31. Tu Kan Benaran

529 36 3
                                    


hari ini adalah hari dimana hari yang tidak disukai oleh sebagian siswa tapi hari ini adalah hari yang paling ditunggu – tunggu oleh siswa yang suka belajar karena semua siswa Kembali lagi kerutinitas biasanya yaitu belajar karena libur semester sudah selesai.

Dikediaman Alfaro saat ini semua orang dirumah itu sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing (Kirana mama Langit) yang dibantu oleh beberapa ART nya memasak untuk menyiapkan sarapan pagi dan beberapa ART yang lain membersihkan rumah, Zidan (Papa Langit)  sudah siap dengan pakaian kantornya saat ini Zidan (Papa Langit) sedang membaca koran dimeja makan sembari menunggu sarapan mereka selesai dimasak. Tak terlalu lama menunggu sarapan untuk mereka pagi ini sudah tersaji dimeja makan tetapi anggota keluarga mereka ada yang kurang karena dimeja makan saat ini hanya ada Kirana dan Zidan.

“Pa Abang belum bangun” tanya Kirana pada suaminya yang sedang membaca koran, mendengar pertanyaan dari istrinya Zidan melipat koran yang ia baca tadi dan diletakan di atas meja lalu menatap sang istri.

“udah tadi Ma gak tau kenapa dia belum turun” jawab Zidan jujur karena ia sudah membangunkan putranya itu tapi mungkin juga Langit sehabis ia bangunkan tadi tidur lagi.

“ Tapi kok belum turun ya Pa, tadi udah Papa pastiin beneran bangunkan kan Abangnya” selidik Kinara karena suaminya itu kalau diminta untuk membangunkan Langit hanya dibangunkan saja setelah itu tidak tau lagi kelanjutnya apa kah Langit benar – benar sudah bangun atau belum.

“iya tadi Ma beneran udah bangun tapi gak tau juga udah bangun beneran atau lanjut tidur lagi” jawab Zidan.

“Abang turun sarapan nak” teriak Zidan tapi tak ada sautan sama sekali dari Langit.

“jangan teriak – teriak Pa biar Mama kekamarnya aja” ucap Kirana lalu pergi meningggalkan Zidan dimeja makan sendiri dan menuju meja makan.

Sesampainya dikamar Langit, Kirana mengetuk pintu kamar sang putra tapi tak ada sautan dari sang pemilik kamar. Kirana langsung membuka pintu kamar Langit yang tidak terkunci. Pantasan saja Langit belum turun dan benar dugaan Kirana jika sang putra Kembali lagi tidur saat dibangunkan tadi.

“Bang bangun nak sekolah” ucap Kirana lembut sembari mengusap – usap rambut sang putra dengan penuh kasih sayang lalu mencium pipi nya membuat Langit terganggu tidurnya.

“jam berapa Ma?” tanya Langit sembari membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya.

“ jam 6.15 Bang” jawab Kirana membuat Langit langsung bangun.

“kok Abang gak dibangunin si Ma kalau gini bisa telat Abang mana udah janji mau jemput Alana lagi” ucap Langit lalu turun dari tempat tidurnya mau mandi namun sebelum itu Langit mengecup pipi sang mama terlebih dahulu Kirana yang melihat tingkah putra semata wayangnya itu hanya terkekeh dan geleng kepala.

“Abang jangan lari – lari nak nanti kamu kepeleset, mama mau kebawah lagi kasihan Papa sendirian” ucap Kirana pada Langit lalu turun kebawah untuk menemui suaminya yang sendirian dimeja makan.

“gimana Ma udah bangun?” tanya Zidan pada Kirana yang baru duduk dikursi tepat disampingnya.

“baru bangun Pa tadi baru mau mandi pas mama turun” jawab Kirana menatap sang suami. Mereka berdua bercerita tentang kegiatan sehari – hari mereka, sampai pada Kirana mengingat ucapan Langit tadi.

“ Pa tau gak si Abang katanya mau jemput Alana berangkat bareng kesekolah jam segini baru bangun sama persis kayak Papa dulu waktu masih muda” ucap Kirana pada sang suami lalu tertawa mengingat masalalu mereka dulu saat dimana mereka masih duduk dibangku SMA.

“masih inget aja Ma, kalau diingat – ingat lucu juga ya Ma dulu papa lupa jemput Mama terus mama minta putus dari Papa tau – tau baru putus satu minggu Papa dijodohin dan ternyata orangnya tu Mama yang dijodohin sama Papa” ucap Zidan pada istrinya.

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang