•°Creating Destiny;24°•

59 4 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Creating Destiny © Kelompok 1°•

•°Part 24 By: alifiyani°•

•°Kamis, 10 Desember 2020°




💜Happy Reading💜

Selepas memilih gaun akhirnya Putri pulang dengan selamat. Tidak pernah dia pungkiri akan secepat ini. Apalagi besok, ingin sekali Putri kabur dan mencari pasangan yang lain.

Bukan bersama Rio, cowok yang sangat menyebalkan.

"Putri, udah pulang? Rio mana?" tanya mamanya seperti sedang menanti calon menantu. Bukan putrinya sendiri.

"Ma, mama kayaknya lebih sayang kak Rio daripada Putri!" ucap Putri dengan sangat kesal. Farah yang melihatnya hanya bisa tersenyum, melihat tingkah Putri yang kembali manja.

"Bukan gitu, tap---" ucapan Farah terpotong karena Jamal malah mengompori.

"Jelas, Rio kan calon suami lo Put," celetuk Jamal tanpa beban.

"Bang! Berhenti bilang dia calon suami Putri!"

"Emang kenapa? Salah? Kalian besok udah mulai tunangan, paham? Berhenti bersikap manja kek gitu," ucap Jamal menggebu-gebu namun hal itu diluar kesadarannya.

"Jamal, udah...." Farah memilih untuk melerai perdebatan mereka berdua. Apalagi Putri sangat sensitif sekarang.

Putri menatap Jamal dengan menusuk, dia sama sekali tidak suka dengan ucapan Jamal. Apa maksudnya dia mengatakan hal itu? Memang benar, Putri sangat manja, tapi bukan berarti Kakaknya bisa mengucapkan hal itu.

"Putri mau ke kamar." Hanya ucapan itu yang diucapkan Putri kepada Farah. Dan jelas, itu membuat Jamal diliputi perasaan bersalah. Jamal pikir, Putri akan membalasnya dengan ejekan.

Tetapi sekarang berbeda, Jamal justru memperburuk suasana.

"Dek," panggil Jamal, tapi Putri malah menutup pintu dengan kasar.

Farah yang melihat  hanya bisa menghela napas, lagi-lagi ada saja masalah antar saudara. Padahal hari bahagia sudah sangat dekat.

"Jamal, Putri udah besar. Kamu seharusnya bisa paham sama sikap adik kamu."

Farah menepuk pundak Jamal, sepertinya Jamal sudah salah besar sekarang. Apalagi Putri memang menolak perjodohan ini sejak awal. Dan dengan santainya dia mengatakan hal itu kepada adiknya sendiri. Seharusnya Jamal tidak mengucapkan itu.

"Salah lagi gue," ucap Jamal lalu melihat ke arah kamar Putri. Demi adiknya sendiri dia harus bisa mengalahkan egonya untuk minta maaf.

.

.

.

Di lain tempat, Putri sudah tersenyum kegirangan. Jangan berharap Putri akan menangis lalu berusaha tidak makan dan minum karena kakaknya sendiri. Salah, yang benar dia sudah tertawa melihat wajah polos Jamal sedari tadi dia lihat seakan merasa bersalah.

Pasti dia akan ke kamar nya untuk minta maaf sambil membawa cemilan kesukaannya.

Biarkan saja, siapa suruh dia mengatakan 'manja' berulang-ulang kali. Padahal mah, memang benar adanya.

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang