thirty five

684 103 7
                                        

dengan tubuh yang masih penuh dengan rasa sakit, hilda memaksakan dirinya untuk bangun dari tidurnya. di sampingnya ada val yang telah menjaganya semalaman dan kini pemuda itu panik karena hilda tidak ingin istirahat lagi.

"kemana erwin dan lainnya?"

val tidak menjawab. erwin berpesan padanya untuk mencegah hilda beraktifitas seharian.

"jawab, val."

hilda yang sudah tidak sabaran pun menginginkan jawaban dari pemuda dihadapannya, namun val tetap menutup rapat mulutnya.

hilda beranjak dari kasurnya dan mengambil jas biru tua yang selalu dibawakan oleh val untuknya.

"eh? anda ingin kemana, nona?"

"hermiha."

awalnya hilda hanya menebak jawaban dari pertanyaannya sendiri, tapi saat melihat ekspresi val yang terkejut membuatnya yakin bahwa anggota pasukan pengintai berada disitu.

val tidak bisa membiarkan hilda pergi sendirian. berjalan keluar ruangan saja membuat hilda tidak berhenti meringis kesakitan.

saat itu matahari belum terbit, udara pagi masih dingin dan belum ada warga yang membuka jendela mereka.

sesampainya di hermiha, hilda disambut oleh rekan-rekannya dan anggota militer dari cabang lain, tapi erwin menghindari kontak mata dengannya. hilda masuk ke sebuah rumah karena val menyuruhnya untuk duduk dan dia memanggilkan erwin untuk hilda.

"untuk apa kemari?" tanya erwin dengan dingin namun hilda malah tertawa.

"aku belum resmi menjadi mantan bawahanmu, jangan dingin seperti itu."

"saat misi ini selesai, aku akan langsung menuliskan surat pemberhentianmu."

"iya, tulislah."

jawaban hilda sangat tenang, tidak seperti kemarin, penuh dengan amarah yang tertuju padanya. erwin semakin terkejut saat melihat senyum hilda yang hangat.

"kembalilah dengan selamat, dan tuliskan surat itu."

saat erwin ingin melangkah mendekati hilda, gadis yang sedang terduduk itu tertawa.

"yahh, setelah yakin bahwa tangan kananku sulit digunakan dan luka-luka lainnya tidak bisa sembuh, aku bisa menerima pemecatan darimu. pasukanmu menunggu di luar, komandan."

erwin membalikkan badannya dan membuka pintu kayu yang ada di hadapannya. sebelum keluar meninggalkan hilda, erwin berjanji akan membawa 'anak itu' dengan selamat untuk hilda.

hilda menghampiri levi dan pastor nick yang sedang duduk di teras rumah seberangnya. dia mengajak mereka berdua untuk kembali ke trost menaiki kereta kudanya dan tentu saja disetujui oleh levi karena dia tidak ingin panas-panasan diatas sebuah gerobak.

"seberapa besar rahasia yang dipegang kalian, pastor nick?"

pastor nick tidak menjawab pertanyaan hilda, sama seperti saat hange menanyakannya kemarin sore.

"percuma kamu bertanya, dia tidak akan menjawabnya." levi memotong pembicaraan satu sisi antara hilda dan pastor nick

"sayang sekali."

"memangnya bangsawan tidak tahu apa-apa?"

"hanya mereka yang menjadi budak raja yang tahu, sementara keluargaku menjauhkan diri dari urusan sang raja. iya, kan?"

pertanyaan hilda kali ini dijawab anggukan oleh pastor nick. hilda tertawa dan membuat levi merasa takut.

"erwin jadi memberhentikanmu?"

"tentu saja. aku akan langsung mati jika tetap nekat ekspedisi ke luar tembok."

"aku baru tahu kamu takut mati."

"bukan takut. ada wasiat dari seseorang yang belum terwujudkan."

"seharusnya tidak perlu sampai menjadi anggota militer tujuanmu akan terwujud, kan?"

"bingo."

hilda tertawa. sejak kematian ayahnya dan tujuannya untuk hidup berubah, memang tidak ada alasan lagi untuknya tetap berada di pasukan pengintai, keluar dari tembok untuk melakukan ekspedisi.

hilda hanya ingin berada di sisi erwin, satu-satunya pria yang ia cintai, lebih lama lagi. namun karena kondisinya yang sudah tidak memungkinkan untuk keluar dari tembok dan menghadapi raksasa diluar sana, dia harus menerima kenyataan bahwa sekarang adalah waktunya untuk berhenti.

"aku masih ingin mendengarkan kata-katanya lebih lama lagi."

gumam hilda sambil melihat langit yang berwarna biru, mengingatkannya pada sepasang mata tersebut.

➖➖➖

hilda dan levi menunggu rekan-rekan mereka kembali dari misi penyelamatan eren di markas pasukan pengintai yang terletak di distrik trost.

karena belum tidur sejak tadi malam, levi tertidur dengan posisi duduk di kantornya, sedangkan hilda berdiri di dekat jendela dan mengarahkan pandangannya ke luar jendela, berharap mendapatkan kabar baik.

saat matahari sudah terbenam, hilda dan levi dapat mendengar suara bel, tanda bahwa pasukan pengintai telah tiba dan gerbang dibuka. karena keduanya sedang terluka, mereka tidak bisa berlari menyambut rekan mereka lainnya. dengan jalan yang terpatah-patah, mereka menuruni tangga dan melihat rekan kerja mereka telah kembali.

sudah menjadi pemandangan yang biasa saat mereka tidak dapat menemukan rekan mereka yang lain, tanda bahwa beberapa dari mereka telah gugur.

hilda melihat erwin turun dari kudanya dan dia segera menghampiri erwin, begitu pula erwin yang langsung berjalan mendekati hilda.

erwin menyenderkan tubuhnya pada hilda, membiarkan kepalanya pada pundak kiri hilda.

"erwin?"

saat mencoba memeriksa keadaan erwin, hilda merasakan suatu cairan menyentuh kulitnya. cairan tersebut adalah darah dan hilda pun mencoba mencari luka tersebut.

hilda membuka jubah hijau erwin dan melihat tangan kanan erwin yang sudah tidak ada. karena darah yang tidak berhenti daritadi, erwin mulai kehilangan kesadarannya.

"panggil dokter!"

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang