"hilda, wajahmu kenapa?"
hilda yang sedang memotong kue yang tadi dia beli di sebuah kafe setelah memberikan laporannya kepada darius terkejut saat erwin bertanya. hilda mengira bahwa bekas lukanya tidak akan terlihat dengan jelas.
"aku tadi menepuk wajahku karena ada nyamuk-"
"ada seorang wanita gila yang menamparnya tadi."
hilda gagal berbohong karena levi tiba-tiba menyelanya. seperti ucapan levi, saat hilda dan levi membeli kue dan teh untuk dibawa pulang, seorang wanita menghampiri hilda dan menanyakan beberapa hal padanya. saat wanita itu bertanya sesuatu yang tidak seharusnya dia tanyakan, hilda menjawabnya dengan jawaban yang membuat sang wanita kesal. wanita itu pun menamparnya dengan kencang. bukannya meminta maaf, hilda malah tersenyum dan memutuskan untuk pulang bersama levi.
"masih sakit?" tanya erwin yang khawatir.
"tidak sama seka- aduh!"
meskipun erwin menyentuh wajahnya dengan pelan, hilda meringis kesakitan.
"dasar. ayo ke ruang kesehatan. kalau tidak segera diobati, memarnya bisa semakin parah."
erwin menaruh pisau yang digenggam oleh hilda dan menarik hilda keluar dari ruang kerjanya, menyisakan levi dan hange di ruangan tersebut.
"oi, kacamata." hange yang sedang asik menulis sesuatu di kertas pun menoleh ke levi yang duduk di hadapannya.
"ada sesuatu diantara mereka, kan?"
"baru sadar?" merasa dihina oleh hange, levi memukul kepala hange, membuat sang pemilik kepala merintih kesakitan.
"mereka berdua tidak terlihat seperti orang yang punya perasaan."
"eh? maksudmu? kalau erwin, karena ekspresinya yang dingin dan datar, dia memang terlihat seperti itu. tapi hilda, hmm.."
"lupakan, kau memang bodoh."
levi mengingat bagaimana ekspresi wajah hilda berubah sepenuhnya saat dia tidak berada di sekitar teman-temannya. meskipun hanya sebagian saja, namun levi dapat melihat dengan jelas bagaimana dinginnya wajah hilda saat wanita yang menamparnya itu mengatakan sesuatu yang melebihi batasan.
"dia sangat menyeramkan." gumam levi.
sedangkan erwin memberikan salep di wajah hilda di ruang kesehatan. di ruangan tersebut tidak ada siapa-siapa karena para anggota pasukan pengintai sedang makan malam di ruang makan.
"aww! ngolesin salepnya nggak pake tenaga bisa kan?"
hilda langsung menjauh dari erwin karena merasakan sakit saat erwin menyentuh wajahnya. namun erwin memegang kepalanya dan menarik hilda agar gadis dihadapannya itu tidak menjauh lagi darinya.
"aku tidak pakai tenaga sama sekali, kalau sakit artinya kulitmu terluka. jangan bikin alasan lain."
"cih."
"bagaimana dengan levi?"
"apanya? oh! tadi dia menahan tangan nona maier saat dia ingin menjambak rambutku. ternyata dia sangat baik."
"bukan itu maksudku." erwin mencubit sisi lain wajah hilda karena gemas.
"kenny ackerman. bagaimana?"
erwin selesai mengoleskan salep ke wajah hilda dan menyilangkan kedua tangannya di dada. sedangkan hilda, dia tidak punya pilihan lain selain bercerita.
"seingat levi, kenny ackerman adalah seorang pembunuh berantai yang menyerang anggota brikade kepolisian. berarti, kenny the ripper adalah kenny ackerman, pria yang telah merenggut lebih dari 100 nyawa manusia. ahahaha, sepertinya darah pembunuh mengalir di dalam tubuhku."
erwin dapat mendengar suara hilda yang bergetar setelah mengetahui fakta dari ayah kandungnya. tidak tahu apa-apa tentang ayahnya selama dua puluh tahun dia hidup, dan yang pertama kali ia ketahui adalah ayahnya seorang pembunuh membuat perasaannya campur aduk, senang dan sedih menjadi satu.
"dia tahu tentang kenny ackerman dari siapa? orang itu sendiri yang memberitahunya?"
"tidak, temannya, farlan, yang mencarikan informasi untuknya."
hilda berhenti berbicara, ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.
"aku pernah mendengar desas-desus tentang kenny ackerman saat masih kecil, kurang lebih sepuluh tahun, tidak terdengar lagi tentang kepolisian yang terbunuh. mungkin saja, dia..."
tangannya ikut bergetar. meskipun ayahnya seorang pembunuh, dia ingin bertemu dengan ayahnya. walaupun hanya sekali dan ayahnya tidak tahu bahwa ia sedang bertemu dengan anaknya, itu sudah cukup bagi hilda.
erwin menggenggam tangan hilda, mencoba untuk menenangkan perempuan yang sangat dicintainya itu.
"bisa saja dia masih hidup, hilda. mungkin dia berhenti dan menemukan jalan hidup yang lebih baik daripada menjadi seorang pembunuh."
"iya, semoga saja."
erwin tersenyum melihat hilda yang sudah mulai tenang. senyum hangat yang sangat jarang dia perlihatkan kepada orang lain itu selalu dia tunjukkan dihadapan hilda tanpa dia sadari.
kening erwin menyentuh kening hilda, menggelengkan kepalanya sehingga rambut mereka terlihat berantakan. hilda mencubit wajah erwin karena kesal, namun erwin mengacak-acak rambut hilda dengan gemas.
"hah~ kalian ini. kalau mau pacaran jangan di ruang kesehatan dong." hange yang tiba-tiba datang ke ruang kesehatan membuat hilda dan erwin terkejut.
"kalau kami tidak bilang kepada bibi untuk menyisakan makan malam kalian, bisa-bisa kalian puasa sampai besok pagi, loh."
setelah mendengarkan hange, mereka berdua langsung beranjak dari kursi yang tadi mereka duduki dan keluar dari ruang kesehatan.
"oi, hilda. di keningmu ada salep. aku yakin nenek tua tadi hanya menamparmu di pipi."
levi mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan salep yang menempel di kening hilda. tahu siapa yang mengusilinya, hilda langsung memukul pundak erwin dengan keras, menyebabkan sang pria berbadan besar itu terjatuh.
saat mereka sampai di ruang makan, tidak ada siapapun di sana kecuali bibi yang sudah kenal dekat dengan hilda. bibi itu memberikan erwin dan hilda menu makan malam itu dan meninggalkan mereka berdua ke tempat dimana dia dan rekannya mencuci piring.
hilda menaruh sayuran, makanan yang sangat dia benci, ke piring milik erwin yang duduk di hadapannya. mau diingatkan berapa kali oleh erwin, hilda tidak mendengarkannya dan tetap menolak untuk makan sayur-mayur.
"kamu dan levi jadi lebih dekat, ya." ucap erwin sambil mengunyah makanannya.
"hee~ cemburu, ya?"
"tidak."
"hmm, wajahmu memerah, loh."
"sudah kubilang, tidak."
hilda memutuskan untuk berhenti menggoda erwin karena wajahnya yang semakin merah saat dijahili.
"ada kemungkinan bahwa kenny ackerman dan ibunya adalah kerabat. jika hanya sebatas seorang teman, kenny ackerman tidak mungkin sampai mencari ibunya sampai ke kota bawah tanah dan merawat levi, padahal sepertinya dia bukan tipe orang yang menyukai anak kecil. minimal mereka adalah sepupu. jadi, aku dan levi sepakat bahwa kami memiliki hubungan darah meskipun jauh. dia terlihat sangat senang saat aku menyebutnya bagian dari keluargaku."
"tentu saja dia senang, kehilangan satu-satunya keluarga saat masih kecil, lalu kamu datang dan bilang bahwa kalian adalah keluarga..."
"wajahnya yang dingin dan kata-katanya yang kasar sangat berbanding terbalik dengan isi hatinya, ya?"
"iya, seperti seseorang."
"hm? siapa?"
erwin tidak menjawab pertanyaan hilda. dia sangat mengenali seseorang yang selalu menyembunyikan hatinya yang rapuh dengan senyum dan tawa yang riang. sekilas hilda dan levi adalah dua orang yang memiliki sifat yang sangat berbeda, namun kenyataannya mereka berdua sama.
"kamu lebih muda darinya tapi berbicara seolah-olah kamulah yang lebih tua."
"orang lain juga mungkin akan mengira dia lebih muda dariku karena aku lebih tinggi, erwin."

KAMU SEDANG MEMBACA
sonder || erwinxoc
Fanfictionseorang gadis dengan nama keluarga bangsawan berumur 15 tahun bergabung dengan pasukan pengintai. ketika anak bangsawan lainnya telah menemukan kedamaian hidup mereka dibalik tembok besar, hilda freherr memilih untuk mencari jawaban dari semua pert...