Di bawah guyuran air di kamar mandi hotel, Zoia meraung-raung seperti gadis kesetanan. Sudah satu jam lebih dia mengurung dirinya di kamar mandi, mengguyur tubuhnya sampai pucat karena dirinya sangat amat kotor sekarang. Gadis itu tak bergabung untuk makan siang dengan rekannya dan memilih waktu sendirian untuk meratapi nasib gilanya. Bagaimana bisa dia jatuh dalam perangkap yang dibuat pria gila itu? Sampai saat ini dia masih tak percaya orang yang mengambil keperawanannya adalah Nicholas! Bagaimana mungkin! Kenapa!
Kenapa!!
Kenapa harus dia!!
Dia menyimpan kesuciannya itu untuk Ataric Xander. Belum sampai seminggu mereka berdua pacaran, Zoia sudah harus kehilangan keperawanannya. Ya, gadis itu punya kekasih. Begitu susah bagi Zoia untuk menyukai pria lain setelah penolakan Nicholas di masa lampau. Tentu saja penolakan itu membuatnya hilang percaya diri.
Dan saat dia menemukan Ataric, Nicholas malah datang mengambil sesuatu yang harusnya hanya di sentuh oleh Ataric.
Gila!
Tak mau semakin gila, Zoia pun bangun dari kesedihannya lalu mengambil piyama untuk pergi ke alam mimpi. Belum sempat dia memejamkan mata, pintunya di ketuk. Dengan malas gadis itu bangun lalu membuka pintu.
"Sayang." Ataric berdiri di depan pintu masih dengan baju pilotnya, tersenyum dan langsung merangsek masuk ke dalam kamar.
Menangkap tengkuk Zoia dan melumat bibir gadis itu lembut, haus akan dirinya. Karena keduanya bekerja di maskapai penerbangan, sudah pasti waktu untuk berpacaran amatlah sedikit bukan?
"Aku merindukanmu." Desah pria itu sambil terus memanggut bibir dan leher gadis itu. Pria itu... ingin memasuki kekasihnya. Sudah lama dia menahannya!
Zoia hanya bisa membelalakkan matanya, terkesiap, dan tak siap dengan kedatangan Ataric.
"Kenapa kau ada di Milan?" Tanya Zoia setelah bibir keduanya lepas.
"Transit sampai besok pagi, Sayang. Aku dengar kau di Milan, bukankah kita memang di takdirkan untuk bertemu? Kenapa kau tak memberitahuku?"
Ataric kini kembali menciumi bibir Zoia, tangannya mulai meraba pinggang dan bergerak menuju gunung kembar yang tak dilapisi bra.
"Stop!"
Zoia segera menjauhkan dirinya. Dia menarik napas ngos ngosan, membuat Ataric menyerngit.
"Ada apa?"
"Eh? Tidak... maaf... aku hanya begitu lelah..."
"Lelah?"
"Ya. Aku lelah terbang selama hampir dua puluh jam hari ini." Bohong Zoia. Walaupun tak sepenuhnya bohong, tapi dia tak ingin bercinta dengan siapapun. Setelah kejadian gila itu, rasanya bercinta dengan Ataric pun sudah tak berani dia lakukan.
Ataric tau gadis itu masih perawan, dan jika mereka bercinta... apa yang harus dikatakan Zoia pada Ataric? Gadis itu perlu waktu untuk memikirkan semua ini. Waktu untuk mengakui bahwa dirinya... sudah tak perawan lagi. Dan dia berharap Ataric akan memakluminya.
Ataukah ada cara lain yang bisa membuat selaput daranya kembali seperti semula? Beritahu dia kalau ada.
"Kau baik-baik saja?" Ataric mencoba menyentuh pipi Zoia yang tampak pucat dan penuh permusuhan."Apakah kau marah padaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILAN
Roman d'amour[ 21+ ] CERITA INI MENGANDUNG AKTIVITAS SEKSUAL DAN BAHASA VULGAR. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA --------------- 📝 01/11/220