•°Creating Destiny;48°•

72 5 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Creating Destiny © Kelompok 1°•
•°Part 48 By: MaharaniAraa_ °•
•°Rabu, 30 Desember 2020°•



💜Happy Reading💜

Sementara Zeline sibuk dengan fikirannya, sedangkan Rio terus-menerus memohon pada Wulan, Ibu Zeline.

"Tante Rio mohon banget, bantu Rio jelasin ke tunangan Rio, Tan. Rio ga pernah nyentuh Zeline, itu bukan anaknya Rio!"

Rio berkata dengan kondisi setengah sadar.

Wulan semakin bersalah mendengar penuturan Rio. "Kamu udah tunangan, Nak?" tanya Wulan.

Rio mengangguk berkali-kali. "Iya Tan, tapi karena anak Tante yang ga ada akhlak ini. Hubungan Rio terancam putus Tante," ujar Rio menunjuk Zeline dibelakangnya.

"Rio, Tante janji Tante pasti bantu kamu. Tapi, ada baiknya kamu pulang Nak, ini sudah larut malam." Wulan membantu Rio berdiri yang entah sejak kapan lelaki itu terduduk di halaman rumah Zeline.

"Tante, kalau Tante ga percaya Rio udah tunangan, Tante liat kan ini apa? Ini cincin aku sama Putri Tan, aku ga mau putus sama Putri aku cinta sama dia Tante ... cinta banget, hiks!" Rio menunjukkan kalung dengan bandul cincin itu di hadapan Wulan.

"Put, itu bukan hasil perbuatan gue Put. Bukan, hiks."

Zeline mematung. Apa-apaan ini, apa sebesar itu pengaruh Putri pada Rio? Sampai-sampai lelaki modelan Rio bahkan sampai menitikkan air mata.

"Rio sudah, Nak. Kamu pulang saja, Tante yang akan membantu kamu. Percaya sama Tante," ucap Wulan menenangkan.

"Kamu mabuk Rio?" Wulan yang baru sadar jika lelaki tampan itu mabuk pun, langsung menatap tajam Zeline.

"Lihat, Lin! Kamu itu sudah membuat anak orang lain menderita karena kebodohanmu!" bentak Wulan pada putrinya. Ia tahu jika kata-katanya berlebihan, tetapi sebagai seorang Ibu ia sangat kecewa.

"Bu! Kenapa Ibu ngomong gitu?" Zeline menatap Wulan.

"Tante bilang ke Putri kalau Rio sayang sama dia. Rio ga tau apa-apa, Rio rela dipukulin sama Jamal tapi jangan sampai Putri nangis lagi Tan, Rio ga mau." Rio terus meracau, membuat hati Wulan terenyuh.

"Rio kamu pulang ya, Nak."

Rio menggeleng.

"Bang Rio!"

"Reina? Kok lo disini?" Zeline membulatkan matanya dan keheranan melihat adanya Reina.

"Kenapa? Ada masalah? Atau lo kecewa karena kedatangan gue bakal rusak rencana lo buat ngejebak Abang gue lagi? Sorry lo salah besar, gue ga akan biarin Bang Rio berurusan lagi sama lo!" tutur Reina berani, sekalipun disana ada Wulan.

"Rei, Putri ga akan ninggalin gue, kan?" Rio masih saja terus berbicara tidak jelas.

Reina mendekat ke arah Rio. "Maaf Tante, saya tau saya udah kurang sopan sama Anak Tante, tapi anak Tante udah kelewatan," ucap Reina dihadapan Wulan.

Wulan mengangguk kaku. "Bawa Kakak kamu pulang, Nak. Tante akan bantu Masalah ini," ujarnya.

'Masalah? Apa Ibu Zeline tahu kelakuan anaknya?' pikir Reina.

Karena kondisi Rio yang sudah parah, Reina mengangguki saja ucapan Wulan dan pamit sambil memapah abangnya itu.

"Putri bahkan bisa bikin lo sehancur ini, Bang."

Reina memasukkan Rio ke mobil dibantu supirnya. "Pak Ilham bawa motor Bang Rio aja. Biar Reina yang bawa mobil," ucap Reina pada supirnya.

"Non Reina bisa?" tanya Pak Ilham.

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang