•°Creating Destiny;44°•

57 5 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Creating Destiny © Kelompok 1°•

•°Part 44 By: mahaarrr alifiyani°•

•°Sabtu, 26 Desember 2020°•

💜Happy Reading💜

"Naik."

"Bentarr ah," ucap Putri sambil pandangannya menelusuri bagian Kusuma yang masih bisa terjangkau matanya.

Dia mencari Zeline. Meski tadi di kantin Putri meng-iyakan permohonan maaf Rio, tapi tetap ia tak bisa percaya sepenuhnya begitu saja. Dia masih yakin kalau Zeline akan tetap membuka aibnya sendiri menyebarkan berita tak benar itu. Mengingat ya gosip akan cepat menyebar di Kusuma. Dan, entah sejak kapan Putri tidak lagi memanggil Zeline dengan sebutan 'Kak', karena rasanya Zeline tidak pantas dihargai.

"Nunggu apa sih? Ayok ah naik," titah Rio yang bingung pada Putri, pasalnya sejak tadi gadis itu hanya planga-plongo tak jelas.

"Iya iya." Putri menerima helm dan naik ke motor calon imamnya itu.

Niat Rio yang awalnya ingin langsung mengantar Putri dan pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya, lantas ia urungkan karena sebuah niat lain.

"Langsung pulang atau mau kemana Put?" tawar Rio.

Iya dia ingin menebus kekesalan Putri tadi. Ya meski kasus itu bukan dia yang bermasalah tetap saja merasa bersalah telah membuat mood hari Putri buruk. Bahkan sekarang pun Putri masih bete.

"Hah apa?!"

"Mau kemana?" ucapnya mengulangi pertanyaan.

"Apasih? Ga denger!"

"Love you Put," ucapnya.

"Ck! Nomong tuh yang kenceng!" Jelas Putri tak bisa mendengar ucapan Rio dengan jelas karena sekarang mereka ada dijalan raya yang deru kendaraan pasti bersautan dan tepat dibelakang mereka kini ada semacam touring motor bermodifikasi dengan adu knalpot mereka plus Putri memakai helm.

Rio memilih diam dan membawa Putri ke istananya.

"Sampe, turun."

"Loh?"

"Rumah lo kan, kak?"

"Bukan. Masih rumah tuan Savian."

"Ck!" decakan sebal Putri mendapat sahutan tawa kecil dari mulut Rio.

"Masuk yuk, udah ditunggu Bunda."

'Tante Santi? Kenapa?' batinnya bertanya.

"Ass-"

"Eehhh, Putri, tumben main kesini Nak, ayo duduk-duduk." Ucapan salam Rio terpotong oleh sapaan sang Bunda. Santi pun hanya merangkul Putri bukan menyambut kepulangan putra sulungnya.

"Ck, Bundaa," rengek Rio yang terdengar menyerupai bocah lima tahunan.

"Eh Rio, tolong ambilin Putri minum sama bawain cemilan, minta ke Bibi ya."

"Iyaa Buun," jawabnya dan langsung ke belakang. Putri tersenyum kecil melihat ekspresi Rio yang diperlakukan seperti anak tiri oleh Bunda-nya sendiri.

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang