thirty

869 104 7
                                        

lima tahun kemudian, empat hari sebelum ekspedisi penangkapan female titan.

di salah satu sel penjara ruang bawah tanah, hilda sedang bersender pada jeruji besi yang sudah berkarat tersebut. seorang pria sedang terduduk lemas dengan kedua tangannya yang diborgol.

"masih tidak ingin buka mulut?"

hilda mendekati pria tersebut dan menarik rambutnya, memperlihatkan wajah sang pria yang penuh dengan lebam.

alih-alih menjawab pertanyaan hilda dengan ucapan, pria itu meludah tepat mengenai wajah perempuan yang sedari tadi menyiksanya.

"tidak? kalau kamu menjawab satu pertanyaanku tadi, hukumanmu dibatalkan dan kamu bisa hidup tenang bersama istrimu."

tidak ada jawaban yang keluar dari mulut pria itu, membuat hilda menyiapkan tangannya untuk menyakiti pria tersebut, mengancamnya untuk membuka mulut.

belum sempat tinjunya mendarat pada wajah tahanan itu, erwin menyuruhnya untuk berhenti. hilda keluar dari sel tersebut sambil membersihkan wajahnya terkena ludah.

mereka berdua berjalan keluar dari penjara bawah tanah, menuju markas militer yang berada di atas penjara itu.

"jadi, ada urusan apa komandan pasukan pengintai kemari?" tanya hilda, membuka percakapan mereka.

"ada urusan dengan jenderal zackly. bagaimana denganmu? apakah harus sampai sejauh itu?"

"kamu yang paling tahu tentang ini, erwin. aku yang melaporkannya kepada pengadilan dan membuatnya ditahan seperti ini karena 'itu'. aku sudah menawarkannya untuk membuka mulut dan dia bisa bebas, tapi dia menolak. yang tersisa sekarang hanya hukuman mati untuknya."

"tidak ada cara lain?"

"tidak ada. kalau mereka tetap dibiarkan berkeliaran setelah aku menginterogasi mereka, bisa-bisa si pengecut itu tahu aku sudah sejauh ini dan semua usahaku selama lima tahun akan menjadi sia-sia. aku juga tidak bisa melenyapkan mereka dengan tanganku sendiri. sepintar apa pun aku bersembunyi, kepolisian akan tahu kalau aku yang langsung membunuh mereka. ini cara terbaik."

erwin tidak memberikan jawaban. dia hanya melihat hilda dengan wajah khawatir dan hilda pun membaca arti dari raut wajah tersebut. dia menepuk pundak erwin dengan kencang dan tertawa, mencoba untuk mencairkan suasana.

"meskipun tidak secara langsung membunuh mereka, tanganku sudah penuh dengan darah."

bibirnya tersenyum, tapi tidak dengan matanya. hilda masih bisa melewati hari-harinya dengan senyum dan canda tawa, tapi dalam tidurnya, dia masih bisa melihat dan mendengar suara orang-orang yang tersakiti demi tujuannya.

sedangkan erwin tidak bisa berbuat apa-apa. sudah berulang kali dia mencari cara lain agar tangan hilda tidak kotor, namun hasilnya nihil. hilda dengannya sama saja, berdiri diatas kematian orang lain demi tujuan mereka masing-masing.

"nona hilda, ada surat untuk anda."

val datang menghampiri hilda yang masih berdiri disamping erwin. dia langsung membuka amplop surat itu dan membacanya dengan cepat.

erwin tidak tahu isi dari surat tersebut, tapi melihat ekspresi yang terukir di wajah hilda, erwin bisa menebak bahwa surat itu berisi kabar bahagia, setidaknya kabar bahagia bagi hilda.

hilda langsung pamit kepada erwin dan val. meskipun val mengusulkan agar hilda diantar olehnya menggunakan kereta kuda, tapi dia menolak tawaran val dan memilih untuk berjalan kaki. hilda juga meminta val untuk tidak mengikutinya dan menyuruhnya untuk langsung pulang, melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

"firasatku buruk. val, tetap ikuti hilda. jangan terlalu dekat, maksimal 100 meter."

erwin yang jarang sekali menaruh kepercayaan pada firasatnya kali ini mau tidak mau menuruti firasat tersebut. tidak terlintas dalam pikirannya isi surat tersebut membuatnya mengikuti perasaannya.

sedangkan hilda berlari melewati bangunan tinggi dan mewah yang berada di distrik stohess, menuju sebuah bangunan yang tertulis pada surat tersebut.

dengan nafasnya yang berat, hilda memasuki bangunan itu dan langsung menyapa orang yang mengiriminya surat.

"selamat siang, tuan rod reiss."

"hilda freiherr, kau tidak membawa siapa-siapa, kan?" tanya rod reiss untuk memastikan bahwa hilda menuruti semua perintah yang tertulis pada surat yang dikirimnya.

"tentu saja tidak, tapi kenapa anda ingin bertemu secara rahasia seperti ini?"

rod reiss tidak menjawab. dia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan hilda sama sekali.

"kalau anda tidak ingin menjawabnya tidak apa-apa, saya sudah tahu."

hilda duduk di kursi yang berseberangan dengan milik rod reiss, memposisikan dirinya agar berhadap-hadapan dengan rajanya.

"jadi, kemana 'jaminan' anda yang berharga itu menghilang?"

rod reiss tersentak setelah mendengar pertanyaan dari perempuan dihadapannya. keringat pun mulai muncul ke permukaan kulitnya.

"ada apa? saya kira anda ingin bertemu dengan saya sembunyi-sembunyi seperti ini karena ingin membahas tentang hal itu."

hilda sengaja memojokkan rod reiss dengan pertanyaannya. meskipun rod reiss tidak menjawab pertanyaan yang baru saja dia lontarkan, hilda dapat memastikan teorinya selama ini benar.

rod reiss mengangkat tangannya dan hilda langsung mengeluarkan pistol dari saku jasnya. sesuai dugaannya, dua orang berseragam lengkap mendobrak pintu dan mengarahkan pistol padanya. hilda yang sudah memperikarakan maksud dan tujuan sebenar dari surat yang dikirimkan oleh rod reiss pun langsung menembak kedua orang tersebut tepat di leher dan kepala mereka.

setelah menjatuhkan dua orang, seorang pria dengan topi koboi menerobos masuk lewat jendela dan memecahkan kaca. pria tersebut langsung menembakkan peluru pada hilda yang langsung bersembunyi dibalik meja.

akibat kegaduhan yang diciptakan oleh pria tersebut, rod reiss melarikan diri dari situasi yang bisa membunuh siapa pun disekitar mereka.

"oh, kamu membunuh dua bawahanku dengan cepat."

pria itu berjalan dengan santai sambil mengganti peluru senjatanya. hilda tahu senjata apa yang dipakai oleh musuhnya. senjata khusus yang baru diciptakan tiga tahun yang lalu.

sibuk mengisi ulang senjatanya, hilda memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang langsung pria bertopi koboi itu. mereka bertarung jarak dekat dengan pisau di tangan kanan pria itu dan pistol di tangan kiri hilda.

"hebat juga kemampuanmu. seharusnya aku merekrutmu untuk jadi anggota regu anti-personel."

kalimat yang keluar dari mulut pria itu membuat hilda mematung, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"paman, aku punya pertanyaan untukmu."

"tanya saja."

pria itu tetap menyerang hilda dan berhasil menusuk perut hilda dengan pisau ditangannya, menghindari bagian vital tapi dalam untuk mendengarkan pertanyaan hilda.

posisi hilda saat ini terpojok. pria itu mengeluarkan pisau lain dari sakunya dan siap untuk menggorok tenggorokan hilda kapan saja.

"paman kenal dengan kenny ackerman?"

"itu namaku. sepertinya aku sangat terkenal."

hilda menjatuhkan pistol pemberian pamannya dan tertawa, membiarkan pisau yang dipegang ayahnya melukai kulit lehernya.

"akhirnya."

kenny akhirnya melihat mata perempuan yang akan dibunuhnya. mata yang sangat mirip dengan satu-satunya wanita yang dia cintai itu membuatnya tersentak. dia tahu targetnya sekarang memiliki hubungan darah dengan kekasihnya dulu, tapi dia tidak menyangka bahwa mereka akan sangat mirip.

dengan tangan yang bergetar, kenny mengumpulkan keberanian untuk membunuh hilda.

"maafkan aku."

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang