•°Creating Destiny;50°•

102 4 0
                                    

•°LavenderWriters Project°•
•°Creating Destiny © Kelompok 1°•
•°Part 50 Part By: alifiyani Naraifah_°•
•°Sabtu, 2 Januari 2021°•

.

.

.

Seorang laki-laki tengah duduk di kursinya sambil bersandar di tembok tak luput dengan ponsel yang dia mainkan. Dia ingin tau apa yang terjadi sekarang.

Pikiran dan hatinya mulai bertanya-tanya apa yang terjadi, bagaimana dan apa yang akan dia perbuat untuk adiknya sekarang? Acara pembatalan pertunangan akan dilakukan. Dan dia tidak bisa berbuat apapun kepada adiknya, dia tidak ingin Putri menderita, tapi Putri sudah terlanjur jatuh cinta kepada Rio. Jamal, laki-laki itu hanya bisa berdoa agar masalah ini cepat kelar.

"Jamal!" panggil seorang perempuan yaang tak lain adalah Reina. Jujur, setelah kejadian itu dia sudah tidak berhubungan dengan Reina. Membalas pesannya saja tidak apalagi membaca. Jamal sudah terlanjur kecewa kepada Rio, dan dia  lampiaskan itu kepada Reina sendiri.

"Ngapain lo? Sana jauh-jauh!" usir Jamal.

"Yaelah, Bang! Dengerin dulu. Kita tuh ke sin---"

"Gak ada gunanya, mau gimanapun itu bakalan terjadi!" potong Jamal cepat, membuat Shilvi tidak berkutik begitu juga dengan Reina.

"Yaudah, kalo emang mau batalin gapapa. Tapi liat dulu rekaman ini, pasti lo bakalan kaget." Ucapan Reina membuat Jamal menoleh.

Jamal merasa itu sangat penting, dia memutuskan untuk mengambil rekaman itu.

Saat dia melihatnya, ada rasa bersalah, kenapa dia bisa tidak percaya kepada Rio? Padahal, Jamal sudah cukup dekat mengenalnya.

"Masih mau bilang bakalan terjadi? Rio gak mungkin ngelakuin hal senekat itu!"

"Dimana Zeline?" tanya Jamal dengan mengepalkan tangannya.

"Gausah cari dia dulu, kita harus bisa bujuk Putri keluar dari kamar mandi!" ajak Shilvi membuat Jamal buru-buru pergi dari kelasnya, dan menyusul Putri yang hanya terdiam duduk di kamar mandi.

Setibanya di sana, Jamal langsung mendobrak pintu itu. Betapa terkejutnya dia melihat Putri yang bercucuran air mata.
Sekaligus wajah yang sangat acak-acakan.

"Dek! Lo gak papa kan? Ngapain sih! Kayak gini? Mau nyakitin diri sendiri, iya? Lo gak boleh kayak gini!" Jamal tiba-tiba merengkuh Putri yang sudah menangis.

"Tinggalin gue." Ucapan Putri membuat Jamal menariknya keluar. "Lo gak boleh kayak gini bego!"

"Gue bego? Emang! Bisa-bisanya gue jatuh hati sama orang yang salah, Bang!"

"Put, dengerin kita dulu," celetuk Shilvi.

"Mau apa? Kalian mau bilang Rio gak salah?" Putri menatap jengah Shilvi juga Reina.

"Emang gak salah,  Put. Yang salah Bryan!" Reina tidak bisa menahannya lagi. Dia sudah bisa membela abangnya.

Putri tersenyum miring. "Maksud lo apa? Lo belain Rio dengan cara nuduh Bryan gitu? Gaada otak!"

"Gue gak akan bilang kalo gaada buktinya njir! Dan emang bener kok Bryan gaada otak!" Reina memberikan ponselnya. Dan itu membuat Putri terkejut, dia menghapus air matanya. Jadi ini adalah rencana mereka berdua? Benar-benar tidak punya hati.

01:Creating Destiny✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang