Archie mengangguk, "iya, gue suka Aurora."
Justin terdiam, mulutnya terkatup rapat dan seketika kehabisan kata-kata. "Eng..."
"Sekali lagi, gue bukan lo yang harus dapet cewek sempurna."
"Ya tapi, masih banyak cewek lain."
Archie duduk di tempat tidur, "lo kenapa sih? Lo gak ngerti apa yang gue rasain sok-sokan bilang masih banyak cewek lain, gue tau banyak cewek yang jauh lebih sempurna dari Aurora tapi kalo gue maunya dia gimana?"
Justin terdiam.
"Kalo emang masalahnya sekarang di kekurangan Aurora, dia gak bisa liat. Gue bisa cari donor mata untuk Aurora dan abis itu apa? Aurora jadi perempuan yang sempurna, biar lo gak nyinyir terus." Archie mulai kesal dengan Justin.
"Lo kenal dia masih berbulan-bulan,"
Archie tertawa, "terus lo ajak anak orang pacaran apa kabar? Lo kenal tuh cewek baru seminggu udah lo ajak pacaran."
"Gue bukan cowok yang serius, gue gak pernah anggap hubungan gue serius. Dan lo, lo cowok yang serius dan gimana kalo Aurora nya yang gak serius?"
"Lo persis kayak bokap gue, negatif terus pikirannya. Apa jangan-jangan yang sebenernya anak bokap gue itu lo? Gue anak bokap lo?" Archie tertawa kecil.
"Gue lagi serius, anjing." Nada suara Justin berubah rendah menatap datar Archie yang sedang tertawa.
Archie beranjak dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi, "lo, playboy. Gak usah sok ngajarin gue. Mending lo belajar sama bokap lo gimana cara jadi asisten yang setia."
-Archie-
Karena libur sekolah telah tiba, Archie tidak bisa bebas pergi keluar. Biasanya setiap pulang sekolah Archie selalu mampir ke toko bunga Aurora karena hanya di situlah ia dapat menemui Aurora. Ketika libur seperti ini, Archie terpaksa diam di rumah dan supir yang biasa mengantarnya pergi ikut diliburkan membuat Archie benar-benar tidak bisa bebas ke mana-mana.
Lagipula, ketika mengingat Aurora berbicara dan tertawa bersama laki-laki yang tiba-tiba datang dan mengganggu mereka, Archie menjadi tidak semangat keluar rumah.
Selesai sarapan, Archie langsung ke kamar, menghidupkan komputernya untuk bermain game di sana. Namun, sebelum benar-benar bermain game, Archie menelepon Justin meminta laki-laki itu untuk datang ke rumahnya.
"Jasjus, ke rumah gue, sekarang." Archie me-loudspeaker ponselnya ketika sambungan telepon sudah terbubung dan ia taruh di meja.
"Sialan. Berapa kalo gue bilang kalo Jas ya Jas aja! Jus ya Jus aja! Jangan pake dua-duanya!"
"Ke rumah gue, buru."
"Gak ah, gue lagi lari pagi nih sama cewek gue."
"Kok lo bisa bebas keluar ya? Bokap nyokap lo gak larang lo emang? Kayaknya bokap nyokap lo gak masalah kalo seandainya anaknya tinggal satu."
"Terserah, makin ke sini lo ya yang makin julid."
Archie menghela napas saat sambungan telepon terputus dan Justin menolak untuk datang ke rumah membuat Archie semakin tidak semangat lagi untuk melakukan apapun.
"Archie, boleh mami masuk?"
"Masuk aja, Mi. Gak dikunci kok,"
Naya mendorong pintu kamar Archie dan tersenyum saat mendapati anaknya sedang duduk di depan komputer, "Archie lagi main game?"
"Baru mau main,"
Naya menarik kursi yang ada di dekat meja belajar sekaligus komputer Archie lalu duduk tepat di sebelah Archie.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIE [COMPLETED]
Genç KurguArchie Wilson merupakan anak dari pria yang terkenal sultan dan berbahaya, Valdo Wilson. Ketika sang ayah mengatakan jika harus berpacaran dengan perempuan yang tidak tahu siapa mereka, Archie tidak percaya akan ada yang tidak mengetahui siapa merek...