Baby

455 14 0
                                    


"Jangankan kamu aku pun sebenarnya takut namun, takutku ini tertutupi oleh kebahagian yang jauh lebih besar"
-Reta-

Tak pernah terpikirkan olehku pada akhirnya sebuah kepercayaan yang sangat besar di berikan kepadaku. Sosok orang yang tak mempunyai tujuan hidup selain bekerja tanpa embel-embel apapun harus menerima kejutan yang semua perempuan bersuami nantikan kecuali diriku.

Bukan, bukan aku tak percaya terhadamu tapi masih ada yang sangat menganjal dihati dan pikiranku entah itu apa.

Rentatan kisah begitu terputar dikepalaku dimana peristiwa seorang anak yang tak pernah berharap hidup didunia dan juga dimana anak itu mengutuk dirinya tanpa mau berkembang. Peristiwa itu bukan hanya aku dapatkan di televisi, youtube atau kisah di novel melainkan aku beberapa kali terjung langsung dan pernah memiliki beberapa tetangga yang tentunya begitu. Aku pun sama, pernah berpikiran kenapa aku harus hidup? Kenapa aku ngga mati saja? Atau yang parahnya tuhan begitu benci terhadapku yah.

Kalo kalian bilang aku tak punya iman. Kalian siapa yang judges diriku.

Diminta berpikir seribu kali pun. Akan tetap sama. Dimana, aku takut kehidupan baru yang ada di perutku menyesal seperti diriku atau dia malah menuduhku sebagai orang tua yang tak becus.

Oh, tidak.

Itu pasti menyakitkan, bukan?.

"Reta" suara itu membuatku tersadar dari pikiranku.

"Kenapa?" tanyaku sambil memposisikan diriku menghadapnya
"Kamu baik-baik saja?" aku hanya mengangguk.

Kali ini kita berada di cafe 'pernah ada'. Kalian pasti bertanya-tanya pernah ada berarti tidak ada donk. Ahhhkkk pikiranku juga pernah begitu tapi, setelah dijelaskan sama pemiliknya yang memilih menjadikan pernah ada sebagai nama cafenya. Membuatku paham dan tahu betul bahwa arti nama cafe ini.

"Itu kan bengong lagi" Eca mengebrak meja.

"Siapa bilang sih aku bengong" cercah ku mengelak dengan tuduhannnya. Apalagi melihat hampir semua pasang mata melirik ke meja kami lantaran gebrakan dan juga suara yang lumayan tinggi darinya.

Dia memicingkaan matanya "Kamu banyak pikiran. Mau berbagi tidak?'

Sudah 2 jam kita berada di tempat ini, eh bukan kita tapi aku dan dirinya baru datang 30 menit ini dengan alasan bawah anak nya reweh untuk ditinggal. Terus aku bertanya kenapa ngga di bawah ajah dan jawabannya sungguh mencengkam ibu-ibu seperti dia juga butuh refrensing dan aku setujuh-setujuh saja.

Ku hembuskan nafasku secara kasar namun masih diam "Segitu beratnya yah?" dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Seolah bilang aku tak apa-apa.

"Sudah ngga usah dipikirin, it's okay hidup mah gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah ngga usah dipikirin, it's okay hidup mah gini. Kalo ngga ada masalah yang itu bukan hidup tapi mayat hidup hahaha" tawanya mengelegar dan menjadikan meja kami berdua sebagai lirikan semua orang yang berada di cafe ini untuk kedua kalinya.

Sebuah Trauma (Terbit) Tidak LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang