•°Creating Destiny;22°•

55 5 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Creating Destiny © Kelompok 1°•

•°Part 22 By: Naraifah_ alifiyani°•

•°Selasa, 08 Desember 2020°•




💜Happy Reading💜

Setelah membersihkan tubuhnya, Putri langsung menghampiri Rio dan Rindi yang nampaknya masih anteng bermain. Terbukti dengan suara tawa Rindi yang terdengar sampai kamarnya.

Putri berjalan menuruni tangga dan masuk ke ruang keluarga. Dan alangkah terkejutnya ia saat menemukan Rio yang wajahnya sudah penuh dengan coretan spidol karya seorang Rindi Safaraz Mulia.

Putri dibuat tertawa akan hal itu. Ditambah lagi dengan wajah pasrah Rio yang menambah kadar kocak pada pria itu.

"Apa lo ketawa?" tanya Rio sinis.

"Maaf, Rio nya mana mas badut?" canda Putri yang membuat pipi Rio memerah karena kesal dan malu.

"Au dah, gue mau numpang mandi," ujar Rio sambil beranjak dari duduknya.

"Mandi di kamar tamu gih, tar gue siapin bajunya."

Rio langsung berjalan ke arah kamar tamu tanpa sepatah katapun.

Dan Putri langsung mengambil baju Jamal untuk ia pinjamkan pada Rio. Dan tentunya dengan Rindi yang terus mengikutinya.

.

.

.

Rio membersihkan tubuhnya di kamar tamu sesuai dengan perintah Putri.

Selang beberapa menit, pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya.

Dilihatnya setelan pakaian yang sudah tersimpan rapi diatas ranjang. Tanpa ba bi bu, Rio langsung memakai pakaian itu. Namun, baru saja ia beres memakai bawahan, suara teriakan Putri terdengar dari luar kamar.

"Rindi, bentar! Nanti juga Om Rionya beliin eskrimnya kok!"

Suara teriakan itu di susul dengan pintu kamar tamu yang terbuka dan memperlihatkan Rindi yang masuk duluan disusul dengan Putri yang mungkin sedari tadi mencoba menangkap gadis empat tahun itu.

Rio dan Putri mematung di tempat. Rio nampak terkejut dengan pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, dan Putri yang juga tak kalah terkejutnya saat melihat tubuh bagian atas milik Rio.

Beberapa detik berikutnya, Putri yang tersadar langsung menutup mata Rindi dan menyeret bocah itu untuk keluar dari kamar itu dengan senyum kikuknya.

"Rindi, kan udah Ate bilang tunggu. Kan Ate jadi malu tadi," ujar Putri sambil terduduk lemas di sofa ruang keluarga.

Sedangkan Rio, pria itu masih mematung di tempatnya dengan detak jantung yang semakin memburu. Bahkan wajahnya sudah merah padam saking malunya.

Beberapa menit setelahnya, Rio keluar dari kamar dengan wajah yang masih memerah.

"Om ayok beli Esklim!" ajak Rindi saat matanya menemukan Rio yang berjalan kearah mereka—Putri dan Rindi— duduk.

"Beli dimana?" tanya Rio

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang