BAB 41 ⭐ Kebusukan Wanita Itu Terkuak

187 23 9
                                    

Setelah lumayan lama mereka berbicara, ada rasa bersalah dalam diri Zefha meski seharusnya itu tak perlu Ia rasa. Helena begitu banyak bercerita tentang keadaan yang sudah terjadi pada Jason selama ini, yang Zefha sangka Jason sudah bahagia dan dengan mudahnya melupakan dirinya dan semua kenangan yang ada. Namun ternyata, Zefha salah. Justru selama Jason bersama dengan Ara, seakan hati dan sikap perilaku yang terlihat bahagia, hatinya begitu tersiksa. Jason memang sangat dekat dengan Kakaknya  dan apapun itu Ia selalu curhat pada sang Kakak. Oleh karena itu, semua tentang Jason, apapun Kakaknya tahu semua.

"Apa Kamu masih meragukan Jason?" tanya Helena disaat melihat raut wajah Zefha seperti sedang merasa bimbang antara percaya atau tidak dengan semua ucapannya.

"Iya, Aku faham kok? Mungkin memang Jason yang masih belum bisa berfikir lebih dewasa, tetapi dengan seumuran Jason, Aku rasa justru Dia sudah lumayan bisa berfikir dewasa karena keadaan" ucap Helena lagi.

"Jason ada bilang sama Aku, selama ini dan hingga dekatnya Dia dengan Ara kemarin itu, Ia benar-benar mengakui sikap, sifat dan kenyamanannya yang Ia mau tak pernah Ia temukan, dan hanya Ia temukan di Kamu, itu sebabnya Jason tak menyerah buat kembali datangi Kamu"

"Bukankah, Jason datang mungkin karena rasa bersalahnya soal calon anak yang gak ada itu Ci?"

Helena tersenyum pada Zefha.

"Harusnya Kamu faham? Rasa bersalah itu ada dan sebesar apa, dirasa seorang laki-laki yang mencintai wanitanya, penyesalan yang sangat besar karena keadaan yang terpaksa Ia lakukan, meski hatinya tak bisa lepas terikat dengan keinginannya yang terpaksa harus Ia pendam"

Zefha menundukkan pandangannya.

"Apapun keputusanmu, itu terserah Kamu Zef, itu juga hak Kamu, disini Aku coba menjelaskan apa yang harus Kamu tahu, dan itu gak mungkin bisa Jason jelaskan padamu karena sikapmu yang terus dingin padanya, tetapi Aku berharap, sikapmu bisa kembali seperti dulu meski mungkin Kamu gak ingin lebih dulu menjalin hubungan yang sama seperti sebelumnya"

Zefha tak bersuara, Ia memilih hanya diam.

"Boleh Aku bertanya dan Kamu harus mau menjawabnya?"
"Apa Ci?"
"Apa udah ada orang lain dihati Kamu?"
"Gak ada Ci"
"Apakah Jason masih ada dihati Kamu?"

Zefha terlihat ragu untuk kembali menjawabnya.

"Tolong jawab Zef, jawaban ya atau tidak, itu cukup bagiku untuk menyimpulkan sesuatu"

"Gimana bisa Aku lupain Jason, yang hampir menjadi Ayah dari calon Anakku Ci"

Helena tersenyum. Helena memegang tangan Zefha dan mengusapnya dengan lembut sekilas.

"Aku faham sekarang, baiklah.. Mungkin Kamu hanya butuh waktu untuk penyesuaian setelah apa yang telah terjadi, bukankah begitu?"

Zefha tersenyum kecil.

"Percaya sama Aku, Jason sangat menyesali apa yang telah dilakukannya kemarin karena paksaan keadaan ya g ada, tetapi.. Semua kejadian itu membuat Jason mendapatkan pelajaran agar Ia bisa semakin dewasa berfikir dan juga mengambil ksputusan untuk melangkah"

"Makasih ya Ci? Udah mau panjang lebar jelasin semua itu sama Aku, kalau bukan Cici kasih tahu, mungkin kesalah fahamanku sama Jason akan terus berlanjut"
"Iya sama-sama, dan kayaknya Jason emang tepat ajak Aku kesini ya?"

Zefha tersenyum. Helena pun demikian.

"Yasudah, Kamu pasti capek banget, maaf ya Aku ganggu Kamu buat istirahat ini tadi"
"Gak kok Ci, gak ganggu sama sekali, yaudah Aku permisi ya Ci, Aku mau mandi"
"Iya Zef"
"Oh iya Ci, Cici sama Jason udah makan malam?"
"Belum Zef, si Jason aja juga dari tadi dikamarmu terus"
"Yaudah, nanti Kita makan diluar aja ya Ci?"
"Iya boleh-boleh"
"Kita berdua aja gak apa-apa keluarnya ya Ci, Jasonnya dibungkusin aja nanti"
"Bangunin aja Dia Zef?"
"Kasihan Ci, kayaknya tidurnya Nyenyak banget"
"Gak apa-apa, mendingan Kamu bangunin aja Dia, Dia pasti lebih memilih ikut dari pada diam disini"
"Yaudah, nanti Aku coba bangunin Dia Ci"
"Iya Zef"

"Takdir Cinta Terlarang" Jasonwlm & ZefhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang