•°Creating Destiny;36°•

60 3 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•

•°Creating Destiny © Kelompok 1°•

•°Part 36 By: alifiyani°•

•°Senin, 21 Desember 2020°•

💜Happy Reading💜

Jam pertama sudah dimulai, dan sekarang tugas menanti mereka bertiga.

Putri, Reina dan Shilvi harus ke perpustakaan sekarang, tempat yang jarang didatangi siswa pada umumnya. Karena ada tugas dari guru bahasa indonesia. Jam pertama mereka adalah pelajaran bahasa indonesia, dan itu adalah kesukaan dari Putri sendiri. Mereka semua ditugaskan untuk membaca novel, dan merangkum isi dari novel tersebut.

Shilvi, perempuan itu hanya mengoceh tidak jelas kepada guru nya. Shilvi sangat tidak suka ini, dia ingin bolos pada jam pertama, tetapi tetap saja Putri memaksanya. Katanya, bahasa indonesia sangat menarik, tetapi bagi Shilvi itu jauh dari kata tertarik, justru Shilvi lebih memilih mengerjakan matematika daripada bahasa indonesia.

"Gue males banget tau! Gue jarang baca novel!"

"Nanti lo bakalan suka sendiri, Shil. Lagian membaca itu jembatan ilmu, harus rajin baca biar otak lo isinya gak angka semua," ucap Reina sambil terkekeh kecil.

"Bagusan matematika."

"Bahasa," celetuk Putri sambil meliriknya tajam.

"Kalau ga ada matematika, uang gak mungkin ada tau!"

"Kok bisa gitu?"

"Iyalah, coba kalian bayangin angka gak dikenal mau bayar apa kita? Penjumlahan sama pengurangan ga diajari, pasti hidup kita bakalan amburadul!"

"Bengek! Lagian jaman dulu gak masalah. Malahan pake barter." Ucapan Putri membuat Shilvi tidak ingin mengalah, dia justru semakin mengoceh.

"Terserah kalian! Mau MTK atau Bahasa, gue tetep lebih suka ga ada tugas!" lerai Reina dengan ucapan yang sangat mengagumkan.

"Mau jadi apa lo?"

"Kalau lo udah pasti bakalan jadi kakak ipar gue, Put."

Putri terdiam, apa katanya? Kakak ipar? Ogah! Kemarin saja dia ditinggal oleh Rio. Dan sekarang, orang itu bukannya minta maaf malah menghilang entah kemana.

"Put?"

"Eh, iya. Apa?"

"Lo kenapa? Ada masalah? Abang gue ngapain lo kemaren?"

"Emang kemaren Putri kemana?" tanya Shilvi yang memang tidak tau apa yang terjadi.

Putri enggan menjawab, lalu berjalan menyusuri tangga. Sontak, ia terkejut melihat pemandangan itu. Pemandangan yang sangat tidak ia sukai.

Begitu juga dengaan Reina dan Shilvi. Mereka berdua jauh lebih kesal melihatnya.

"Sejak kapan abang gue bisa telat?"

"Bukan urusan gue." Ucapan Putri membuat dia terus berjalan, melewati Rio dan Zeline yang sedang di hukum.

Rio tidak menyadari hal itu, karena dia tidak menoleh ke arah belakang. Justru tangan Rio malah menutupi wajah Zeline yang sedang kepanasan. Putri sangat kesal. Kenapa dia harus kesal? Bukankah memaang Rio sangat peduli dengan Zeline?

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang