Aurora berjalan cepat menuju kamar Archie dan mendorong salah satu pintu kamar Archie yang untung saja tidak dikunci. Aurora sempat terkejut melihat Archie hanya dibalut handuk yang melilit di pinggang laki-laki itu.
Archie hanya menatap sekilas Aurora dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri namun langkahnya terhenti karena Aurora memegang tangannya.
"Oke, aku mau jujur." Ucap Aurora saat Archie menatapnya.
"Aku mau mandi," Archie menarik tangannya dan masuk ke kamar mandi.
Aurora tetap berada di kamar Archie, menunggu Archie selesai mandi seraya ia duduk di tepi tempat tidur. Merasa ponsel Archie bergetar, Aurora menoleh dan membaca sebuah notifikasi pesan di mana isi dari pesan itu membahas tentang undangan pernikahan mereka. Aurora memejamkan mata sejenak karena sepertinya Archie sudah sangat mempersiapkan semuanya sedangkan Aurora belum terlalu yakin.
Sekitar 15 menit, Archie keluar dari kamar mandi dan Aurora langsung berdiri, berjalan mengikuti Archie ke walk-in closet.
Aurora berdiri di hadapan Archie tepat saat Archie mengulurkan tangan untuk mengambil baju dari kemari, "aku jujur. Jujur, aku takut."
Archie diam menatap Aurora dengan tangan kanannya yang memegang bagian rak lemari, "oke. Biar aku tunda semuanya, kalo perlu dibatalin."
Aurora menggeleng, "gak gitu. Kita tetep nikah dan yang aku butuhin sekarang cuma kepastian, kepastian kalo kita bakal aman-aman aja, bukan cuma aku, kamu juga, kita."
"Kalo kamu mau dengerin apa kata aku, ikut aturan aku, kamu bakal aman, Ra."
Aurora maju selangkah untuk lebih mendekati Archie, "yang paling aku takuti, kamu kenapa-napa. Liat kejadian daddy kamu waktu itu, liat mami kamu panik, khawatir, buat aku jadi takut kalo kamu sampe kayak gitu juga."
"Aku gak bisa jamin kalo aku bakal sehat-sehat terus, mungkin aja aku bakal kenapa-napa nanti, itu udah jadi konsekuensi kamu sebagai istri aku nanti. Kamu gak siap?"
"Aku takut,"
"Yang aku tanya, kamu siap atau enggak untuk jadi istri aku?"
Aurora mengulurkan tangan menyentuh pipi Archie, "mau gak mau aku harus siap. Lama kelamaan aku pasti bisa terima situasi baru aku, aku cuma gak siap sama bahaya atau mungkin anceman yang bakal kita terima, tapi aku siap jadi istri kamu." Dengan sedikit ragu, Aurora melingkarkan kedua tangannya di pinggang Archie dan menyandarkan kepalanya di dada Archie di mana Archie hanya memakai handuk yang melilit dibagian bawah.
Archie sempat memejamkan mata sejenak lalu membalas pelukan Aurora dan di saat itu juga Aurora mengeratkan pelukannya karena rasanya sangat nyaman memeluk tubuh Archie secara langsung.
-Archie-
Archie menyodorkan tangan kanannya pada Aurora dan langsung Aurora terima untuk membawanya ke keningnya. Hal itu selalu Aurora lakukan menjelang dekatnya hari atau tanggal pernikahan mereka.
"Aku pergi."
Aurora mengangguk sambil tersenyum, "semangat untuk hari terakhir ujian."
Archie melirik ke kanan dan kiri di mana para pekerja rumahnya sedang sibuk berjalan ke sana kemari, niat untuk mencium Aurora terpaksa ia urungkan kemudian masuk ke dalam mobil.
Aurora yang semula berdiri di teras, masuk ke dalam rumah saat Archie sudah pergi. Aurora duduk di ruang keluarga bersama Naya dengan Emily yang sengaja dibuat duduk bersandar pada tubuh Naya sembari bayi itu memegang mainan.
"Kayaknya gak keburu deh itu rumah kalian," ucap Naya sembari memperhatikan rumah yang dibangun tepat di depan rumahnya.
"Rora juga mikirnya gitu," balas Aurora sembari mengajak Emily berbicara dan bermain di mana akhir-akhir ini Emily banyak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIE [COMPLETED]
Dla nastolatkówArchie Wilson merupakan anak dari pria yang terkenal sultan dan berbahaya, Valdo Wilson. Ketika sang ayah mengatakan jika harus berpacaran dengan perempuan yang tidak tahu siapa mereka, Archie tidak percaya akan ada yang tidak mengetahui siapa merek...