Naya terus menatap Aurora yang sedang berdiri seraya memperhatikan salah satu pekerja rumahnya yang sengaja di bawa ke rumah sakit untuk membereskan pakaian Aurora, sekaligus membawa pakaian Aurora dari rumah.
Naya tersenyum saat Aurora menatapnya, "mami gak bisa sering-sering liat Rora di sana, mami bakal dateng tapi jarang."
Aurora mengangguk di mana matanya tidak bisa lepas dari Emily.
"Ini Mily, adik Rora." Naya mengarahkan Emily pada Aurora.
Aurora mulai tersenyum seraya memandangi Emily.
"Rora mau gendong?"
Aurora langsung mengangguk dan mengambil Emily dari gendongan Naya, senyum Aurora tercetak lebar ketika Emily menjatuhkan kepala di bahunya seraya menggenggam rambutnya yang tergerai.
"Kayak pernah liat," Aurora menatap Naya setelah memperhatikan wajah Emily.
Naya sempat terdiam lalu tersenyum, "karena emang adiknya Rora. Oh iya, kata dokter Rora hilang ingatan sementara, artinya nanti Rora bisa inget siapa mami, daddy, inget sama semuanya. Semoga Rora cepet sembuh,"
"Kenapa aku gak tinggal sama mami daddy?" Tanya Aurora. Aurora mengakui jika Naya dan Valdo adalah orang tuanya tapi bukan berarti Aurora benar-bener yakin jika Naya dan Valdo keluarganya, Aurora mengakui mereka karena hanya mereka berdua lah yang terus datang menemui Aurora.
"Rora masih mau ketemu sama Archie?"
Aurora mengerutkan dahi, "Archie?"
Naya tersenyum dengan sedikit terpaksa ketika Aurora benar-benar tidak ingat Archie di tambah sebentar lagi perempuan itu akan pergi ke suatu tempat.
"Aku takut di tampar lagi, gak mau." Aurora menggelengkan kepala ketika laki-laki yang Naya maksud adalah laki-laki yang pernah menamparnya.
Naya tersenyum kecil, "Rora baik-baik ya di sana. Handphone yang mami kasih tadi jangan di tinggal-tinggal untuk jaga-jaga kalo mami nelfon Rora." Naya menunjuk ponsel yang baru saja dibeli khusus untuk Aurora sedangkan ponsel lama perempuan itu sengaja di simpan oleh Valdo.
"Rora juga boleh banget nelfon mami lebih dulu, intinya kita harus saling kasih kabar."
Aurora mengangguk dan mulai tersenyum di mana sebelumnya wajah Aurora terkesan begitu serius dan tegang.
"Baju-bajunya udah masuk semua, Bu, Non." Kata wanita yang baru saja menyusun baju Aurora di mana terdapat dua koper.
Naya menoleh pada Valdo yang baru saja datang, "kamu yakin? Mau sampe kapan?" Tanya Naya dengan berbisik.
Valdo mengangguk seraya menatap Aurora yang sedang menggendong sambil memperhatikan Emily. "Belum tau sampe kapan, kita harus kasih pelajaran ke Archie."
Naya diam seraya memperhatikan Aurora dengan berbagai macam perasaan, perasaan sedih yang lebih dominan.
-Archie-
Aurora keluar dari mobil setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang di mana sekarang ia sedang berada di tempat yang jauh dari keramaian. Aurora menatap sebuah rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya, ada beberapa rumah lainnya namun memiliki jarak yang cukup jauh dari rumah yang akan Aurora tempati.
Walaupun jauh dari keramaian, lingkungan sekitar tidak terlihat menyeramkan, mungkin jika tempat itu terpublikasikan, banyak yang berbondong-bondong ingin tinggal di sana.
Mata Aurora di suguhkan oleh pemandangan padang rumput yang luas serta ada beberapa pohon yang daunnya mulai berubah menjadi orange bahkan ada yang berubah coklat, yang paling menonjol selain padang rumput adalah gunung Alpen yang tertutupi salju namun tidak sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHIE [COMPLETED]
Teen FictionArchie Wilson merupakan anak dari pria yang terkenal sultan dan berbahaya, Valdo Wilson. Ketika sang ayah mengatakan jika harus berpacaran dengan perempuan yang tidak tahu siapa mereka, Archie tidak percaya akan ada yang tidak mengetahui siapa merek...