twenty

945 130 2
                                    

beberapa bulan berlalu. ini adalah pertama kalinya levi dan teman-temannya keluar dari tembok.

levi dan kedua temannya, farlan dan isabel, mampu mengejutkan para anggota veteran pasukan pengintai setelah mereka mampu menghabiskan titan abnormal di hari pertama mereka.

menjelang malam, para pasukan pengintai memutuskan untuk beristirahat di reruntuhan sebuah kastil yang berada di luar tembok. ini bukan kali pertama bagi para pasukan pengintai singgah di kastil itu.

saat para prajurit sedang bersantai, hange menghampiri levi dan teman-temannya yang sedang membahas rencana mereka.

"aku memperhatikan kalian, di saat keadaan sedang genting." ujar hange saat berusaha mendekati levi. levi yang mengira hange mendengarkan pembicaraan mereka yang rahasia langsung mengambil pisaunya dan bersiaga jika hange membocorkan sesuatu.

"apa maksudmu?" tanya levi kepada hange.

"maksudku, saat kamu menumbangkan titan tadi! itu sangat keren!! aku tadi hampir lepas kendali karena kamu sangat keren!"

terkejut dengan kata-kata yang tidak disangkanya, levi hanya berterimakasih karena hange telah memujinya. sementara isabel dan farlan menghela nafas lega.

"aku hange zoe, kamu levi, bukan? lalu gadis ini adalah isabel, dan kamu, emmm..."

"farlan."

setelah memperkenalkan diri, hange menepuk bahu farlan dengan keras dan duduk di samping isabel.

"levi, kamu tidak mengikuti pelatihan militer, kan? bagaimana kamu bisa menggunakan 3d manuver sehebat itu?" tanya hange dengan polos. levi yang sulit untuk bergaul memiliki sifat yang bertolak belakang dengan hange, membuatnya ragu untuk mengobrol dengan hange.

"bersikap baik, levi." farlan membisikkan kalimat itu kepada levi, memperingatinya untuk tidak mencari masalah.

hange melontarkan banyak pertanyaan kepada levi, namun hanya dijawab singkat dan padat oleh pria bertubuh pendek itu. mereka bertiga tidak mempunyai gambaran kenapa hange sangat ingin tahu darimana mereka belajar, sehingga mereka menjawabnya dengan dingin.

namun hange menjelaskan bagaimana perasaan rekan kerja mereka saat melihat aksi levi dan kedua temannya yang sangat hebat. dengan kemampuan sehebat itu, mereka memberikan harapan kepada anggota pasukan pengintai yang lain.

setelah mendengar bagaimana hange memujinya, isabel yang masih seorang remaja langsung luluh. hange memberikan sebungkus kue kering kepada isabel sebagai tanda pertemanan mereka.

tidak berhenti sampai situ, hange tetap bertanya kepada levi apakah dia memiliki suatu kekuatan tersembunyi namun levi tidak ingin menjawabnya. dia ingin hange menjauh dengan mengatakan bahwa saat ini dia sedang lelah dan butuh istirahat.

"maaf mengganggu istirahat kalian." hange segera kembali ke teman-temannya, meninggalkan levi yang masih mencurigainya.

"hei, hange~ kau lihat kue keringku?" tanya hilda dengan tangan yang penuh oleh berkas dokumen penting.

"eh, ahh~ aku tidak tahu." hange menghindari bertatapan mata dengan hilda. sedangkan hilda tahu hange mengetahui sesuatu. dia menitipkan kertas-kertas yang ia pegang dan mengunci leher hange.

"dimana? sudah dimakan olehmu, ya?"

"tidak! aakkhh!! moblit! bantu aku!"

"ketua regu! hilda-san!" moblit mencoba untuk melepaskan hange dari hilda namun gagal, membuat hange tidak bisa menghindar dari pertanyaan hilda.

"tadi aku mencium bau kue kering dari tasmu lalu ku ambil dan aku berikan kepada isabel! pulang nanti akan ku ganti! hilda, aku bisa mati!"

hilda langsung melepaskan hange dan merapihkan bajunya. ini bukan kali pertamanya hange mencuri sesuatu darinya. sebenarnya dia tidak masalah, hilda hanya usil kepada hange yang selalu minta bantuan kepada moblit.

dia melihat ke arah isabel yang sedang menghabiskan kue kering miliknya. melihat isabel yang ceria seperti itu, dia tidak terlihat seperti gadis yang tinggal di kota bawah tanah yang memiliki pekerjaan sebagai penjahat, isabel terlihat seperti gadis kecil polos yang tidak tahu apa-apa.

levi menangkap basah hilda yang memperhatikan isabel. mata tajam yang mengintimidasi milik levi daritadi mengamati hilda. entah apa yang ada dipikiran levi, hilda hanya membalasnya dengan senyuman.

para kapten regu mengumpulkan anak buahnya untuk pengarahan terakhir sebelum mereka melanjutkan ekspedisi besok harinya. setiap regu dikumpulkan di ruangan tersendiri agar tidak mengganggu satu sama lain.

selesai memberikan pengarahan, erwin langsung menemui keith karena keith ingin membahas sesuatu bersamanya, sedangkan hilda dan teman-temannya diperintahkan untuk bubar dan segera beristirahat.

hilda meninggalkan ruangan tersebut dan berjalan menuju tempat persediaan makanan. di sana, dia mengambil kaleng yang berisikan teh daun zaitun, teh yang saat itu masih langka dan memiliki harga jual yang mahal.

sedangkan levi yang malam itu kesulitan untuk tidur, memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. saat sampai di tempat persediaan makanan, dia mencium aroma teh herbal yang belum pernah dia minum. tanpa sadar levi menimbulkan suara berisik karena penasaran.

"hm? siapa di sana?" levi masih bersembunyi meskipun dia tahu sang pemilik suara yang dia kenali itu tidak akan memarahinya karena berkeliaran tengah malam.

hilda yang mencium bau khas milik levi pun menebaknya dengan benar.

"levi?" meskipun namanya disebut, levi tetap tidak keluar dari persembunyian.

"jangan bersembunyi seperti itu. aku tidak akan melaporkanmu ke flagon karena berkeliaran."

levi pun keluar dari persembunyiannya. dia melihat hilda sedang menyeduh sesuatu.

"kamu mau teh? aku akan menyeduhkannya untukmu."

entah apa yang merasukinya, levi yang selalu waspada terhadap orang yang belum dia kenal dekat malah mengiyakan tawaran dari hilda.

"ini teh daun zaitun, pernah mencobanya?" levi menggelengkan kepalanya pelan.

"kalau menurutmu rasanya aneh atau tidak enak, jangan memaksakan diri, ya. hange saja pernah memecahkan cangkirku karena teh ini."

hilda tertawa mengingat kejadian dimana hange iseng meminum teh di cangkirnya. karena rasa teh herbal yang unik, hange langsung melepaskan cangkir teh tersebut dan pecah.

levi meminum teh yang masih hangat tersebut. rasa manis, lembut, dan menyegarkan dari teg tersebut membuatnya terkejut. terutama karena tidak ada rasa pahit sama sekali pada teh itu.

"enak." akhirnya levi mengucapkan sepatah kata kepada hilda. hilda hanya tersenyum mendengar suara levi yang dingin.

"apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya levi. hilda tidak menyangka levi akan bertanya sesuatu padanya.

"hmm, seperinya tidak. ada apa?"

"entahlah."

hilda tidak bertanya lebih dalam. dia membiarkan pria yang seharusnya lebih tua darinya itu larut dalam pikirannya.

sedangkan levi mengutuk dirinya sendiri. tidak seharusnya dia mengeluarkan pertanyaan yang selalu berada dalam kepalanya setiap dia melihat hilda.

sejak pertama kali bertemu dengan hilda, dia merasakan ada sesuatu yang tidak asing dari diri gadis berambut panjang itu. dia sendiri tidak tahu kenapa setiap kali hilda tersenyum padanya, senyum itu mengingatkannya pada masa lalunya, saat dia masih merasakan kehangatan dari seorang ibu dan pria yang tidak tahu sebenarnya memiliki hubungan apa dengannya.

sonder || erwinxocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang