41.

45 5 6
                                    

Jalan Thamrin terasa sangat damai saat itu. Angin malam menyelimuti tubuh Jessica yang sedang duduk di sebuah kursi panjang yang berada di tempat pemberhentian bus. Cewek itu sedang menunggu Amanda, katanya 10 menit lagi sampai. Tapi sampai sekarang belum sampai juga. Jessica menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Hai." Sapa Amanda, Jessica pun menoleh sambil tersenyum. Lalu Amanda pun duduk bersama dengan Jessica."Ya udah, yuk? Berangkat sekarang." Ucap Amanda.

"Yuk." Jawab Jessica, dia agak terlihat canggung. Dia canggung karena merasa kalau dirinya ini seperti seseorang yang nggak tahu malu, karena sudah berani dekat-dekat dengan seseorang yang jelas-jelas sudah mempunyai kekasih. Tapi ini masalahnya beda lagi, jadi Jessica memang benar-benar membutuhkan support.

Mereka berdua menaiki angkot, mereka berdua juga saling berbincang-bincang, tertawa-tawa sampai Jessica merasakan, apakah Amanda tidak mengetahui kalau Nichol sering membantunya? Apa dia hanya menutupinya saja? Entahlah, ini benar-benar sangat membingungkan sekali. Angkot berhenti di salah satu tempat dimana komunitas Love Yourself di buat.

Amanda mengambil uang saku untuk membayar angkot, dia juga membayar angkot Jessica. Tetapi sepertinya Jessica merasa tidak enak."Mand, nggak usah." Kata Jessica."Gue ada uang, kok. Jadi lo nggak usah repot-repot."

"Jes, lo kayak sama siapa aja, sih? Hahaha." Kata Amanda tertawa."Kita juga udah kenal lama, nggak usah sungkan-sungkan, deh."

Jessica merasa seperti itu karena gimana ya? Susah sekali untuk di jelaskan, ya pada intinya dia benar-benar merasa canggung sekali dengan Amanda. Lalu mereka berdua masuk, Amanda memegang tangan Jessica. Darah Jessica mengalir deras, jantungnya berdetak kencang, keringatnya berubah menjadi dingin. Seperti sedang di terkam oleh singa yang sedang kelaparan, padahal itu hanya Amanda, sahabatnya.

Saat sudah berada di dalam, Marsha menyapa mereka berdua."Hai!" Sapanya."Lho, mand. Caitlin mana?" Marsha bingung.

"Caitlin lagi nggak bisa, Cha."

"Kenapa?"

"Katanya, sih, ada urusan penting."

"Oooh, gitu." Marsha ber oh panjang sambil mengangguk."Ya, udah. Yuk, masuk?" Tangan Marsha memegang tangan Amanda, sedangkan tangan Amanda memegang tangan Jessica. Rasanya bagi Jessica saat itu seperti merasa curiga pada Amanda, mengapa dirinya terlihat sangat fine-fine saja? Ah! Entahlah! Hanya Tuhan dan Amanda yang tahu.

Mereka berdua duduk, sedangkan Marsha pergi meninggalkan Amanda dan juga Jessica. Awalnya hening menerpa mereka berdua, tetapi Amanda berbicara, seolah tidak mau terus-terusan seperti itu."Jes."

"Iya?"

"Tadi katanya lo mau ngomong sesuatu sama gue? Apa itu? Lo belum ngomong sampe sekarang."

"Ooooh. Aaaaa, anu, Mand. Gueeee ..." Jessica nampak bingung mau berbicara apa. Dia ingin berbicara soal Nichol, agar Amanda tidak salah faham, apakah harus bilang sekarang juga? Kalau nanti, takut nggak sempat. Jessica pun berharap Tuhan membantunya malam ini.

"Gue mau ..." Belum juga berbicara, Marsha datang dengan membawa dua gelas jus mangga."Minum dulu, pasti kalian haus, ya, kan?"

"Makasih, Cha." Amanda mengambil jus itu dan langsung meneguknya. Jessica hanya menatap ke arah Amanda yang sedang minum."Gue harap lo nggak salah faham sama perlakuan Nichol selama ini ke gue, Mand." Jessica berbicara secara tiba-tiba.

Amanda yang mendengar itu pun langsung tersendat, jus yang semula di mulutnya hampir keluar, kalau Amanda tidak segera menutupnya rapat-rapat. Lalu dia mengambil tisu, dan meneguk air putih. Marsha membantu Amanda, lalu ikut serta duduk bergabung.

Teman Tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang