30. Langit dan Laskar

625 40 23
                                    


Matahari sudah menampakan sinarnya ke – 7 anak manusia itu masih bergelung dengan selimut tanpa ada niatan untuk bangun. Ya siapa lagi kalau bukan, Langit, Raka, Gilang, Zio, Leon, Sean dan Naufal. Mereka berenam menginap dirumah Raka karena tadi malam mereka bermain PS dan game online sampai subuh  setelah subuh mereka baru tidur dan hasil seperti sekarang ini jam sudah menunjukan pukul 9 pagi tapi mereka belum juga beranjak dari tempat tidur.

“Yo selimutnya bagi dong ini gue kedinginan” ucap Leon sembari menarik selimut yang Zio pakai untuk membalut dirinya.

“ lo tu ya nyusahin banget si, ni tarik” ucap Zio  pada Leon tanpa membuka matanya sedikitpun.

Saat Leon diam tak bersuara keributan dimulai lagi oleh Raka dan Gilang dua sepupu itu rebut karena AC yang dinyalakan terlalu dingin.

“ Gi AC nya matiin dong ini dingin banget tau” ucap Raka sembari mengeratkan Kembali pelukannya pada selimut tanpa membuka matanya.

“ remotnya bukan di gue” jawab Gilang singkat.

“ siapa pun yang dekat sama remotnya matiin dong” pintah Raka tapi tak ada yang menggubris Alhasil Raka mencari sendiri remotnya tetapi tak menemukannya.

“Woi remotnya dimana” teriak Raka sembari menarik selimut yang dipakai teman – temannya dan memancing keributan diruangan itu, sedangkan Langit yang memilih tidur disopa tidak terganggu sedikitpun malahan ia mengeratkan selimutnya.

“ apa sih Rak dingin Tau” ucap Naufal pada Raka.

“ gak tau apa lo gue lagi kedinginan juga tapi gak kayak lo” ucap Sean Kembali menarik selimutnya.

“ intinya remotnya gak ada dikita” ucap mereka berbarengan. Membuat Langit kali ini terbangun dan langsung melempar remot AC kearah teman – temannya. Raka langsung mematikan AC nya.

Sedangkan didapur Khansa, Alana dan Laura terlihat begitu kompak memasak sedangkan Hafis hanya menjadi penonton mereka bertiga saja.

“ Ma, adek kan udah bisa masak berarti udah bisa jadi calon istri idaman kan?” tanya Alana pada Mamanya.

“ hmm, kok nanya gitu sayang kayak udah mau nikah aja kamu ini” ucap mamanya.

“ ih mama adek tu beneran tau” ucap Alana, membuat Hafis terkekeh.

“udah cocok banget dek” ucap Laura pada Alana.

“anak papa sama mama ini udah jadi calon istri idaman pake banget malahan” ucap Hafis mendekati putri kecilnya itu lalu memeluknya. Alana, Laura, Hafis dan Khansa duduk dimeja makan menunggu Raka dan yang lain turun untuk makan.

“ Pa” panggil Alana pada Hafis sang Papa.

“ apa sayang” tanya Hafis pada putrinya yang terlihat serius.

“ papa gak capek kerja terus? Hari minggu masih aja mau kerja emang uang papa masih kurang ya pa sampai papa harus kerja terus”  protes Alana pada sang papa karena Hais dihari minggu seperti ini Hafis sudah memakai pakaian kantornya.

“ sayang papa cuman ada meting aja kok gak lama, papa gak capek kerja kalau pulangnya liat kalian udah buat capek papa hilang seketika, uang kita cukup kok sayang tapi papa mau masa depan adek sama abang itu gak susah nantinya, papa sama mama gak mau liat anak  - anak kita nantinya susah” jelas Hafis pada putri yang sudah menangis mendengar capan sang papa, khansa juga meneteskan air mata mendengar pertanyaan snag putri dan penjelasan dari suaminya. Ini bukan pertama kali Alana bertanya seperti itu tetapi ini Sudah menjadi yang keseratus kali mungkin bahkan Alana saat masih SD pernah menangis meminta Hafis untuk tidak bekerja.

“papa kerja bentar aja nanti papa pulang kok gak lama” ucap Hafis lagi pada sang putri.

“aku mau ikut papa” putus Alana, Hafis tidak menolak permintaan Alana itu. Apapun akan Hafis dan Khansa lakukan asal kedua buah hatinya tidak menangis. Khansa meminta Alana untuk membangunkan Raka dan teman – temannya untuk mengajak mereka makan. Khansa dan Hafis sudah mengangap teman – teman dari Raka adalah anak mereka sendiri.

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang