38.

51 5 9
                                    

Chol?Udah bangun belum?Bisa tolong anterin gue kerumah sakit nggak? Soalnya bokap gue tiba-tiba demam,dan gue nggak tahu harus minta tolong ke siapa selain lo.

Nichol baru saja membuka matanya dan tangannya segera mengambil handphone di nakas, kontan saja dia terduduk tegak di ranjang sewaktu membaca. Sebuah chat WhatsApp terkirim dari Jessica setengah jam yang lalu. Cowok itu segera bangkit dari ranjang, terburu-buru ke kamar mandi untuk membilas badan,ganti baju dan hanya butuh waktu 15 menit untuk bersiap-siap hingga Mbok Darmi pembantu dirumahnya mengernyit.

"Mau kemana,Mas?"

"Ngampus."

"Tumben amat buru-buru." Bukan tanpa alasan mengapa Mbok Darmi berkomentar seperti itu, masalahnya Nichol adalah tipe cowok yang terlalu santai,setiap kali Mbok Darmi menasehatinya,Nichol akan bilang ."Alah, telat 5 menit doang, kalau nggak boleh masuk sama dosen, ya cabut aja ke kantin, beres, kan?"

"Makan dulu,Mas."Ucap Mbok Darmi lagi sambil mengoleskan selai kacang ke roti tawar.

"Yaudah sini Mbok,saya berangkat ya Mbok,kalau Papa udah pulang,suruh telfon saya aja."Nichol mengambil roti berisi selai kacang yang di buat oleh Mbok Darmi,dan langsung melambaikan tangannya dan langsung segera menaiki motornya, meninggalkan Mbok Darmi yang menghela napas di meja makan.

<•>

Amanda keluar dari kamarnya dan bersiap untuk berangkat kuliah,baru saja dia membuka pintu lantas disambut dengan pemandangan berantakan. Suara teriakan Megan dan Maudy di dapur, gadis itu segera berlari ke belakang."Bocor,nih, gara-gara lo, Meg."Maudy menunjuk Megan

"Caitlin mana?"

"Udah berangkat dari tadi, Mand."

"Mand, telepon Nichol,dong,minta bantuan pasangin keran sama gas,nih."

Permasalah menjadi anak kos-kosan yang penghuninya perempuan, mereka tidak tahu caranya memasang keran, atau memasang gas, biasanya Nichol yang akan di panggil untuk datang dan memberi bala bantuan. Amanda mengeluarkan handphonenya, berniat untuk menelepon Nichol, tapi sebuah pemikiran menghantam kepalanya dengan telak, mengurungkan niatnya untuk menghubungi Nichol.

"Nanti gue telepon tukang aja deh, biar di bagusin."

"Lho, kenapa, Mand? Kalau nyuruh tukang mahal, memang,Nichol nggak bisa?" Tanya Maudy yang mukanya sudah di penuhi dengan air sembari ngos-ngosan karena capek harus menutupi air yang berkeluaran dimana-mana.

Megan menyikut lengan Maudy, memberi sinyal agar dirinya bisa diam.

"Nanti gue minta bantu sama Mas Purno aja, deh." Mas Purno adalah pedagang seblak langganan di depan gang."Iya udah berangkat aja, Mand, biar gue sama Maudy yang urusin." Megan segera mengambil alih, sementara Maudy memandangnya penuh tanda tanya.

"Iya udah kalau gitu." Amanda mengangguk."Berangkat ya?"

"Hati-hati,Mand." Selepas Amanda pergi, drama antara Maudy dan Megan berlanjut lagi, kali ini lengkap dengan suara teriakan karena air dari keran mengalir semakin banyak. Amanda mempercepat langkahnya, kepalanya sedang rumit , dan dia tidak mau jadi kian rumit karena masalah sepele di dalam kos-kosan.

<•>

Jessica sibuk mengotak-atik handphonenya, berharap Nichol akan segera datang. Papa-Nya sudah batuk-batuk dan mengeluh karena sakit di bagian kepala, dia tidak mau Papa-Nya akan semakin parah nantinya, dia juga tidak mau membuat penyakit Papa-Nya semakin memburuk. Teleponnya berdering, Jessica berjenggot. Dia seperti menemukan oase di tengah gurun pasir sewaktu melihat nama Nichol muncul di layarnya."Halo."

Teman Tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang