•°Creating Destiny;47°•

62 8 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Creating Destiny © Kelompok 1°•
•°Part 47 By: alifiyani Naraifah_ °•
•°Rabu, 30 Desember 2020°•



💜Happy Reading💜

Setibanya di rumah, Zeline tersenyum puas melihat hubungan Rio dan Putri akan kandas. Tetapi Zeline merasa khawatir sendiri, jika dia melakukan itu semua. Bukankah Rio akan semakin membenci dirinya? Terlebih kata-kata Rio di sekolah tadi tetapi, tidak, itu tidak mungkin. Bukankah Rio sangat menyukai Zeline?

Apalagi  Rio masih belum mempunyai bukti apapun. Yang jelas, dia harus pergi ke hotel tempat ia menginap dengan Rio . Dia harus bisa menghilangkan semua bukti yang ada.

Drttt...

Sebuah panggilan masuk di hp Zeline dan terpapang jelas nama Bryan. Dia menghubunginya, pasti dia akan menjalankan aksinya lagi.

"Apa?"

...

"Baguslah, biar ngilang. Pokoknya mereka gak boleh bersatu."

...

Zeline menutup telpon itu lalu bergegas untuk siap-siap. Dia cukup senang sekarang.

.
.
.

"Rio!" bentakan dari Bundanya membuat langkah Rio terhenti. Jangan sampai bundanya tau apa yang terjadi.

"Apa, Bund?

Santi meletakkan telpon rumahnya, dan mendekat kearah Rio dengan wajah marah.

"Kamu habis berantem? Kenapa Rio! Bisa-bisanya ya kamu, berantem di sekolah!"

'Ck, masalah apalagi sih!'

"Bund, itu cuman masalah sepele kok," bela Reina dengan santai.

"Masalah sepele Kamu bilang! Dia itu---" ucapan Santi terpotong, karena Ayah Rio tiba-tiba menimpalnya.

"Udahlah, sayang. Lagian Reina bilang itu cuman sepele," bela Fian, Ayah Rio lalu menepuk pundak putranya.

"Rio mau keluar." Setelah mengucapkan itu, Rio tiba-tiba pergi  dari rumah membuat Reina tidak bisa menahannya. Seisi rumah dibuatnya terkejut dengan sikap Rio yang  kembali dingin. Apalagi kedua orangtuanya. Santi merasa bersalah dengan apaa yang dia lakukan.

"Rio! Sayang!" Panggilan Santi tidak digubris olehnya. Membuatnya merasa bersalah, ini salah Santi. Seharusnya dia bertanya kepada Rio, bukan malah langsung memarahinya.

Reina menatap punggung kakaknya yang sudah menjauh, bahkan lelaki itu belum mengganti seragamnya. Reina ingin menelpon Jamal, tapi dia undur karena masalah kali ini sangatlah besar. Tidak mungkin Jamal akan menjawab telponnya.

"Reina, sini." panggil ayahnya dengan lembut. Karena dia tau bahwa kedua anaknya sedang menyembunyikan sesuatu yang besar. Tidak mungkin Rio akan pergi secepat itu.

"Kenapa, Yah? Butuh sesuatu?"

"Tidak, Ayah cuman ingin kamu menceritakan semuanya."

Reina bergeming mendengar apa yang ingin diketaui Ayahnya sendiri.
Jika Ayah tau, bagaimana nanti jika Rio akan dimarahi? Pasti mereka berdua akan merasa kecewa.

'Zeline, lo harus tanggung jawab!'

.
.
.

Rio mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia sudah lupa dengan nasehat Santi yang menyuruhnya agar hati-hati, tetapi sekarang seakan telah lenyap dimakan angin.

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang