ARCHIE'50

22.3K 2.8K 453
                                    

Aurora duduk di sofa yang berada di walk-in closet  seraya menunggu Archie keluar dari kamar mandi, Aurora melirik amplop cokelat di mana nanti Aurora akan memberikan amplop itu juga akan menceritakan saat ia di rumah sakit siang tadi.

Aurora menoleh ketika merasakan aroma tubuh Archie lalu berdiri ketika Archie mendekatinya.

"Kata daddy kita cuma tiga hari dua malem di Norwegia, gak papa? Daddy gak bolehin aku cuti lama-lama. Kalo kamu masih kurang puas kapan-kapan kita pergi berdua,"

"Gak papa," Aurora tersenyum seraya mengeringkan rambut Archie dengan handuk karena laki-laki itu baru saja selesai mandi.

"Tadi jadi ke pemakaman?"

Aurora mengangguk, "jadi. Terus, abis dari pemakaman aku sama mama ke rumah sakit."

"Kamu sakit? Atau mama?"

"Aku gak sakit, tapi tadi aku cuma periksa gitu."

"Periksa apa?"

Aurora berhenti mengeringkan rambut Archie dan mengambil amplop yang berisi hasil pemeriksaannya saat di rumah sakit.

Archie menatap sejenak Aurora lalu mengeluarkan isi amplop cokelat tersebut, "maksudnya?" Archie sedikit mengerutkan dahi seraya membaca setiap tulisan yang ada di kertas.

"Aku punya masalah dibagian tuba falopi di mana nantinya aku sulit untuk hamil,"

Archie menatap Aurora yang tampak takut dan Aurora semakin takut karena Archie diam padahal Archie diam karena ia kurang mengerti.

"Jangan, jangan marah." Lirih Aurora.

"Marah? Aku gak marah, Sayang. Aku diem karena aku kurang ngerti kamu kenapa, iya aku tau kamu bakal sulit hamil tapi untuk penjelasannya gimana? Aku gak marah," Archie menggeleng.

"Penjelasannya? Jadi, tuba falopi aku tersumbat gitu terus sel telur gak bisa dibuahi, kalo kayak gitu ya bakal gagal jadi janin."

"Pasti ada cara pengobatannya, 'kan?"

Aurora mengangguk, "ada. Operasi pembedahan dan kata dokter itu tergantung seberapa luas jaringan terus di mana letak tersumbatnya. Tujuan operasi untuk buka tuba falopi yang tersumbat terus nantinya bisa ada peluang untuk hamil."

Archie mengangguk dan menaruh kertas serta amplop di meja, "so what? Gak ada yang perlu dikhawatirkan. Yang pastinya masalah tuba falopi kamu itu harus di atasi, bukan karena aku pengen punya anak tapi karena aku gak mau itu jadi penyakit untuk kamu."

Aurora bernapas lega melihat reaksi tenang Archie namun tetap memperhatikannya. Aurora tersenyum dan mengangguk.

"It's okay," Archie mengusap-usap pipi Aurora sebelum melepas handuk yang melilit dibagian bawah dan memakai celananya.

"Tapi, gimana kalo misalnya aku gak bisa hamil?"

"Gak masalah,"

Kedua mata Aurora terbuka lebar.

"Itu artinya aku gak harus bagi kamu ke anak kita nanti,"

Aurora tertawa, "gimana kalo tiba-tiba kamu pengen anak?"

"Untuk saat ini aku gak ada kepikiran untuk punya anak, kita harus berduaan. Just you and me," Archie menggendong Aurora menuju tempat tidur.

"Kamu pengen punya anak?" Tanya Archie dengan posisinya yang berada di atas Aurora yang sudah berbaring di tempat tidur.

"Aku ikut kemauan kamu aja, gimana mau punya anak kalo salah satu di antara kita beda keinginan."

Archie terkekeh dan berlutut tepat di depan Aurora yang sedang berbaring, "kenapa aku pake celana?"

ARCHIE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang