twenty seven

879 120 11
                                        

"komandan erwin! tembok maria telah dihancurkan!"

erwin meminta pasukan tersebut untuk duduk terlebih dahulu sebelum menjelaskan lebih lanjut, sedangkan dia meminta hange untuk mengambilkan segelas air putih.

namun hange datang dengan membawa teko penuh berisi air meskipun erwin hanya minta segelas. hange memberikannya kepada prajurit itu dan dia langsung meneguknya hingga habis.

"bagaimana tembok maria bisa hancur?" tanya erwin setelah dia melihat nafas prajurit itu mulai teratur.

"sebuah titan besar, lebih besar daripada tembok maria yang menghancurkannya. setelah itu para titan lainnya masuk melalui lubang yang telah dibuat oleh titan itu, komandan."

"dimana dia menghancurkannya?"

"tepat di gerbang shiganshina, komandan."

hilda mematung setelah mendengar jawaban itu. dia bisa membayangkan bagaimana titan yang lebih besar itu menghancurkan gerbang shiganshina yang sangat keras, dia bisa membayangkan bagaimana batu dari gerbang itu berterbangan mengenai perumahan di sekitarnya, dia tahu siapa yang menjadi korban pertama titan tersebut.

prajurit tersebut melanjutkan penjelasannya dan didengarkan oleh erwin dan yang lain. dia juga menjelaskan bahwa setelah evakuasi dilaksanakan, pemerintah meminta erwin untuk menghadiri rapat.

"sepertinya hilda yang akan dipanggil duluan untuk menghadiri rapat itu, ya."

hilda tidak menjawab. wajahnya yang datar hanya melihat kearah luar jendela. teman-temannya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh hilda, namun mereka merasakan sesuatu yang beberbeda darinya.

val berlari menghampiri hilda yang masih berkumpul dengan teman-temannya. nafasnya belum stabil, dia langsung menginfokan sesuatu yang penting kepada hilda.

"nona, anda diminta oleh para atasan untuk berkumpul." meskipun nafasnya tidak beraturan, tapi dia mengucapkan itu dengan tenang.

seperti sudah menunggu kabar itu, hilda langsung berjalan pergi meninggalkan teman-temannya. mereka tidak terlalu mendengarkan percakapan antara hilda dan val yang sepertinya sangat serius, tapi mereka melihat hilda memakaikan cincin perak ke jari manisnya.

"itu cincin siapa, erwin?" tanya hange kepada erwin.

"cincin simbol kepala keluarga freiherr."

"uwaa kerenn!!!"

"oy, erwin," levi memanggil erwin, ingin bertanya sesuatu kepadanya. "apa dia selalu sedingin itu?"

erwin tidak langsung menjawab pertanyaan levi. dia sendiri tidak ingat pernah melihat hilda seperti itu.

➖➖➖

hilda memasuki ruang rapat dengan pakaian formal, sudah berganti pakaian dari seragam militernya. disana dia bertemu dengan wajah yang tidak asing baginya, namun, orang yang dia harapkan akan menghadiri rapat ini tidak hadir.

mereka membahas tentang proses evakuasi dan tempat pengungsian yang dibutuhkan. tidak ada solusi yang mereka butuhkan, semua ide yang dilontarkan memiliki kekurangan masing-masing.

"bagaimana jika kita mengurangi jumlah pengungsinya." ucap salah satu peserta rapat itu.

hilda sudah menebak apa maksud dari saran itu, tapi berharap pemikirannya salah.

"kirim mereka untuk ekspedisi berikutnya, bukan, anggap saja ini adalah misi pengembalian tembok maria. dengan begini, tidak akan terjadi krisis ekonomi."

"anda terlalu terburu-buru mengusulkan saran itu, tuan maier. bukankah akan lebih baik jika kita mendata jumlah pengungsi yang selamat dan memikirkan cara lain?" hilda memberikan sarannya.

"kamu tahu sendiri, hilda, sudah tidak ada jalan lain, sudah buntu, ini satu-satunya cara terbaik."

hilda diam. benar kata maier, tidak ada jalan lain. jika mereka tetap membiarkan para pengungsi dari tembok maria tinggal di dalam tembok rose, lahan dan pangan yang tersedia tidak akan mencukupi seluruh penduduk. kurang dari satu bulan dan mereka akan mengalami krisis ekonomi.

"tidak ada cara lain. kita harus melakukan misi ini secepatnya sebelum ketersediaan pangan menipis."

"tunggu, tuan maier. bagaimana jika banyak pengungsi yang kabur dari misi tersebut? misi ini akan menjadi sia-sia."

"lalu, bagaimana?"

"dua hari. beri para pasukan militer dua hari untuk mendata semua pengungsi. pasukan pengintai juga harus mengkoordinir mereka. mau saya sebut relawan juga, kalian pasti akan memerintahkan kepolisian untuk memaksa mereka, kan?"

"baiklah. besok pagi, kumpulkan jenderal dan para komandan militer. hilda, aku harap kamu bisa memimpin rapat besok."

hilda tidak bisa menolak karena ini adalah tugasnya sebagai bidak raja.

rapat dibubarkan dan hilda memutuskan untuk bermalam di kantornya, menolak permintaan val yang memintanya untuk pulang dan beristirahat.

setelah memastikan val keluar dari ruangannya, emosi hilda meluap. tangannya yang kecil namun penuh dengan kekuatan itu memukul dinding yang keras.

"sial!"

val yang dapat mendengar suara dan umpatan dari ruangan hilda segera masuk kembali ke ruangannya.

"nona! tangan anda!"

val melihat darah keluar dari tangan tuannya. dia langsung berlari ke ruang kesehatan dan mengambil obat dan perban untuk menutupi luka di tangan hilda.

"kenapa anda tiba-tiba memukul dinding? apa yang terjadi, nona?"

tanya val saat membalut tangan hilda dengan perban. hilda tidak menjawab pertanyaannya, tapi dia bisa melihat dengan jelas raut wajah hilda yang sedang marah.

"apa yang membuat anda marah, nona hilda?"

lagi-lagi hilda tidak menjawab. hilda tetap menutup mulutnya rapat-rapat sampai val selesai mengobatinya.

"saya permisi dulu, nona. tolong jaga kesehatan anda dan beristirahatlah dengan cukup."

mau diingatkan berapa kali oleh val, asistennya, malam itu hilda terjaga di kantornya sampai matahari kembali bersinar.

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang