46.

90 7 2
                                    

2 tahun kemudian, saat semuanya sudah berubah di mata Nichol. Kota Jakarta yang sekarang isinya jauh berbeda dari yang dulu, sebelum dia dan Amanda masih berada di sini. Rambut yang kini kian bertambah panjang, wajah pun kini semakin berubah menjadi lelaki dewasa.

Dia tidak menyangka bahwa 2 tahun setengah sudah dia dan Amanda saling bungkam, entah apa yang akan terjadi setelah ini. Dan hari ini juga adalah hari pertama dimana Amanda akan kembali ke kota Jakarta, kota yang banyak sekali kenangan didalamnya.

"Bro." Suara lelaki terdengar dari belakang Nichol. Dia adalah Edo.

Nichol hanya diam tidak menatap Edo. Namun Edo mendekat ke arah Nichol."Tadi gue ke cafe herbal. Ada Manda, Chol, sama temen-temennya, lo nggak mau ngomong apa-apa ke dia?"

"Mau ngomong apa gue juga bingung, Do." Ucap Nichol."Gue udah berhasil, tapi untuk menjelaskan semuanya juga pasti butuh keberanian hebat, Do."

"Ya, Bro, tapi__"

"Hush!" Nichol memotong ucapan Edo."Gue cabut dulu, ya."

"Mau ke mana?"

" Ada deh." Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya."Cabut, ye?"

<•>

Amanda menyusun waktu untuk bertemu dengan teman-temannya di sebuah cafe herbal dan rasanya kembali menjadi bocah SAMA yang suka tertawa terbahak-bahak di kantin sekolah. Bagi Amanda berbicara kepada mereka semua selalu membuatnya dipeluk hangat oleh kenangan yang menancap begitu erat bak fosil dalam kepala.

Tiap kali bertemu, entah kenapa topik pembicaraan kami selalu menyinggung pacar masing-masing, termasuk Nichol. Memang betul, bocah paling nakal di sekolah pasti jadi seseorang paling diingat.

"Gue juga nggak ngerti ya, kenapa dia tuh pernah senakal itu, inget nggak sewaktu dia naik-naik meja? Cuman buat ngehibur diri dan berisik di seluruh ruangan kelas, aduuuuh! Nggak pernah lupa gue sama kenakalannya Nichol, hahaha." Kata Febby si musuh bebuyutannya dengan tertawa terbahak-bahak, namun Amanda hanya tersenyum tipis, seperti malas membahas hal seperti ini.

"Tapi gue kagum, sih, dia sekukuh itu mau mengejar lo, Mand." Caitlin menambahkan.

Amanda diam. Rasanya ingin menasehati dirinya sendiri."Mand, santai dikit dong, nikmati dulu masa remaja kamu yang hanya sekali." Masa remaja adalah waktu seseorang tidak bisa sukses karena suka berkelahi, atau tawuran, atau demo. Padahal kesuksesan seseorang itu seperti halnya sebuah taman bunga, antara bunga matahari dan bunga sepatu memiliki waktu yang berbeda untuk mekar. Namun karena remaja adalah waktunya seseorang berbuat salah, maka Amanda anggap waktu itu merupakan kesalahan terbesar yang pernah dirinya lakukan.

"Dia sekarang udah jadi usahawan ternama, Mand, lo patut bangga." Kata Maudy.

"Bangga?" Amanda bingung.

"Aku udah jadi apa yang kamu mau, Mand, jadi orang sukses dan berhasil." Ucap seseorang dari belakang Amanda, yang sudah Amanda kenali, tidak salah lagi, ini memang Nichol.

Satu tetes air mata luruh ke pipi Amanda, dia menarik napas panjang, lalu merasakan seseorang mendekat."Nichol?" Dia masih bertanya pada dirinya sendiri. Nama dari seseorang yang berhari-hari menghantui pikirannya. Nama dari seseorang yang begitu dia tunggu kabarnya.

"Hai." Nichol menyapa dari samping tubuh Amanda, yang disaksikan oleh semua teman Amanda.

Gadis itu tidak menjawab, melainkan hanya meluruhkan semua air matanya, terasa sangat sakit berada di hadapan Nichol saat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman Tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang