah tau kegelisahan Zoia. "Kau hanya mencintaiku, dan kau wanita setia. Kau tak akan mengkhianatiku, bukan?"
Zoia benar-benar merasa sangat terpojok sekarang. Dia membuat kesalahan yang besar kali ini. Tapi dia berani bersumpah bahwa dia mencintai Ataric. Tapi Nicholas... pria itu... entahlah. Yang jelas dia mencintai Ataric.
"Aku sangat mencintaimu." Kata Ataric menatap jauh ke dalam bola mata gadis itu. Kini bibirnya menggapai bibir Zoia, melumatnya lembut.
Tangan gadis itu kini menyusup ke sela-sela rambut Ataric, meremasnya sambil memejamkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Romance[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220