twenty two

913 135 4
                                        

setelah melaksanakan upacara pemakaman untuk pasukan yang gugur, hilda diberi tugas oleh keith untuk membuat laporan dan memberikannya kepada darius zackly, jenderal dari ketiga cabang militer.

dia memutuskan untuk mengerjakan laporan itu di ruang kerja milik erwin yang mempunyai sofa dan meja untuk meminum teh, disana juga kemungkinan akan ada hange yang siap mengganggunya bekerja.

hilda menghentikan langkah kakinya saat melihat sosok yang tidak asing baginya. levi terlihat sedang mondar-mandir didepan pintu ruang kerja erwin.

"levi, ingin bertemu dengan erwin?" tanya hilda, membuat levi terkejut karena tidak menyangka ada seseorang disana.

"hah? tidak mungkin." levi mengalihkan pandangannya ke jendela besar di sampingnya. hilda tertawa pelan melihat levi yang tidak pandai berbohong.

hilda membuka pintu kayu yang besar itu. dia melihat ada hange yang sedang tiduran di sofa sambil membaca sebuah dokumen di tangannya.

"erwin, levi ingin mengatakan sesuatu padamu."

erwin yang melihat levi yang berdiri dibalik tubuh hilda segera menghentikan aktifitasnya sebentar, siap mendengarkan.

"itu... maaf, tanganmu terluka."

meskipun wajahnya tetap datar, tapi levi menundukkan wajahnya karena malu telah mengatakan sesuatu yang jarang sekali dia ucapkan.

hilda mendorong levi masuk ke ruang kerja erwin dan menyuruhnya untuk duduk di samping hange yang langsung membenarkan posisi duduknya setelah dimarahi oleh hilda.

"erwin dan hange kopi. levi, kopi atau teh hitam?"

tanpa berpikir panjang, levi langsung memilih minuman kesukaannya, yaitu teh hitam.

"kamu seperti hilda saja, sukanya minum teh."

"teh kan enak. untuk orang yang sampai memecahkan cangkir karena teh, sepertinya seleramu rendah sekali." mulut pedas levi telah kembali.

"ehhh?! darimana kamu tahu itu?! yang melihat kejadiannya kan hanya hilda!"

"tentu saja dari orang yang melihatnya, bodoh."

"hildaaa~ kenapa kamu membongkar aibku." hange merengek kepada hilda yang membawa nampan berisikan empat gelas minuman hangat. hilda tidak menanggapi hange dan memberikan minuman yang dibawanya kepada erwin.

"jangan terlalu banyak menggunakan tangan kirimu. jika lukanya terbuka lagi, segera ganti perbannya." setelah meletakkan segelas kopi di dekat erwin, hilda pun berjalan menuju hange dan levi yang masih berdebat.

"hange, jangan banyak tingkah. nanti kopinya akan tumpah dan mengenai dokumenmu."

meskipun hilda adalah orang yang paling muda di ruangan itu, namun dia bersikap seperti ibu bagi mereka.

"levi, darimana kamu belajar bertarung? tidak mungkin kan saat kamu keluar dari perut ibumu, kamu langsung memegang pedang?" tanya hange dengan serius meskipun kata-katanya membuat orang yang mendengarnya ingin tertawa.

levi merasa ketiga orang yang berada di ruangan tersebut dapat dipercaya. tidak ada alasan baginya untuk tidak menjawab pertanyaan hange.

"seseorang mengajarkanku." jawab levi singkat.

"dia mengajarkan apa saja? bagaimana kamu bisa bertemu dengan orang itu? apakah dia orang yang kuat? apa hubunganmu dengannya?"

"satu-satu kalau bertanya, bodoh."

levi menyesap tehnya yang masih hangat sebelum menjawab pertanyaan hange yang menumpuk.

"hanya mengajarkan cara bertarung menggunakan pisau. ibuku meninggal saat aku masih kecil, aku tidak memiliki siapa-siapa selain beliau. tiba-tiba dia menghampiri rumahku. saat melihat ibuku sudah tidak bernyawa, dia membawaku untuk tinggal bersamanya. hanya sebentar, tapi setidaknya aku belajar banyak darinya."

erwin dan hilda masih mendengarkan cerita levi meskipun tangan mereka tidak berhenti menulis laporan yang ditugaskan oleh keith, sedangkan hange sepenuhnya melupakan pekerjaannya dan mendengarkan levi.

"hee~ kamu masih ingat namanya?"

"iya. kenny," hilda yang sedang menandatangi laporannya berhenti saat mendengar nama depan orang tersebut. levi yang menyadari tingkah aneh hilda tidak langsung melanjutkan kalimatnya sampai hilda mengangkat penanya untuk mengisinya dengan tinta.

"kenny ackerman."

hilda menjatuhkan penanya saat mendengar nama itu. sedangkan erwin yang tahu kenapa hilda sampai terkejut juga berhenti menulis.

"hm? ada apa, hilda?" tanya hange yang tidak tahu apa-apa.

"eh? ah, tidak apa-apa."

hilda segera mengambil penanya yang terjatuh dan menyelesaikan laporannya. dia pun segera pamit ke erwin dan hange karena harus pergi ke markas utama, memberikan laporannya kepada darius.

"oh iya. erwin, boleh tidak aku mengajak levi? dia belum pernah ke markas utama, kan?"

erwin tahu ada maksud tersembunyi dari kata-kata hilda, dia ingin mendengar lebih lengkap tentang ayah kandungnya. erwin mengizinkan hilda untuk pergi bersama levi menaiki kereta kuda.

"levi, apa hubunganmu dengan kenny ackerman?"

tanya hilda segera setelah mereka masuk ke dalam kereta kuda. levi yang merasakan tingkah laku hilda yang berubah setelah mendengar nama kenny ackerman tidak keberatan untuk menjawab semua pertanyaan hilda.

"aku tidak tahu. aku pernah bertanya kepadanya apa hubungannya dengan ibuku, dia hanya menjawab mereka adalah teman."

"hmm, teman, ya?"

"kamu sendiri? ada apa dengan kenny?"

"menurutmu?"

"entahlah, mungkin dia pernah merampokmu dan kamu ingin balas dendam."

hilda tertawa mendengar jawaban levi. dia tidak tahu harus merasa senang atau sedih. senang karena mungkin dia akan mengetahui sesuatu tentang ayah kandungnya, atau sedih karena ayahnya tidak tahu bahwa dia ada di dunia dan malah mengurus anak orang lain.

"dia... ayah. ayah kandungku."

levi terkejut. manik matanya membesar mendengar ucapan hilda.

"kurang lebih itulah yang dikatakan pamanku."

"tapi, dia bilang dia tidak memiliki keluarga?"

"tentu saja dia akan bilang seperti itu padamu. dia meninggalkan ibuku sebelum beliau memberitahukan bahwa dia mengandung anaknya."

"maaf, aku tidak tahu." entah kenapa levi merasa bersalah dan lagi-lagi menundukkan kepalanya.

"tidak apa-apa. setidaknya dia merawatmu dengan baik."

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang