Chapter 17 : Permission

253K 15.1K 3.5K
                                        

"Aku tidak tau harus mengatakan apa." kata Zoia saat keduanya sedang sarapan. Zoia sedari tadi masih diam sebelum berhasil bicara sekarang.

Lamaran itu begitu mendadak. Dirinya bahkan belum yakin dengan perasaannya terhadap Nicholas. Lebih tepatnya... dia masih membutuhkan waktu untuk sesuatu yang besar seperti menikah.

Hei dia masih 19 tahun! Masih terlalu muda untuk sebuah pernikahan.

Zoia memberanikan dirinya menatap Nicholas yang sedari tadi memasang wajah dingin karena kesal. Tentu pria itu kesal setengah mati. Dia sudah memberanikan diri untuk melamar. Membeli cincin paling mahal tapi dia tak mendapatkan jawaban apa-apa dari Zoia.

Gadis itu mungkin sedang syok? Nicholas memakluminya, tapi sampai kapan? Pria itu tau betul bahwa Zoia juga mencintainya, tapi jual mahal. Hal itu membuat dirinya mulai uring-uringan dan tak berselera makan.

Lebih parahnya, sekarang gadis itu malah menjawab 'Aku tidak tau harus mengatakan apa'

"Bukankah ini terlalu terburu-buru?" Tanya Zoia lagi."Kita... baru saja saling mengenal satu sama lain... atau bahkan belum sama sekali... selama ini kita hanya melakukan seks..."

"Kita sudah saling mengenal sejak kau balita."

"Ya tapi itu berbeda."

"Kau melakukan seks karena kau mencintaiku. Memang kau mau melakukan seks dengan Keenan?"

"Tentu saja tidak!"

"Aku mencintaimu dan kau juga begitu. Aku ingin membangun sebuah keluarga denganmu, Zoia."

Zoia menelan ludahnya, menusuk-nusuk lasagna yang belum dia sentuh sedikitpun.

"Kita tak pakai pengaman saat bercinta." Kata Nicholas tajam."Bagaimana kalau kau hamil? Pada akhirnya kita juga harus menikah."

Lagi, Zoia menelan ludahnya.

"Ah ya, aku lupa satu hal. Mantanmu saat—"

"Aku minum pil pencegah kehamilan jadi itu bukan masalah. Aku tidak hamil." Kata Zoia langsung begitu dia tau arah pembicaraan Nicholas.

Nicholas merasa lega kini, tidak harus bingung di kemudian hari tentang anak yang dikandung Zoia. Dirinya pun tersenyum tipis. Bahagia karena sekarang tak ada lagi yang kacau di dalam kepalanya. Ya, Nicholas masih memikirkan soal benih Ataric yang sempat masuk ke dalam rahim kekasihnya itu dan itu membuatnya sakit kepala.

Sekarang, Zoia hanya akan mengandung buah hatinya. Dan pria itu tak sabar melihatnya hamil.

"Aku pikir kita harus pulang ke Berlin untuk memberitahu keluarga kita tentang ini. Aku tak bisa memutuskannya sendiri." Kata Zoia setelah lama berpikir.

"Bagaimana kalau ayahmu menentangnya?"

"Yah itu tugasmu untuk meyakinkan Daddy."

"Kita menikah diam-diam saja hm?"

"Jangan gila, Nicholas."

Sesungguhnya Zoia sangat pusing dengan ini. Kenapa harus mendadak sekali? Dan Nicholas benar, andai dia hamil, mau tak mau dirinya harus menikah dengan Nicholas bukan?

Yang lebih pentingnya adalah, dia tau jauh di lubuk hatinya, dia bahagia dengan lamaran ini. Karena Nicholas baru saja membuktikan bahwa dia bersungguh-sungguh mencintai Zoia.

"Bagaimana kalau kita pulang malam ini?" Tanya Zoia pelan.

"Aku belum siap untuk dihajar lagi, Sayang."

"Kalau begitu kita akan tunggu sampai kau siap."

"Kau dan ayahmu sama-sama sok jual mahal. Aku tau sebenarnya dia bangga memiliki menantu sepertiku."

MILANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang