Terhitung sudah lima hari hubungan Alana dan Langit berakhir. Berakhirnya hubungan mereka masih meninggalkan luka mendalam bagi Alana seperti sekarang Alana tidak mau makan membuat Raka yang dari tadi membujuk adiknya itu kesal tapi sebisa mungkin ia bersabar.
“makan ya dek, dikit aja nanti kamu sakit lo” ucap Raka dengan lembut menatap adiknya dengan penuh rasa iba.
“Abang aja deh aku gak lapar” ucap Alana tersenyum menatap Abangnya.
“kamu belum makan lo dari tadi pagi, Abang tau kamu lagi patah hati tapi kamu tetap harus mau makan nanti kamu sakit jangan buat Abang Khawatir kayak gini dong” ucap Raka berdiri dari tempat duduknya menghampiri Alana lalu memeluk erat adik kesayangannya itu dari samping.
“kamu tau Abang tu sayang banget sama kamu melebih Abang sayang kediri Abang sendiri melihat kamu kayak gini hati Abang juga ikutan sakit” lanjut Raka tanpa Raka sadari setets cairan bening mengalir dari pelupuk mata Raka.
“Adek juga sayang banget sama Abang” ucap Alana berbalik dan membalas tak kalah erat pelukan Raka.
“Abang cengeng” ucap Alana terkekeh melihat Raka yang menangis dengan cepat Raka menghapus air matanya lalu menggelelngkan kepalanya.
“Abang enggak nangis ini tu kelilipan” elak Raka.
“beneran” ucap Alana mengoda Raka, Alana tau betul jika Raka barusan menangis ia juga sadar jika keadaan dirinya jauh dari kata baik, kantong mata menghitam, hidung merah, rambut acak – acakan ditambah lagi belum mandi.
“iya sayang beneran” ucap Raka lalu mengecup lama kening adiknya sebelum melepas pelukannya.
Laura datang dari arah dapur membah nampan berisih dua buah wadah lalu meletakkannya diatas meja makan.
“liat dong kakak buatin puding coklat kesukaan kamu, supaya kamu gak galau lagi” ucap Laura memperlihatkan pudding coklat yang baru saja dibuat pada Alana.
“siapa juga yang lagi galau” sangkal Alana.
“ boong banget sih kamu Dek” ucap Laura menggeleng – gelengkan kepalannya.
“adek gue gak mungkin lah galau” ucap Raka.
“ih Abang lagi nyindir aku atau ngasih pujian sih” ucap Alana sebal pada Abangnya itu.
“kamu maunya apa?” ucap Raka terkekeh.
“pudingnya kan belum keras, Kakak dinginin dulu dikulkas ya” ucap Laura lalu membawah nampan tersebut kekulkas.
“sekarang kita makan yuk” ajak Raka Kembali duduk ditempat duduknya lalu disusul Laura duduk disamping Alana setelah menaruh pudding kedalam kulkas.
“makan yang banyak Abang gak mau kamu jadi kurus” ucap Raka mengambilkan Alana nasi dan lauk.
“ih Abang ini tu kebanyakan nanti gak habis” ucap Alana menahan tangan Raka yang terus menambahkan nasi dan lauk kedalam piringnya.
“kamu tau galau itu butuh tenaga, move on juga butuh tenaga” jelas Raka.
“tapi gak sebanyak ini juga” kesal Alana.
“udah – udah sekarang kita makan gak baik ribut didepan makanan” ucap Laura menengahi perdebatan kakak beradik tersebut.
“buat kamu dek apa yang dibilang Raka tadi bener kamu tu butuh tenaga jadi harus makan yang banyak” ucap Laura, Alana hanya menganggukan kepalanya.
Selesai makan siang mereka bertiga nonton tv diruang keluarga, Alana duduk dengan memeluk tubuh Raka dari samping dan Raka menonton tv sesekali memainkan ponselnya sedangkan Laura focus pada ponselnya sesekali ia melirik Alana yang melamun sembari memainkan tangan Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit
JugendliteraturCerita LANGIT adalah cerita pertama aku. Aku harap gak ada yang menjiplak karya aku kalau mau buat karya juga jangan perna mengkopas punya orang lain karena itu gak baik dan hargai juga penulis aslinya karena buat cerita itu gak gampang. Alana Embun...
